Meja lebar dengan tinggi sekitar satu meter berwarna putih itu nampak menjadi bintang utama bagi sebagian besar peserta rapat. Berpasang-pasang mata menatap meja itu dengan alis berkerut. Sesekali menghela napas lelah karena merasa waktu berharga mereka terganggu. Terlebih, sebuah kantong besar berwarna oranye yang menjadi satu-satunya benda terletak di atasnya. Orang-orang berseragam yang duduk mengitarinya nampak memberikan reaksi penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Termasuk sang pemilik pangkat tertinggi, yang duduk di kursi busa tunggal. Ia mengamati dalam diam foto-foto dokumentasi yang disajikan tanpa raut wajah apapun.
"Jenderal Joe, kami menemukan kejanggalan pada tempat yang anda minta. Sebuah pintu rahasia terletak di antara rak-rak buku. Bentangan tangga menuju ke tempat manusia-manusia tak bersalah yang dijadikan objek kriminalitas." ucap Namjoon, yang memang duduk tak jauh dari sang Jenderal pemilik pangkat tertinggi dan menjadi fokus mereka dalam berpendapat.
Jenderal Joe nampak mengernyitkan dahi. Ia beralih menatap bulir mata Namjoon yang juga turut menatapnya. "Lalu, apakah tubuh yang kau bawa itu menjadi salah satu dari pelaku?" Jenderal Joe bertanya dengan senyum miringnya yang khas. Seakan perkataan dengan nada datar tak pedulinya menjadi daya tarik dan pemuncul rasa takut dari lubuk hati. Membuat Namjoon sedikit merasa gugup karena khawatir penyampaiannya yang mungkin keliru dan mendapat akhir yang justru mengecewakan.
"Bukan, Jenderal. Ini justru menjadi satu-satunya korban yang bisa kami temukan. Entah sengaja ditinggalkan atau justru ia bersembunyi dengan baik hingga pelaku-pelaku itu pergi." Namjoon meminta kedua rekannya untuk maju ke arah kantong oranye. Melalui sorotan mata, memerintah untuk menarik pengait dalam kantong. Sehingga aroma khas anyir tercium hampir ke seluruh ruangan. Pengharum nampak tak begitu memberi dampak. Sementara aroma itu bahkan sudah membuat orang-orang disekitarnya berakhir menjauh beberapa sentimeter kebelakang.
"Ini adalah Jang Hanmul. Ia diperkirakan berusia antara tujuh belas sampai dua puluh tahun. Tubuhnya kosong. Diduga, sebuah penjualan organ terlibat di dalamnya." Namjoon menjelaskan. Di tangannya tergenggam dua buah foto yang mereka ambil di tempat kejadian.
Sang Jenderal nampak memandang dengan alis berkerut. Bola matanya berubah menjadi raut penuh minat pada badan tak bernyawa di hadapannya. "Apa kalian yakin jika ini sebuah penjualan ilegal? Bagaimana jika ini hanya kasus pembunuhan dan mutilasi biasa?" ujarnya setelah mengamati luka di tubuh si anak malang.
Namjoon menatap balik sang jenderal. "Luka ini bukan beralaskan dendam, aku rasa. Potongannya rapi. Seakan profesional yang melakukannya. Jadi, saya yakin-"
"Nak. Tempat kejadian yang menjadi sumber adalah sebuah laboratorium. Tentu saja orang-orang didalamnya memiliki kemampuan dibidang ini. Terutama mereka para petugas pembedahan. Salah satu diantara dokter-dokter itu bisa saja menjadi pelakunya." Namjoon nampak terhenti begitu saja. Ia mencoba memutar akalnya. Perkataan sang Jenderal memang telah ia tebak. Namun entah mengapa mulutnya seakan terkunci. Padahal sebuah jawaban siap ia utarakan disini.
Seokjin nampak memutar bola matanya kesal. Suasana ruang rapat seakan memanas setelah ia berdiri dari duduknya. "Izin menyela, Jenderal. Justru karena adanya keterlibatan dari pekerja laboratorium lah yang membuat ini semua terasa aneh. Bisa saya perkirakan jika ini bukan hanya sekedar kasus pembunuhan. Bisa saja pihak-pihak tertinggi ikut terlibat di dalamnya. Laboratorium ini adalah milik pemerintah. Mungkin saja-"
"Kim Seokjin, aku tidak butuh ketidak-yakinanmu itu. Rapat tidak berguna ini membuang-buang waktu berhargaku." Salah seorang perwira lainnya nampak berujar dengan beraninya. Seokjin tentunya merasa kesal. Ia memberikan cibiran tanpa suara pada pria tambun berseragam itu.
"Hentikan penyelidikan." Sang Jenderal mengeluarkan maklumatnya. Ia berujar dengan nada tenang namun penuh penegasan. Mampu membuat ketiga orang yang tengah melapor itu langsung terpaku di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIGILANT [BTS]
Fanfiction[BTS - Crime - BrotherShip - Military] Tugas menjelang cuti mereka hanya menyelesaikan kasus sebuah tempat yang diduga terlibat dalam kegiatan jual beli ilegal. Namun, rupanya kenyataan kelam muncul ke permukaan. Ilmu yang mengalami penyimpangan, me...