03 • Sisi lain

15 0 0
                                    

Happy reading

🌱🌱🌱

Cacilia tak banyak bicara, sedari tadi ia hanya bergumam dan ngga berhenti mengucap 'woah' dalam hati. Setelah sampai rumah, Natha langsung menaruh motornya. Dalam hati Cacilia bertanya, apa ini benar rumah Natha? Apa Natha orang kaya? Ia juga belum pernah melihat motor seperti punya Natha, sepertinya sangat mahal.

"Ck! Ngapain kayak patung gitu? Ayo masuk. Harus gue suruh-suruh mulu sih." Ucap Natha kesal

"I-iya kak.."

"Gue cuma numpang parkir, rumah gue disebelah sana." Kata Natha seakan tau isi pikiran Cacilia.

Melihat reaksi Cacilia yang ber-oh-ria malah buat Natha gemas. Cacilia sangat polos, "dasar bego! Ikut, jangan bikin gue emosi mulu."

Akhirnya Cacilia nurut, membututi langkah Natha mengarah ke dalam rumah. Selama itu pula Cacilia mulai berkelut sama pikiran anehnya sendiri seperti, 'cara ngepel lantai seluas ini gimana ya? Apa perlu seharian?', 'trus kalo ada apa-apa, mereka bakal tau ngga ya?, 'tapi keliatannya rumah Natha sepi banget..'

"Nat, kamu udah pulang?"

Khayalan Cacilia terhenti ketika seorang perempuan paruh baya muncul dari arah dapur. Senyumnya merekah, namun matanya sayu. Layaknya merindukan sesuatu.

"Ngapain tanya? Mau sok peduli sama gue? Gue udah bilang, ngga usah cari perhatian gue!" Kata Natha nyaring.

Cacilia kaget. Sopankah begitu? Apa Natha sadar kalo dia sudah membentak ibunya. Cacilia ngga habis pikir. Jika Cacilia yang notaben memang adik kelasnya yang dibentak ia masih memaklumi itu. Tapi ini, lebih tua bahkan ibunya sendiri.

"Kak.. Kok gitu sih?" Tanya Cacilia takut. Ia berusaha mengingat kan dengan siapa Natha bicara.

"Diem lo! Ikut gue!"

Cacilia semakin takut. Meskipun Natha terlihat benci dengan ibunya, Cacilia berusaha sopan dengan wanita paruh baya itu. "Saya Cacilia, tante. Adik kelasnya kak Natha. Permisi, saya naik dulu ya, tante."

Setelah menyalami wanita itu, Cacilia langsung naik menuju kamar Natha.

Santika -nama wanita itu- tersenyum sendu, "kamu semakin besar ya, Nat."

🌱🌱🌱

Cacilia mengetuk pintu kamar yang memang terbuka setengah. Setelahnya ia masuk, namun ngga melihat sangat pemilik kamar.

"Kak Nat lagi mandi kali ya? Ngga sopan banget ninggalin tamu begini."

"Cih, yang nganggep lo tamu siapa? Lo itu tawanan gue." Cacilia terkejut, ia segera berbalik dan melihat Natha sudah berganti seragam dengan kaos hitam polos juga celana pendek.

"Iya maaf kak." Cacilia melirik kearah lain, entah kenapa ia merasa aneh dengan situasi kayak sekarang.

"Ngga usah ge'er, tugas lo cuma obatin luka gue. Tapi kalo lo ngarep lebih sih ya gapapa deh, kan gue ganteng."

Secara alamiah raut wajah Cacilia tersenyum mengejek, "maaf tapi kayaknya kakak yang ke ge'er an deh."

Kini giliran Natha yang memasang wajah garang, tatapan nya menelisik tajam ke mata Cacilia.

"Eh- Iya kak, sini saya obati." buru-buru Cacilia mengambil kotak obat di tepi ranjang yang seperti nya sudah disiapkan Natha sebelumnya.

Dalam diam, Natha tak menampik kalo Cacilia cantik. Cuma Cacilia, jantungnya merasa diatas normal. Dari awal ia melihatnya, Natha sudah jatuh cinta. Gila? Iya. Marahnya Natha, seolah hanya ingin Cacilia mengerti dirinya. Menuruti kemauannya agar ngga membantahnya.

"Lo jelek banget si, Cacilia." Gumam Natha

"Tau, kak. Hina aja terus." Jawab Cacilia sembari mengoles salep ke tangan Natha. Cuma sebentar, lukanya sudah selesai di obati. Sebenarnya kalo di lihat-lihat, luka Natha ngga terlalu parah. Tapi Cacilia bingung sama Natha yang bilang kalo rasanya sakit banget.

"Lo takut sama gue?"

Cacilia mendongak, menatap Natha yang daritadi terus melihatnya. Namun ketika tahu jarak mereka yang begitu dekat, Cacilia berusaha mundur. Sayangnya, Natha sudah keburu menahan badannya agar tetap di posisi itu.

Seketika Cacilia kikuk , "Eng-nggak kak, tapi.. Kalo lagi marah atau bentak gitu, Cacilia takut."

Sebelah tangan nya mengangkat dagu Cacilia agar mau menatapnya, "Gue ngga bakal marah, kalo lo nurut sama gue. Pertama, tatap gue kalo kita lagi ngomong. Kedua, jangan mancing gue sama hal yang gue ngga suka. Paham kan?" Jelas Natha sangat lembut.

Cacilia mulai gemetar, sekujur tubuhnya merasa aneh. Tiba-tiba jantungnya juga berdegup lebih cepat. Cacilia merasa asing dengan keadaan nya sekarang. Berdekatan dengan Natha, membuat hati dan otaknya merasakan hal baru.

"Iya kak, saya ngerti."

"Bagus, bangunin gue setengah jam lagi ya. Abis itu gue anter pulang." Kata Natha sambil naik ke kasur, tanpa peduli jawaban Cacilia.

Baru aja Cacilia ingin menolak, tapi ia langsung ingat perkataan nya barusan. Akhirnya ia ngga jadi membantah, "iya kak."

Cacilia duduk di sofa ngga jauh dari kasur. Bosan menunggu, Cacilia mengamati isi kamar Natha. Kelihatan normal untuk sebuah kamar laki-laki. Sampai akhirnya matanya terhenti pada sebuah bingkai foto yang ditaruh di meja nakas.

Cacilia mendekat, disana ada seorang perempuan sedang menggendong bayi laki-laki. Keduanya tersenyum, terlihat sangat bahagia. Cacilia mengamati, wajah bayi itu sekilas mirip dengan Natha. Apa mungkin itu emang kak Natha ya? Terus perempuan yang lagi gendong dia siapa ya?

Bingung. Ibaratnya Cacilia lagi isi teka-teki, tentang siapa Natha? Kenapa Natha memasuki hidupnya? Sikap Natha terhadap dirinya? Bahkan sekarang Cacilia penasaran tentang sisi lain Natha.

"Sebenarnya kakak itu siapa..?" Tanya nya dalam hati.

🌱🌱🌱

Suka sama Natha yang baik atau marah-marah nih kalian? 😁

Terima kasih atas support nya

See u

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PULIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang