Untuk mapel sejarah di jam terakhir itu bisa dibilang kurang baik. Yap, kali ini sedang pelajaran sejarah yang diajarin sama Bu Endang. Sudah setengah jam berlalu beliau menjelaskan bagaimana peradaban suatu kerajaan, mulai dari awal datang sampai sekarang tidak ada jedanya sama sekali. Bahkan ada yang berasumsi Bu Endang punya baterai cadangan di belakangnya.
"Ca" Bisik Lia sambil menyenggol bahu Cacilia.
"Hm" Cacilia cuma berdeham, ia sedang berusaha menahan kantuknya.
"Cubitin tangan gue dong, Ca." Mengerti maksud Lia, Cacilia menurut saja.
"Gantian Li, aku juga ngantuk banget."
"Aw!" Teriakan Cacilia cukup kencang membuat satu kelas menatapnya.
Bu Endang yang ikut kaget mendekati meja mereka, "ada apa Ca?"
"Eng-nggak ada apa apa kok bu, tadi kelingking Caca kejepit.. Hehe, maaf bu." Caca menunduk malu, ia juga ngga menyangka cubitan Lia bakal sakit dari biasanya.
"Oh, ibu kira kaget sama cerita ibu barusan. Sebelum ibu lanjut, boleh ibu minta tolong ambilkan minum ibu di ruangan ibu? Ibu lupa, bibir ibu mulai kering." Tanya Bu Endang melihat semua murid.
Dengan cepat Caca angkat tangan, "Saya Bu, biar Caca aja yang ambilkan." Perasaan Cacilia cuma kurang enak, jadi dia merasa ingin berbaik hati.
"Makasih ya, Ca." Kata Bu Endang seraya berbalik kedepan.
"Ca, gue kebablasan. Maaf banget ya, efek gak fokus nih." Lia meraih tangan Cacilia memohon.
"Gapapa, Li. Aku ngerti kok."
🌱🌱🌱
Tak sampai 10 menit Cacilia sudah membawa gelas hangat milik Bu Endang. Dia merasa, bukannya minuman dingin justru sangat cocok disaat siang hari panas seperti ini. Ah, mungkin selera Bu Endang berbeda.
"Eh-awas!" Gara-gara sibuk sama pikirannya sendiri, Cacilia sampai telat menyadari kalo ada orang di depannya. Salahnya juga, orang itu tiba-tiba muncul memotong jalan Cacilia.
Cacilia berusaha mengelak, namun sayang orang itu sudah lebih dulu menabraknya. Alhasil ia terjatuh dan menumpahkan sepertiga air nya ke tangan orang itu.
"Mata lo taro dimana? Bisa lo pake yang bener ngga sih?!" Bentak orang itu.
Cacilia gemetar, hatinya selalu sensitif. Ia ingin minta maaf. Bersamaan dengan rasa takutnya Cacilia mendongak, baru sampai setengah badannya ia terkejut. Dasi dengan tiga garis tercetak jelas disana. Itu berarti Cacilia telah menambrak seniornya. "Mati aja lo, Ca." Seru batinnya.
"M-maaf kak. Beneran, saya ngga lihat. Saya minta maaf." Katanya menunduk takut.
Dan saat itu juga, Cacilia melihat ruam merah di tangan seniornya itu. Cacilia panik, seketika langsung melihat sosok yang sedari tadi menatapnya tajam. Seorang Natha.
"Tangan kakak..."
"Maaf, saya ngga sengaja." Saat itu juga Cacilia kembali menunduk. Menyeramkan, Cacilia seperti melihat monster.
"Kalo ngomong itu liat gue! Wajah gue disini, bukan dibawah sana." Natha kesal, Cacilia daritadi cuma melihat ujung sepatunya.
Dengan sisa keberaniannya Cacilia mulai menatap Natha kembali. Matanya berkaca, Natha sungguh bisa lihat itu. Kasihan, tapi ini kesempatan bagus menurut nya.
"Sekali lagi maaf ya kak, nanti sepulang sekolah saya obati lukanya. Saya langsung ke uks.." Terakhir kalinya Cacilia menunduk untuk pergi, sayangnya ngga semudah itu lepas dari Natha.
Natha menahan tangan Cacilia, "Mau kemana lo? Alasan lo itu basi banget ya buat kabur. Gue ngga percaya."
Sebentar mereka sama-sama terhentak, kontak fisik sebatas pegangan tangan membuat reaksi keduanya aneh.
"Kakak ngga perlu takut, saya ngga akan kabur."
"Nomor lo." Tanya Natha lebih seperti perintah. Tatapan nya sudah kembali tajam dan dingin.
Cacilia merasa terintimidasi, ia ingin cepat kembali ke kelas. Segera menjauh dari monster seram ini. Lama lama disini membuatnya semakin takut. "Budek lo ya?"
Mau tak mau Cacilia terpaksa memberi tahu. Ia hanya ngga mau privasi nya di ketahui orang asing, cukup keluarga dan teman-temannya saja yang tahu.
"Oke, gue namain lo 'cewek air panas'."
"Saya punya nama, kak. Nama saya Cacilia. Permisi!" Rasa takut Cacilia kini sudah menjadi jengkel. Entah kenapa, rasanya seniornya itu nyebelin.
"Gue tunggu lo di uks!"
Setelah sosok Cacilia menghilang, Nathan merasa senang bukan main. Sikapnya seperti bocah melompat lompat kegirangan. "Susah sih ya dari lahir udah pinter."
🌱🌱🌱
Jadi Natha cuma akal akalan doang? Gimana nih
See u next part
KAMU SEDANG MEMBACA
PULIH
Teen FictionNamanya Natha Satmaka Ardhani, sosok yang ramah, ganteng, dan mudah bergaul dengan teman teman sekolahnya. Layaknya siswa normal Natha menjalani rutinitasnya seperti biasa. Dan karena sifat itulah yang membuat Natha terkenal satu sekolah. Namun saya...