2. 29 days before the day

35 1 0
                                        

"The greatest glory in living lies not in never falling, but in rising every time we fall." -Nelson Mandela

.
.
.
.

   Gadis cantik yang tengah meminum teh manis dan duduk di balkon masih memikirkan kejadian di siang hari. Kertas itu masih ia baca berkali-kali dan masih membuat nya tersipu berkali-kali pula.

   Dia menatap langit yang tampak sangat cantik malam ini. "Angkasa tolong bilang sama Umbara, jangan buat aku jatuh cinta! Dan Dierja, kau buaya darat dasar breng*s*k!" Umpat Aruna kesal.

   "Secepat itu kah lo jatuh cinta?" Tanya sosok laki-laki di balkon sebelah. Rumah Aruna ada di komplek, tapi jarak antara rumah sangat jauh, ada sekitar 15 meter jaraknya.

   "YA ALLAH! ASTAGFIRULLAH, SETAN!!!" Jerit Aruna yang kaget akan sosok Umbara yang ada di balkon sebelah rumahnya. Aruna lari kedalam rumah meninggalkan Umbara yang setengah bingung.

    "Semenakutkan itu kah diriku? Padahal aku tampan seperti Jaemin nct." Ujar Umbara heran. Ia melihat kertas kecil yang tergeletak disebelah teh gadis tadi. Umbara tersenyum manis lalu kembali memasuki kamarnya sambil meminum kopi kesayangannya.

   Wah nikmat sekali Umbara dikehidupan kali ini. Jadi anak tunggal kaya yang kalau mau tinggal beli, gak mikir harga. Umbara tinggal berdua dengan bi Inah. Bunda dan ayah nya sedang dinas di Dubai, entah lah itu urusan bisnis.

   "AAAAA MALU BANGET GUEEE!" Ada senyum yang tersimpul diwajah Umbara. Dengan cepat dia meraih handphone nya dan menulis pesan untuk Aruna. Jangan tanya dia dapat nomor Aruna dari mana, karna sudah jelas dia mendapatkannya dari grup kelas.

   Setelah mengirim pesan, Umbara tak sengaja melihat buku cerita usang tentang reinkarnasi. Umbara tersenyum dan mengambil buku itu. Buku itu berjudul 'reinkarnasi'. Di usap halus buku itu dan di simpan kembali ketempatnya lalu Umbara pergi ke kamar mandi untuk mandi.

.
.
.
.

  "Gue gak salah liat kan?" Kata Aruna yang masih terkejut dengan penampakan makhluk tinggi nan tampan di balkon tadi.

   "Gak gak gak mungkin." Yakin Aruna sambil menepuk-nepuk pelan pipinya.

   "AAAAA MALU BANGET GUEEE!" Teriak Aruna kesal. Dia meninju bantal dan guling sebagai pelampiasan kekesalannya.

Moo...

   Bunyi notifikasi handphone milik Aruna. Terdapat nomor tak dikenal memberikan pesan.

+6281255******
Gue bisa denger teriakan lo

   Mampus! Satu kata di lubuk hati Aruna. Rasanya ingin menghilang dari bumi. Dia lupa menutup pintu saat lari. Dia terlanjur takut pada sosok Umbara yang terlihat unreal saat di balkon.

  "Tenang Aruna tenang. Itu bener Umbara kok bukan setan atau malaikat maut."

   Aruna berjalan mendekati pintu balkon dan mengecek sekeliling. Barangkali sosok Umbara masih nongkrong di balkon. Dia langsung menutup pintu dan lari ke kasur.

   Dia teringat ucapannya tadi "angkasa tolong bilang sama umbara, jangan buat aku jatuh cinta!" Aruna memejamkan mata, malu. Selimut yang tadinya rapih sudah membungkus tubuh Aruna. Aruna menendang-nendang kakinya kesal dan gemas.

Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang