Mendatangkan Sebuah Kasus (2)

286 41 5
                                    

Mata secerah mentari itu menatap dengan berbinar ke etalase toko. Roti dengan lubang ditengahnya dan banyaknya topping di atasnya mampu membuatnya hampir menjatuhkan liurnya sendiri. Sayangnya, ia tak memiliki cukup uang untuk membelinya. Seperti pepatah jika harga menentukan kualitas. Begitupun roti yang beraroma harum impiannya.

"Tae?" Sapaan hangat membuatnya menoleh. Menemukan seseorang dengan senyum hangatnya dan celemek khasnya tengah berjalan mendekat. Taehyung tersenyum canggung. Merasa malu karena tertangkap basah mengamati jejeran roti yang nampak menggugah dari balik kaca.

"Mencari kakakmu?" Taehyung menggeleng kecil. Ia nampak gugup dan pria dihadapannya nampak sedikit bersalah. Mereka terdiam dengan senyum yang nampak tertahan.

Pria bercelemek itu akhirnya berdehem pelan, "Ekhm ... Mau ke kamar mandi?" Pertanyaan bodoh yang tak harus dijawab, bukan?

Untungnya, percakapan canggung mereka terhenti ketika lelaki lain yang nampak lebih pendek dengan surai blondenya menepuk dengan keras pundak si pria bercelemek.

"KAK SEOKJIN! TUMBEEN KELUAR DARI DAPUR?!" Seokjin mendengus kesal. Ia menjitak dahi adiknya dengan kasar dan membuat si lelaki blonde mengaduh kesakitan.

"Jimin bodoh! Kau membuatku kesal. Apa yang kau lakukan disini?!" Seokjin bertanya dengan tatapan kesalnya. Sedangkan Jimin masih mengaduh sambil mengelus dahinya yang terasa sedikit naik.

"Aku mau membakar tempat ini atas nama kak Seokjin." Tatapan mematikan dari kakaknya saja mampu membuat Jimin akhirnya memberikan eye smilenya sembari menunjukkan tanda peace di jari tengah dan telunjuknya. "Hehe ... Bercanda." Ia tersenyum penuh makna.

"Kami mau mengerjakan tugas kelompok disini. Tidak masalah kan?" Jimin menunjukkan tas laptop yang dibawanya dan menunjuk tas punggung milik Taehyung dengan jemarinya.

Seokjin bukannya merasa bangga, ia justru menampilkan raut wajah datar. "Dan tempat ini kalian pilih agar aku memberikan kalian donat gratis sebagai imbalan, benar bukan?" Jimin nampak mengangguk semangat sambil bertepuk tangan kecil. Berbeda dengan Taehyung yang nampak panik dan berusaha menggelengkan kepala.

Seokjin menghela napasnya pelan, "Tidak masalah, Tae. Donat apa yang kalian inginkan?" tanya Seokjin sambil berjalan ke arah belakang. Di tangannya tergenggam sebuah capit untuk mengambil roti. Kedua lelaki itu nampak saling menatap dengan wajah berbinar.

"Yang paling murah, kak ...."
"Donat Sultan yang isi 25!!"

Suara yang hampir bersamaan namun berbeda pendapat itu mampu membuat mata Seokjin terasa berdenyut. Selanjutnya, suara pekikan kesakitan kembali terdengar setelah Seokjin lagi-lagi menjitak dahi seseorang yang jelas kalian ketahui siapa.

🍁🍁🍁

"Terimakasih, Kak Mon!" Jimin melambaikan tangannya dengan heboh ke pada seorang pelayan wanita yang mengantarkan mereka donat. Pelayan bernama Monica itu nampak tersenyum kecil dan segera pergi sembari menutupi wajahnya dengan kain lap. Ia malu karena orang-orang menatapnya dengan tatapan penasaran

Taehyung nampak menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan Jimin yang heboh dan sedikit norak. "Hei. Berhenti menggoda kakak-kakak perempuan yang kau temui," ucap Taehyung ke arah Jimin yang masih menatap sang pelayan.

"Ah ... Tidak apa-apa. Kak Monica itu baik. Suka deh liat kak Monica malu seperti itu. Seandainya Kak Seokjin menikah ... Calonnya harus Kak Monica!" Jimin mengepalkan jemarinya dan memukul ringan meja mereka. Ia berkata seakan telah mendeklarasikan pengumuman perang.

VIGILANT [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang