Dia Sebenarnya Khawatir (5)

138 25 2
                                    

Seperti kegiatan tersembunyi mereka setiap hari, Rumah Seokjin akan menjadi tempat pertemuan rutin mereka. Jika biasanya mereka akan membahas korban yang dahulu mereka temukan, namun kali ini pembahasan mereka sedikit berbelok. Karena yang menjadi sumber kali ini adalah Hoseok. Lelaki itu fokus menjelaskan rentetan kejadian dengan nada dramatis.

"Jadi, seekor anjing terluka dan kau ingin membahasnya, huh?" Sarkas Yoongi dengan nada malasnya yang khas. Hoseok meringis mendengarnya. Namjoon juga nampak tak terlalu memperhatikan. Berbanding terbalik dengan Seokjin yang justru memangku kedua pipinya dan memberikan tatapan melasnya.

"Kasihan sekali anjingnya ... siapa orang gila yang tega melukainya ...." Hoseok mengangguk semangat. Ia juga tak tega melihat seekor anjing yang bahkan sepertinya belum dewasa terluka parah hingga tak terselamatkan. Namun Hoseok benar-benar harus fokus pada pembahasannya yang utama. Ia harus menyatukan dua lelaki yang masih berseteru itu.

"Yoongi, bukan itu topik utamanya," ucap Hoseok sembari mengeluarkan sebuah plastik zip berukuran besar berisi sebuah ponsel dengan bandul kelinci yang lucu.

Seokjin menegakkan punggungnya tiba-tiba dan tatapan melasnya berubah tajam, "Korban manusia?"

Hoseok mengendikkan bahunya. Ia sendiri tak yakin apa pemilik ponsel ini baik-baik saja. Melihat kondisi ponsel yang retak maupun tak ada seseorang yang turut terbaring di tempat kejadian.

"Tidak bisa dipastikan, Hyung. Aku hanya menemukan ponsel yang retak ini. Tak ada apapun di sekitarnya. Mungkin menurut kalian ini hal yang tak terlalu penting, namun buatmu mungkin ini cukup penting." Hoseok menatap Yoongi dengan tatapan datarnya. Menunjukkan seberapa serius hubungan pemilik ponsel dan Yoongi sendiri.

Hoseok menekan tombol daya cukup lama. Hingga layar bergerak untuk menyala. Setengah layar berwarna putih bergaris menandakan kerusakaan LCD yang cukup menganggu. Kemudian beberapa misscall dan pesan masuk yang mampu membuat Yoongi segera meraih ponsel itu dengan tangannya.

"Aku kemarin berniat membuka pesannya. Tapi ponselnya terkunci. Jadi aku hanya bisa membaca beberapa saja dari notifikasi."

Yoongi membaca notifikasi dengan alis berkerut. Lebih dari seratus panggilan tak terjawab berasal dari satu nama yang sama. Termasuk puluhan pesan yang belum terbuka sama sekali. Satu nama yang ia baca mampu membuatnya menegang. Kemudian menatap balik Hoseok yang juga menatapnya. "Ini ... milik Jungkook?" Hoseok tak menjawab. Namun Yoongi tak bodoh untuk tau. Ia menghela napasnya dan mengembalikan ponsel itu.

"Aku yakin ia baik-baik saja," ujarnya dengan nada santai. Hoseok tak bisa untuk tak berekspresi marah. Ia cukup kecewa sekaligus kesal pada pria di hadapannya.

"Hyung, jangan keras kepala. Kau tidak pernah menemuinya selama ini! Bagaimana bisa kau tidak punya rasa empati sedikitpun pada adikmu. Adik kandungmu Hyung!" Yoongi diam. Kehabisan kata-kata dan tak tau harus memberikan reaksi seperti apa. Namun terdiamnya Yoongi mampu membuat kepala Hoseok berasap. Ia mengusap keningnya yang terlalu panas dan berdiri. "Aku akan membeli kopi di depan. Haduuh, kepalaku terasa terbakar!" gerutunya sembari berjalan dengan langkah terburu-buru.

Seokjin yang merasa atmosfer kurang mengenakkan akhirnya menatap Yoongi, "Kau tidak mau mengunjungi adikmu? Tidakkah kau khawatir? Kau yakin dia tak terluka? Lihat saja ponselnya." Seokjin mencoba meyakinkan Yoongi. Ia bisa melihat tingkah ragu dan khawatir yang ia sembunyikan sejak tadi.

Yoongi yang lama diam itu akhirnya menghela napas letih. "Entahlah," ucapnya dengan nada ragu. Ia sendiri tak yakin dengan perasaannya. Ia ingin sejenak menjenguk. Mengucapkan beberapa kata dan memperbaiki hubungan diantara mereka. Namun bagian lainnya terasa berat seperti terpukul. Ia bingung.

VIGILANT [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang