🌻 Bagian Empat Belas - Dunia Paralel 🌻
Kilat menyambar di atas langit malam membentuk garis tak beraturan. Seorang wanita yang tengah berbadan dua bangkit dengan sedikit terhuyung kemudian berlari kencang sembari mendekap perutnya yang membuncit. Tudungnya tersingkap oleh tiupan angin kencang, menampilkan bercak merah yang menodai sebagian gaunnya.Bayangan sosok tinggi terukir di dinding sebuah lorong sempit. Pria itu bergeming, mengamati kepergian sang istri dengan pandangan sendu, penuh rasa bersalah.
Selepas kepergian wanitanya dan memastikan jika wanita itu benar-benar hilang dari jarak pandangnya, pria tersebut berbalik.
Sepasang iris jelaga itu berubah warna menjadi semerah darah. Tangannya yang tersembunyi di balik jubah hitam telah siap dengan sebilah pedang yang sangat tajam dalam genggaman. Langkah kakinya yang lebar memudahkan pria itu untuk sampai di tempat yang ia tuju.
Tanpa persiapan, pria itu membunuh siapa pun yang berusaha menghadang jalannya. Suara teriakan dan erangan penuh rasa sakit yang begitu memekakkan telinga mengiringi langkah pria tersebut ketika ia menghujamkan pedangnya sampai pada akhirnya semua orang tewas dengan beberapa bagian tubuh yang terpisah dan berserakan di mana-mana.
Sejenak pria itu menghela napas panjang. Warna matanya telah kembali ke semula, menjadi sewarna dengan langit malam. Membuang pedang yang telah ternodai oleh bercak darah, pria itu pun kembali melanjutkan langkahnya menuju sebuah bangunan megah yang berdiri kokoh.
Dari arah lain, di sebuah tempat yang jauh dan tak tersentuh, langkah wanita berbadan dua itu mendadak terhenti tepat di depan sebuah gubuk tua. Gemetar di kedua kakinya lantas membuat wanita itu terduduk di atas kursi kayu. Napasnya terputus-putus, merasa tak sanggup menahan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya lebih lama lagi.
Hingga pada akhirnya, tanpa mendapat pertolongan dari siapa pun, wanita itu melahirkan seorang bayi laki-laki hasil buah cintanya bersama sang suami, seorang diri. Dan karena tubuhnya terlalu lemah serta kehabisan banyak darah, wanita itu jatuh pingsan di samping tubuh bayinya yang masih diselimuti darah.
Hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata adalah sosok sang suami yang tengah menatapnya dengan raut penuh kecemasan. Air mata tampak menggenang di sepasang iris jelaga milik pria yang begitu ia cintai.
"Maafkan aku, Kyungsoo. Karenaku, kau harus melalui semua ini sendiri."
Wanita itu tersenyum tipis. Meski kondisinya masih tampak begitu lemah sehabis melahirkan, namun ia masih memiliki kekuatan untuk bangkit dan merengkuh tubuh suami serta anaknya yang baru saja di lahirkan beberapa waktu yang lalu.
"Tidak apa-apa, Suamiku. Aku tidak apa-apa," katanya diiringi isak tangis.
Park Chanyeol, pria itu merengkuh tubuh kedua belahan jiwanya dengan sangat erat seakan tak ingin terpisah.
"Kyungsoo, dengarkan aku. Kita harus cepat melalukan ini," ucap Chanyeol setelah sang istri mengurai pelukannya guna meraih tubuh sang putra ke dalam dekapan.
"M-melakukan apa?"
Sebuah perasaan tak mengenakan tiba-tiba muncul dan menguasai hati wanita bernama Do Kyungsoo.
"Para bedebah itu sangat menginginkan raga anak kita yang nantinya akan mereka gunakan untuk mengendalikan dan menguasai dunia*. Anak kita sangat istimewa, Kyungsoo. Kelak dia akan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, melebihi siapa pun bahkan diriku sendiri. Dan aku tidak bisa membiarkan anak kita jatuh ke tangan-tangan yang haus akan kekuasaan itu sehingga aku memutuskan untuk mengirimnya ke dimensi lain," jelas Chanyeol yang langsung disambut oleh penolakkan Kyungsoo.
"Tidak! Aku tidak mau! Aku tidak mau berjauhan dengan putraku!"
Wanita itu mengerang dan berupaya menepis sentuhan suaminya yang sedang sama-sama tertekan.
"Sayang, lihat aku!" Chanyeol menangkap tubuh sang istri kemudian meraih dagunya. Sorot mata keduanya sama-sama menunjukkan rasa sakit yang tak terbendung. Sepasang telapak tangan yang besar itu menangkup wajah Kyungsoo yang beruraian air mata.
"Aku sudah berusaha melakukan negosiasi dengan mereka, tetapi mereka tetap teguh pada pendiriannya dan akan terus memburu Yuan. Kita sebagai orang tua harus melakukan ini demi kebaikan Yuan, putra kita. Ini satu-satu jalan yang harus kita lakukan agar mereka tak dapat meraih Yuan dan menjadikannya sebagai alat yang akan merusak kehidupan di alam semesta. Aku ... aku juga akan menyegel kekuatan dari tubuh Yuan karena aku ingin putra kita tumbuh menjadi manusia biasa yang tak memiliki kekuatan apa pun. Dengan begitu, keselamatan Yuan akan senantiasa terjamin dan kita bisa fokus menghancurkan semua rencana licik mereka."
Hati Chanyeol teriris begitu mendengar suara tangisan frustrasi Kyungsoo. Dirinya merasa sangat jahat karena telah merenggut kebahagiaan wanitanya. Namun, Chanyeol sama sekali tak memiliki pilihan lain. Ia harus segera mengirim Yuan ke dimensi lain agar kelangsungan hidup putranya tidak terancam oleh bahaya yang telah menanti.
Meraih sebuah tabung berbentuk kapsul dari dalam kantong jubahnya, cahaya berwarna biru muncul dari tangan Chanyeol guna mengubah ukuran tabung tersebut menjadi lebih besar sehingga dapat menampung tubuh Yuan secara keseluruhan.
"Chanyeol, apa kamu yakin akan mengirim Yuan ke dimensi lain?" tanya Kyungsoo memastikan.
"Aku tidak pernah seyakin ini, Kyungsoo."
"Tapi bagaimana ... bagaimana jika nanti Yuan jatuh ke tangan orang yang salah?"
Tubuh Kyungsoo bergetar. Mata bulatnya menatap wajah bayi laki-laki yang baru saja ia lahirkan tiga puluh menit yang lalu dengan pandangan sendu.
Kyungsoo merasa tak rela apabila harus melepas buah hatinya secepat ini.
"Tenang, Kyungsoo. Aku yakin putra kita akan baik-baik saja."
"T-tapi ..."
"Sudah waktunya."
Chanyeol mengambil alih, pria itu segera meraih tubuh mungil Yuan yang masih merah dari pelukan Kyungsoo kemudian meletakkannya pada sebuah benda berbentuk kapsul bening berukuran besar yang dapat menampung tubuh bayi mereka dengan sempurna.
Setelah mengucapkan mantra dan sebuah pintu berwarna hitam muncul di hadapan mereka, Chanyeol segera membuka pintu portal yang menghubungkan dunianya dengan dunia lain.
"Katakan apa yang ingin kau katakan, Kyungsoo."
Dengan air mata yang berderai, Kyungsoo menyentuh kapsul yang berisi bayi laki-lakinya untuk yang terakhir kali.
"Tumbuhlah menjadi anak yang baik, Sayangku. Jangan nakal, siapapun yang akan menjadi orang tua asuhmu kelak, semoga mereka bisa menerima dan memperlakukanmu seperti anak kandung mereka sendiri. Bunda sangat menyayangimu. Maaf karena bunda membiarkanmu bepergian sendirian. Selamat tinggal putraku tercinta, Park Yuan."
"Nasihat ayah sama seperti bundamu, Nak. Semoga kau bahagia di alam sama."
Sebuah cahaya terang membawa kapsul yang berisi tubuh bayi Yuan keluar dari pintu portal, penghubung antar dua dimensi yang berbeda.
Dan tak lama berselang, pintu penghubung antar dua dimensi itu lenyap usai Chanyeol membakarnya.
"Selamat tinggal, Yuan. Maaf jika suatu saat nanti ayah tidak bisa menjemputmu kembali."
CATATAN :
Teori dunia pararel bisa dijelaskan sebagai kehidupan manusia beserta alam semesta secara bersamaan satu sama lain. Para ilmuwan tidak dapat memastikan seperti apa bentuk ruang-waktu, tetapi kemungkinan besar -datar dan membentang tanpa batas. Singkatnya, seseorang bisa melihat dan menemukan versi lain dari diri mereka yang sebenarnya merupakan versi tak terbatas dari dirinya. Beberapa dari 'kembaran' ini mungkin akan melakukan apa yang kita lakukan sekarang. Ada juga yang memilih untuk membuat keputusan berbeda dalam hidup seperti misalnya soal karier.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Galbi
Fiksi Penggemar[BAHASA | COMPLETED] Here's the secret to being happy. A Chansoo Fanfiction (Alternate Universe ─ GENDERSWITCH) snflwexdejane © 2021 Highest rank : #1 in chansoo [22/05/05]