>Jangan Lihat ke Bawah<

294 5 0
                                    

"Jangan lihat ke bawah!  Tegakkan kepalamu!" 

Itulah kalimat yang sering ibu sampaikan padaku.  Bagaimana tidak?  Mengingat aku adalah seorang penyendiri yang menganggap hidup itu tidak penting, dan semua kehidupan ini hanyalah kebohongan.  Keseharianku yang hanya berselancar di internet di dalam kamar membuatku selalu menundukkan pandangan ketika sesekali ke luar.  Bukannya aku tidak pede atau semacamnya, tapi aku hanya tidak ingin orang-orang tau bahwa aku ada, aku tak ingin terlibat dengan siapa pun.  Tentu saja Ibuku tidak termasuk. 

Tapi, apa kalian tau? Sesuatu yang terjadi telah mengubah pikiranku. Bukan. Bukan karena aku sadar tentang pentingnya interaksi dengan orang lain, melainkan sesuatu yang membuatku terlalu enggan untuk menundukkan kepala.

Itu terjadi sekitar 2 tahun yang lalu, saat aku masih tinggal bersama ibu. Ya, hanya bersama ibu. Ayah dan ibu bercerai sekitar 15 tahun yang lalu, dan itu semua ... karena aku. Ibu yang terlalu membela anak bodoh sepertiku, hingga akhirnya ayah mulai jenuh dan membawa kedua adikku bersamanya. Aku tidak merasa dirugikan di sini. Aku sangat Menyayangi Ibu. Ibu yang selalu memenuhi kebutuhanku yang mungkin tidak terlalu penting bagi orang banyak. Ya, semuanya.
Walaupun aku putus sekolah, selalu berdiam diri di dalam kamar dan tak pernah menunjukkan ekspresi apapun selain wajah bodohku yang jelek ini. Namun tidak akan selamanya seperti itu.

Tanpa alasan yang pasti Ibu mulai berubah dan bersikap kasar padaku. Membentakku setiap pagi, siang, hingga malam. Menggedor-gedor kuat pintu kamarku setiap tengah malam. Tapi aku tidak habis pikir, mengapa Ibu masih memenuhi kebutuhan hidupku? Mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan untukku. Itu sangat aneh. Sifat Ibu dapat berubah seketika.

Aku semakin banyak menghabiskan waktu di dalam kamar, menonton sesuatu berbau horor, gore, thriller, bahkan romance pun aku tonton.

Suatu malam ibu membuka paksa pintu kamarku dengan kapak. Ibu berteriak histeris dan mengacungkan kapaknya ke arahku. Kata-kata yang ia ucapkan sudah tidak jelas lagi, lantaran teriakan kencang berpadu amarah yang telah menguasainya. Dengan napas terengah aku berlari ke sudut kamar. Ibu menghancurkan semua barang-barang yang merupakan separuh jiwaku. Aku mengambil kesempatan itu untuk lari, namun tanpa ku sadari ibu jauh lebih cepat dibanding aku. Aku melakukan segala cara untuk melindungi diri. Adegan-adegan dalam film silih berganti melewati benakku.

Walaupun aku mengatakan hidup itu tidak penting, namun tidak akan keren jika aku mati dicincang kapak oleh Ibuku sendiri. Aku lebih memilih mati dimakan harimau. Setidaknya itu memberi manfaat untuknya. Kapak di genggaman ibu berhasil terlepas. Ibu menyerangku dengan tangan kosong. Ibu sudah tidak waras. Semua ini bukan salahku, tapi salah ibu yang masih menampung anak sepertiku. Keputusannya sendiri yang membuatnya begitu.

Segores senyuman terukir di bibirku. Senyuman itu merekah hingga menjadi tawa. Tak pernah rasanya aku merasa sebahagia ini. Rasanya nikmat dan membangkitkan gairahku. Ibu tak hentinya menyerangku, bahkan darah segar sudah mengalir di beberapa bagian tubuhku. Aroma amis ini ... aroma kehidupan. Ibu berhenti sejenak. Apa dia lelah? Atau kini tiba giliranku? Ibu terdiam, napasnya terengah.

Aku menatap ibu sejenak lalu tersenyum lembut dan mengucapkan terimakasih padanya. Air mata mengalir di pipi Ibu. Aku sudah tidak punya banyak waktu sebelum ibu kembali menyerangku. Aku mendorong kuat ibu hingga ia terpental cukup keras. Aku sudah lebih dulu menindih ibu sebelum ia bangkit.

Aku mengambil pensil yang terjatuh sembarang di lantai. Aku menusukkan ujung pensil itu ke dalam mulut ibu yang menganga karena berteriak. Aku menusuknya dalam hingga pensil itu tertancap di daging ibu. Ujungnya cukup runcing hingga pensil itu dengan cukup mudah menancap di tenggorokan ibu. Aku menancapkannya semakin dalam sampai ujung pensil itu menembus leher belakang ibu. Orang yang sangat ku sayangi berteriak histeris dan meronta-ronta.

Aku menarik pensil itu dan menancapkannya ke mata ibu. Wanita tua itu semakin meronta dan berteriak histeris. Teriakan itu memekakkan telingaku, jadi kutusukkan saja pensil itu ke leher ibu yang menembus ke pita suaranya. Aku hilang kendali dan menusuk ibu dengan pensil itu secara brutal. Hingga akhirnya tubuh itu berhenti bergerak. Aku pun turut berhenti.

Aku terkapar di samping ibu karena kelelahan. Ku pandang lekat wajah ibu lalu tersenyum dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Aku mengusap pipi ibu yang sempat dialiri air mata. Namun cairan merah yang menutupinya malah menyebar luas di permukaan kulit yang sudah tampak sedikit kerutan itu. Aku mencium tangannya sebelum menjadikannya santapan harimau. Kalian sudah tau kan, jika itu jauh lebih berguna daripada aku repot-repot menggalikan tanah untuknya.

Itulah awal mula kejadian ini. Kisahku belum berakhir di sana. Kalian masih belum mengetahui alasanku untuk tidak menunduk lagi. Aku tinggal sendirian di rumah tua itu. Tak banyak yang dapat ku lakukan. Kurasa kejiwaanku pun mulai terganggu. Belum lagi sesosok makhluk yang bersemayam di bayanganku yang membuatku semakin hilang akal.

Setiap kali aku menundukkan kepala, dia selalu ada di sana, kalaupun saat gelap dan saat-saat yang tidak memungkinkan terciptanya bayabgan. Tersenyum lebar sembari berbisik padaku 'tegakkan kepala mu'! namun bisikan itu terasa seperti teriakan yang berdengung di telingaku.

Sosok itu mengikutiku kemana-mana, seolah sosok itu merupakan bagian dari jiwaku. Mata satunya selalu mengawasiku kemanapun aku pergi. Menunduk sedikit saja ledakan suaranya akan langsung menyerangku.

Kini aku tinggal di pusat kota. Bercengkrama dengan penduduk setempat dan menjadi orang yang berpengaruh terhadap banyak hal. Untuk pertama kalinya aku merasa bersyukur memiliki sosok itu dalam hidupku. Saat masih ada maupun tidak, dia selalu ada untukku. Aku sangat menyayangimu, Ibu.

...

Assalamu'alaikum..
Halo semuaa.. Aku mau ngucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri. Aku minta maaf atas segala kesalahan yang pernah ku lakuin. Walaupun kita gak kenal ya.

Aku minta maaf kalau semua cerpen ku jelek, wkwk. Kebanyakan cerpenku genre horor yak. Itu karena dulu aku sering update cerpen horor di story WA. Aku nulis langsung di story WA. Jadi tulisannya berantakan banget, wkwk.

Nanti kapan-kapan aku bakal update cerpen baru. Setidaknya sampai aku beneran niat buat ngetik.

Terima kasih:D

Kumpulan Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang