Ini adalah tahun ke-enam semenjak kepindahan Anggi. Dia adalah teman masa kecilku. Sebenarnya aku tidak rela mengatakannya hanya sekedar teman masa kecil. Tapi memang itulah kenyataannya.
Namun sebenarnya aku menganggapnya lebih dari itu. Bahkan aku masih merasakan ikatan persahabatan kami walaupun terpaut jarak yang jauh. Aku mengenal Anggi sudah sangat lama. Mama mengatakan kalau Anggi sering main ke rumahku bahkan sejak masih bayi. Anggi membuatku merasakan asiknya mempunyai seorang saudara, dan menghilangkan kesepianku menjadi seorang anak tunggal.
Hari ini adalah hari terakhirku mengikuti Ujian Nasional tingkat SMP, dan itu sudah berlalu sejak beberapa jam yang lalu. Mama dan Papa mengajakku pergi berlibur untuk mengisi waktu liburku. Yeah.. walaupun tidak lama karena kesibukan Papa, tapi aku tidak masalah dengan itu. Papa meluangkan waktu untuk keluarga saja aku sudah sangat bersyukur.
Mama mengajakku untuk berlibur ke kota ****. Mama mengusulkan berlibur ke sana bukan tanpa alasan. Mama bilang kami akan mampir ke rumah Anggi. Karena itulah aku sangat bersemanagat. Aku sangat tidak sabar menunggu hari itu.
Aku mengirim pesan kepada Anggi kalau aku akan datang berkunjung ke rumahnya. Sama halnya denganku, dia tampak sangat senanng mendengar kabar itu.Aku dan Anggi memang masih sering berbagi kabar. Sejak awal kepindahannya, dia mengirimkan surat padaku, dan kami akan berbalas surat dalam waktu dua minggu sekali, dan mengobrol dengan surat menyuratpun berakhir setelah kami sama-sama mempunyai ponsel.
Besok adalah hari keberangkatanku dan kedua orang tuaku ke kota ****. Papa dan Mama pergi ke luar untuk membeli persediaan yang masih kurang. Mereka memintaku untuk menjaga rumah dan tidak menerima tamu yang tidak dikenal.
Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, itu berati sudah empat jam lamanya mereka berdua pergi. Namun Papa dan Mama masih belum kembali. Aku sangat cemas, aku takut kalau terjadi sesuatu pada mereka. Namun pada akhirnya kecemasan itu bisa kubuang jauh-jauh karena Mama meneleponku beberapa menit yang lalu. Mama mengatakan kalau mereka akan pulang sedikit lebih lama, karena terjebak kemacetan.
Perutku keroncongan, sudah dari pagi aku tidak memakan sesuap nasi pun. Aku memutuskan untuk memasak makan malam. Aku mengambil celemek putih yang tergangtung di gantungan. Aku cukup mahir dalam memasak, mama yang mengatakannya padaku.
Aku akan memasak mi instan untuk malam ini, cukup simpel dan bisa membuatku kenyang. Aku menghidupkan kompor lalu merebus air. Setelah airnya panas, aku memasukkan mi instan ke dalamnya.
Baru saja aku akan memulainya, suara keras dari sebelah membuatku terkejut. Hal ini memang tak jarang terjadi, tetangga sebelah ku sepertinya akan berperan lagi. Mereka adalah sepasang suami istri yang baru menikah tiga bulan lalu. Memang umur yang masih muda, mereka bahkan belum mempunyai anak. Aku tidak tahu permasalahan dalam keluarga kecil itu, mereka terlalu tertutup untuk berbagi masalah dengan kami, tetangganya.
Aku merasa pertengkaran mereka sudah mencapai puncaknya. Itu terbukti dengan suara teriakan Om Adli yang terdengar hingga kemari. Tante Rita merespon teriakan itu dengan teriakan yang lebih keras. Rasa laparku mendadak menghilang setelah mendengar perkelahian mereka. Entah apa yang membuatku tertarik untuk menyimak keributan di sebelah.
Aku memasuki kamarku untuk melepas rasa lelah, sembari mendengarkan ocehan yang saling mereka lontarkan. Aku langsung terlonjak kaget saat mendengar suara teriaka tante Rita yang begitu nyaring. Aku tidak tahu apa yang terjadi di sebelah sana. Setelah itu, aku mendengar suara barang-barang yang dihempaskan, bahkan dihancurkan. Mereka benar-benar mengganggu waktuku, dan tetangga lain, kurasa.
Seketika suasana menjadi senyap. Tidak ada lagi teriakan, tidak ada lagi suara benda pecah ataupun dibanting. Bahkan suara kedua insan yang tadinya terdengar menggelegar sudah lenyap begitu saja. Akan tetapi ... keributan itu kembali terjadi di rumah depan. Aku mengintip dari balik gorden untuk melihat apa yang terjadi, karena suaranya berasal dari kamar atas rumah itu yang menghadap langsung ke kamarku.