Part 7 : Another Soft Boy

18 0 0
                                    

Boy With Sweetness
Part 7 : Another Soft Boy

Kita sama-sama gagal memahami cara menunjukkan rasa kasih sayang, maka dari itu kita tidak pernah sejalan—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita sama-sama gagal memahami cara menunjukkan rasa kasih sayang, maka dari itu kita tidak pernah sejalan—

•••

Lilly sedang duduk di bangku taman rumah sakit jiwa Pajin, sudah tiga hari berlalu sejak kejadian menyedihkan waktu itu, sampai sekarang ia tak pernah bertemu lagi dengan Jimin. Mengingat momen menangis bersama dengan laki-laki itu entah kenapa membuat jantungnya berdesir, ada perasaan tenang kala bisa bebas menangis di depan orang lain tanpa takut ditanyai pertanyaan aneh, menangis ya menangis saja.

"Lilly.." sebuah suara menyapanya perlahan.

Lilly menoleh kearah sumber suara dan menemukan sosok pria tinggi dengan senyuman manis yang terlihat tak asing baginya, "Ya." sahut Lilly pelan. Berupaya sopan, dia tau kalau orang yang sedang berdiri di depannya ini adalah 'pasien' kesayangan Direktur Han.

"Kamu tau Jimin bukan?" tanya Hoseok kemudian.

"Laki-laki itu?"

Hoseok mengangguk perlahan, "Dia menitip salam untukmu."

Lilly sedikit kebingungan, "Kenapa?"

"Dia sedang di ruang isolasi semenjak kambuh beberapa waktu lalu, keadaannya belum membaik, dia perlu seorang teman."

"Lilly bukan temannya." 

"Tapi, dia ingin berteman denganmu."

Lilly diam, bingung harus menjawab apa, Hoseok menyodorkan sebuah handy talkie padanya, cukup lama Lilly menatap benda itu sebelum mengambilnya dari tangan Hoseok.

"Kita sedang sama-sama berjuang, entah siapa yang akan sampai lebih dulu di garis finish, tidak ada salahnya bukan jika saling menguatkan?"

Kalimat yang dikatakan Hoseok itu berhasil masuk ke dalam relung hati terdalam Lilly, selama ini ia hanya berfikir kalau dunia tidak adil padanya, saat ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk jadi yang terbaik, tapi dunia seolah mengkhianatinya dan Ayahnya seperti tak mengharapkannya lagi, namun, ternyata di sisi lain, banyak yang bernasib sama sepertinya malah lebih parah.

"Aku pergi dulu, tolong hibur temanku." ujar Hoseok sebelum pamit.

"Tunggu—" tahan Lilly membuat Hoseok membalikkan badannya menghadap pada gadis itu lagi. "boleh Lilly tau nama kamu?"

"Park Hoseok. Panggil aku Kakak, aku lebih tua darimu, Anak Muda." pesannya sebelum pergi.

"Terima kasih, Kak." gumam Lilly pelan, kalimat Hoseok tadi benar-benar mengubah cara pandang Lilly pada dunia. Pada hidupnya.

Sebuah suara yang terdengar seperti suara intro radio mengalun dari handy talkie yang dipegang Lilly, "Jimin pada Lilly." panggilan itu kemudian terdengar membuat Lilly mendekatkan benda itu ke depan bibirnya.

Boy With Sweetness | JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang