6

2.2K 337 47
                                    

Setelah bekerja tanpa libur, akhirnya Jake mendapatkan libur nya. Setelah menyelesaikan jadwal terakhir nya.

Terdengar suara koper yang ditarik oleh nya, senyum yang tidak pernah luntur setelah menyelesaikan jadwal.

Cklekk

Dahi nya mengkerut saat mendengar suara dari arah dapur. Ia langsung berjalan ke arah dapur.

"Sayang, ada apa?" Jake langsung menghampiri Sunghoon yang terlihat lemas.

"Engga papa kok."

"Engga papa gimana."

Sunghoon langsung memeluk suaminya. Jake langsung membalas pelukan nya, ia masih khawatir dengan keadaan istrinya.

Pernikahan keduanya sudah berjalan 5 bulan. Meskipun Jake lebih sibuk dibanding Sunghoon, keduanya masih harmonis.

"Aku engga papa Jake, beneran kok." Ujar nya sembari menatap suaminya.

"Terus?"

"Sebentar." Sunghoon langsung melepaskan pelukannya. "Aku ke atas dulu." Ia pergi ke lantai 2, dimana kamar keduanya.

Jake hanya mengangguk, ia mengambil air di kulkas sembari menunggu dokter manis nya.

Tak lama Sunghoon datang sembari menyembunyikan sesuatu. "Engga punya penyakit jantung kan?"

"Astaga sayang, kamu kek baru kenal aku aja."

Sunghoon tersenyum menunjukkan gigi-giginya. Ia langsung menunjukkan benda panjang, lebih tepat nya testpack. Ia termasuk laki-laki istimewa.

"Jinjja?!" Tanya Jake tak percaya.

Si manis mengangguk. Suaminya langsung memeluk nya erat, Jake menangis terharu.

Sunghoon bahagia, tapi disisi lain dirinya memiliki ketakutan. Pekerjaan Jake cukup berbahaya, bahkan sang pilot sering mengatakan sesuatu sebelum bekerja.

Seperti, 'Kalau aku engga pulang, ikhlasin. Kamu boleh nangis, tapi jangan sampe ngelupain tugas kamu sebagai dokter, ngelupain kehidupan kamu yang masih panjang.'

Sunghoon ikut menangis, menangis haru dan menangis takut sesuatu terjadi pada Jake.

"Hikss a- aku hikss takutt..."

Jake paham dengan perkataan si manis. "Sayang, jangan di pikirin. Takdir kematian udah di atur bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini. Aku berharap bisa ngebesarin anak kita bareng. Tapi balik lagi, takdir udah di atur. Kita engga bisa ngatur takdir itu."

Pucuk kepala Sunghoon dikecup lama, lalu kening nya pun. Menggunakan ibu jari nya, Jake mengusap air mata yang membasahi pipi istrinya.

"Jangan nangis yah, aku jadi ngerasa bersalah."

Sunghoon mengangguk meskipun masih sesenggukan.

"Udah berapa bulan?" Tanya si dominan.

"Dua." Jawab Sunghoon singkat, ia masih sesenggukan.

"Jelek ah kalau nangis."

"Ihhh!" Sunghoon langsung mencubit lengan Jake, mengundang gelak tawa dari si dominan.

"Mau gimana pun kamu, aku bakal selalu ada disamping kamu." Jake memain-mainkan pelukannya. "Makasih sayang, Love you."

"Sama-sama, Love you too."

7 months later

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7 months later....

Jake baru saja menyelesaikan jadwal nya. Ia baru saja kembali dari Thailand, terbang ke Thailand lalu kembali lagi ke Korea Selatan.

"Jakee!!" Panggil seseorang.

"Apaan?"

"Kata Jungwon, Sunghoon lahiran. Ehh engga tau ding mau atau udah, lu samperin aja ke Rumah Sakit dia kerja. Gw ada jadwal penerbangan, bye." Jay langsung pergi menyusul kapten di pesawat nanti.

Jake terkejut mendengar nya, begitupun bahagia. Ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari bandara.

Ia langsung memasukkan koper nya ke mobil yang menginap satu malam di bandara.

Jake langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lama dirinya sampai di Rumah Sakit tempat istrinya bekerja.

Dirinya langsung berlari memasuki gedung bernuansa putih tersebut, mendekati meja resepsionis.

"Ruangan Park Sunghoon?"

"Ahh dokter Park, ada di ruangan keluarga Shim."

"Terima kasih." Jake langsung berlari ke lift, memencet angka 7, dimana ruangan pribadi keluarga nya berada.

Tingg

Setelah pintu lift terbuka, dirinya langsung berlari lagi.

Cklekk

"Lu abis marathon-an?" Tanya sang kakak.

Jake terlihat terengah-engah. "Mamah sama papah kemana?"

"Mamah sama papa pulang dulu, mertua lu juga." Jawab Heeseung.

Jake langsung menghampiri brankar, Sunghoon sedang tertidur. Tidak terganggu dengan kehebohan Jake dan keributan kedua saudara tersebut.

"Gw ke kantor yah, ada rapat." Pamit Heeseung, Jake hanya mengangguk.

Anak sulung keluarga Shim tersebut langsung keluar dari ruangan keluarga nya.

Tangan Jake terulur untuk mengusap kepala dokter cantik nya. Ia mengecup lama kening sang istri.

Kelopak mata Sunghoon terlihat bergerak. Perlahan terbuka, menatap sang dominan yang tersenyum ke arah nya.

"Thank you, Honey. Maaf engga ada waktu kamu lagi kesakitan, engga ada waktu kamu lahiran."

Sunghoon tersenyum, mengusap pipi suaminya. "Engga papa kok, kamu engga nemenin aku karena lagi kerja. Seengaknya sekarang kamu datang."

Jake ikut tersenyum, ia berharap saat Sunghoon melahirkan anak kedua mereka nanti, ia ada di samping sang istri.

Takdir engga bisa diubah:)

Sang kepala rumah tangga berjalan ke arah kasur sang anak. Ia mengusap lembut pipi gembil putra nya.

Lalu Jake langsung menggendong anak nya tersebut. "Dia tampan."

"Kayak kita."

"Tapi kamu cantik."

"Jake!"

Jake terkekeh melihat wajah kesal istrinya tersebut. "Kamu mah ganteng iya, cantik iya. Tapi lebih ke cantik sama gemesin."

Sunghoon hanya pasrah, jahitan nya belum kering, jadi ia tidak bisa bergerak leluasa.




To be continued....

[✓] Captain || JakeHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang