"Zen gua mau di pojok"
"Ga"
"Zen kok lo tega sama sahabat lo yang paling cantik ini"
"Ya"
"Zena gua tuh gabisa duduk dipinggir kaya gini, nanti gua mual"
"Muka gua keliatan peduli?"
Kalea menatap seluruh tempat duduk yang ada di bus, tapi tidak ada satupun yang bisa ia tempati. Kalea melihat dua perempuan yang sepertinya sedang berdebat, ia melihat hanya kursi mereka yang kosong. Kalea memberanikan diri untuk menghampiri mereka.
"Tapi ya zen lo itu har-"
"Hai guys maaf ganggu, gua boleh duduk disini? Kebetulan kursi bertiga yang kosong cuman disini" ucap Kalea memotong pembicaraan mereka.
"Boleh banget, kebetulan kayanya gua butuh temen baru buat gantiin manusia satu ini" ucap perempuan itu antuasias, lain hal nya dengan perempuan yang sekarang sedang menatap jendela. Perempuan tersebut sempat melihat Kalea setelah itu mengalihkan tatapannya.
"Oh ya kenalin gua Sheva Shakiya panggil aja Sheva, ini teman gua Zelina Aneska panggil aja Zena" ucap perempuan itu yang ia ketahui namanya Sheva, Zena hanya menatap Kalea sambil tersenyum singkat.
"Gua Kalea Sadira bisa dipanggil Kalea atau Lea" ucap Kalea memperkenalkan diri.
"Ayo duduk disini sebelah gua" ajak Sheva seraya menggeser tempat duduknya, kali ini Sheva mengalah dengan Zena untuk duduk di tengah di antara Zena dan Kalea
"Lo kelompok apa?" tanya Sheva.
"Putih"
"Yeay ternyata sama, tapi kok waktu baris tadi gua ga liat lo ya?" tanya Sheva heran, Sheva memang rata rata sudah mengenal teman sekelompoknya tapi mengapa Kalea terlupakan.
"Gua tadi terlambat jadi harus baris paling belakang" ucap Kalea menjelaskan.
"Sepertinya kita akan menjadi teman yang seru" ucap Sheva.
Selama perjalanan menuju puncak, Sheva tidak berhenti berbicara. Sheva sangat antusias berbicara dengan Kalea. Zena hanya sesekali menanggapi pembicaraan mereka setelah itu tertidur. Kalea dapat memberi kesimpulan bahwa Zena adalah perempuan yang irit bicara, cuek dengan sekitar tapi kalea yakin dapat berteman baik dengan Zena. Sedangkan Sheva ia perempuan yang sangat friendly, cerewet dan cantik tentunya. Zena dan Sheva sudah berteman sejak di bangku sekolah dasar, jadi tidak heran jika mereka terlihat sangat akrab. Kalea senang akhirnya ia punya teman untuk menemaninya selama MOS berlangsung.
"Gimana bro, menyenangkan kah disana?" tanya laki laki di sebrang telpon sana.
"Lo nanya gua?" tanya balik Eldan.
"Wah tentu saja gua sedang menanyakan Jena kucing mami Ika"
"Oh gitu yaudah gua tutup telponnya"
"ya menurut lo aja masa Biantara Enzi anaknya mami Ika ga waras" ucap Bian jengkel.
"Oh jadi selama ini lo waras" membuat Bian jengkel memang menyenangkan pikir Eldan.
"Gua mendingan ngomong sm Jena dari pada lo el"
"Ahahahha yaudah"
Setelah itu Bian menutup telponnya secara sepihak. Eldan terkekeh, mengobrol dengan Bian memang membantu suasana hatinya jadi sedikit lebih baik karena terlalu bosan di dalam bus.
Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam lebih. Sekolah Angkasa yaitu sekolah Kalea sudah sampai ditujuan pada pukul 1 siang. Kalea turun dari mobil memandangi pemandangan hijau di depannya. Hijau dan indah sekali, jika tidak dalam rangka acara sekolah mungkin Kalea ingin ke tempat ini. Tempatnya sangat menenangkan. Jika Kalea harus memilih antara pantai atau pegunungan, tentu saja Kalea memilih pegunungan. Kalea sangat menyukai ketenangan dengan melihat pohon yang hijau dan udara yang sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGGAH
Teen FictionHal paling indah yang pernah aku dapetin adalah ketika aku diizinkan oleh tuhan untuk bertemu dan mengenal kamu el. -Kalea Beri aku alasan mengapa aku harus menyesal pernah mengenalmu? Tidak ada. -Eldan