Part 5 : Kisah Kelam Lainnya

32 0 0
                                    

BOY WITH SWEETNESS
Part 5 : Kisah Kelam Lainnya

BOY WITH SWEETNESSPart 5 : Kisah Kelam Lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Aku hanya ingin menemuinya sekali saja. Izinkan aku, ya?" wanita berusia tiga puluh tahunan itu menakupkan tangan di dadanya, dengan raut wajah mengiba ia memohon pada Teo.

Tatapan Teo nampak sangat risih dengan pertemuannya dengan Yoon Hajin–mantan istrinya–Ibu Jimin–

"Tidak bisakah kamu mengalah saja? Tidakkah kamu sadar, bahwa dirimu sendiri yang membuatnya menderita seperti itu?" tanya Teo dengan nada sinis.

Air mata Hajin meninggi, "Tolong, sekali saja." pintanya lagi. "Aku tau semua ini salahku, aku tidak memperhatikannya, aku kasar padanya, waktu itu aku sedang stress karena masalah perusahaan–"

"Sudahlah, Hajin. Aku tidak ingin membuatnya lebih menderita, sudah cukup semuanya. Pergi saja, yang jauh. Biarkan dia hidup bersamaku dengan damai."

Teo berbalik, berniat mengakhiri pertemuan tak sengajanya dengan Hajin di parkiran rumah sakit jiwa Pajin.

"A–aku hanya ingin meminta maaf padanya." suara Hajin terdengar parau, "Aku ingin minta maaf karena gagal menjadi ibu untuknya."

Teo kembali menoleh sedikit kearah belakang, dilihatnya Hajin menangis–terlihat menyesali perbuatannya pada Jimin–

"Jadilah ibu yang baik dengan pergi saja. Setidaknya tunggu dia siap bertemu denganmu. Aku tidak ingin memaksanya." lontar Teo kemudian.

"Jika aku diberi kesempatan, aku akan menunggunya."

Teo tak ingin melanjutkan percakapan itu lagi, melihat Hajin hanya mengingatkannya pada luka di masa lalunya, sudah cukup, ia hanya ingin fokus membesarkan Jimin dengan layak.

"Ayah!" Jimin berteriak sambil melambai kala duduk di taman rumah sakit.

Teo menghapus sisa air mata di pipinya kemudian melambai kepada putranya sembari tersenyum manis.

"Ayah, habis menangis ya?" tanya Jimin ketika Teo telah duduk di kursi sebelahnya.

Teo menggeleng, "T–tidak, siapa bilang Ayah habis menangis?"

Mata Jimin menyipit, "Aih, jangan mencoba menipuku, aku melihat orang-orang menangis sepanjang hari disini, jadi, aku tau benar wajah orang ketika habis menangis."

Teo menatap putranya dengan penuh kasih sayang, ia kemudian mengelus pelan rambutnya, "Ayah memang tidak bisa membohongimu, Nak."

Boy With Sweetness | JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang