BL 3 : Pindah

118 28 5
                                    

Sakura merasa sesak, bahkan rasa itu hinggap seolah-olah mengoyak hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura merasa sesak, bahkan rasa itu hinggap seolah-olah mengoyak hatinya.

Omega itu menjijikkan.

Sakura mendengar pembicaraan mereka dari tadi tapi enggan untuk memotongnya.

Butiran bening menetes melewati pipi mulusnya, "Apa yang salah dengan omega? Omega hadir untuk memuaskan alpha, "batinnya.

Dari dulu ia selalu diasingkan bahkan oleh keluarganya, Sakura tidak ingin memilih takdir ini, wanita itu selalu iri pada Sakuza yang bebas kesana-kemari tanpa kekangan.

Taxi online yang ia pesan belum kunjung datang, seorang pria berambut merah mengulurkan sapu tangan.

"Apa kau anak kecil? Menangis sendirian dipinggir jalan?" Bukannya menenangkan, dia malah memperkeruh suasana.

Sakura menerima sapu tangan itu dan menatap sang pemilik dengan ekspresi datar, "Kau pasti dominan alpha, Tuan."

Pria itu tertawa kecil, "Bagaimana kau bisa tau, Nona?"

"Karna alpha selalu berlaku seenaknya."

Pria bersurai merah itu langsung bungkam, dia bisa merasakan kebencian di diri Sakura.

"Aaa.. Aku belum memperkenalkan diri, namaku Sabaku Gaara." Gaara kembali mengulurkan tangannya.

"Haruno Sakura." Wanita itu menjabat tangan Gaara.

"Nama yang indah, kau sudah menikah?" tanya Gaara tak sengaja melihat cincin yang terpasang dijari manis Sakura.

"Ya, tapi suamiku membenciku."

"Kenapa?"

"Karna aku adalah omega."

Hening. Tepat saat itu juga taxi online yang dikemudikan seorang beta datang. Sakura mengembalikan sapu tangan tersebut ke Gaara sebelum masuk kedalam taxi.

Begitu taxi melaju pergi, kedua manik Gaara berubah menjadi merah, ia menyunting senyum mengejek, "Alpha gila mana yang membenci omega seperti dia?"

Gaara menutup matanya sejenak, menghirup pheromone Sakura yang tertinggal, "Manis seperti ceri."

Makan malam dikediaman Uchiha tampak begitu hening, hanya dentingan alat makan terdengar, semuanya tampak menikmati makanan yang dihidangkan.

"Mikoto, apa kamu mengubah resep masakanmu?" Madara selaku kepala keluarga dirumah itu heran karna rasa makanan itu berbeda.

Mikoto menggeleng, "Tidak, apa ada yang salah, Ayah?"

"Rasanya lebih enak dari sebelumnya. "

"Sakura yang memasak menu malam ini, Ayah," jelas Mikoto yang membuat beberapa pasang mata melirik Sakura.

Madara mengangguk lalu melanjutkan makan. Setelah makan malam selesai dan para maid membereskan peralatan makan Sasuke angkat bicara.

"Kakek, mulai sekarang aku akan hidup sendiri. "

Ucapan Sasuke membuat Uchiha lain terkejut.

"Kau hidup sendiri? Kau kan anak mama," olok Obito.

"Cih, aku sudah menikah sekarang, aku hanya ingin hidup berdua dengan Sakuza. " Sasuke Menghela nafas, sebelum pulang tadi Jugo menyarankan Sasuke untuk memisahkan diri dari keluarga besarnya sampai Sakuza ditemukan.

Mikoto dan Fugaku sudah memberikan persetujuan sedangkan Madara sepertinya enggan.

"Kenapa tiba-tiba? Bisakah kalian disini saja, seperti Obito dan Rin?"

Sasuke sudah menduga jika Madara akan mencegahnya, "Kakek, aku sudah dewasa."

"Tapi—"

"Ayah, Sasuke bukan lagi anak kecil yang sering menangis karna es krimnya jatuh, dia sudah pantas memilih jalan hidupnya sendiri, " potong Mikoto.

Dengan berat hati Madara mengizinkan Sasuke dengan keputusannya.

Besok mereka sudah harus pindah jadi malam itu juga Sasuke menyuruh Sakura untuk mengemasi barangnya. Beruntung barang yang ia punya belum banyak jadi semua barangnya muat dalam satu tas.

Keesokan harinya, Sasuke dan Sakura sudah meninggalkan kediaman Uchiha. Mobil yang dikendarai Sasuke melaju santai.

"Kita akan pindah kemana, Sasuke?"

"Siapa yang menyuruhmu memanggil namaku?!"

Sakura terkejut, "Se-sebelumnya aku memanggil namamu, kau tidak mempermasalahkan."

Sasuke menggertakkan giginya kesal, "Kau hanya boleh memanggil namaku ketika bersandiwara didepan keluargaku!"

Wanita itu tersenyum masam, ia membuang pandangan keluar jendela melihat gedung-gedung tinggi. Hening menyelimuti keduanya.

Sasuke memutuskan untuk tinggal diujung kota, tempat itu jauh dari keluarganya.

Satu jam kemudian mereka sampai disebuah rumah sederhana, mirip seperti rumah kontrakan. Tapi jika untuk ditinggali dua orang akan cukup.

Setelah Sasuke membuka pintu rumah itu, Sakura melihat sekeliling. Tidak banyak barang jadi terlihat luas.

"Kita akan tidur terpisah mulai sekarang, jalani kehidupanmu sendiri dan jangan pernah menggangguku, mengerti?"

Sakura mengangguk, mau bagaimana pun juga dia tidak bisa membantah.

Sebelum Sasuke memasuki kamarnya, ia mendekati Sakura, "Satu lagi, jangan sampai lupa meminum obatmu karna aku tidak mau hal buruk terjadi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Broken Life [OMEGAVERSE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang