02 • Sepihak

19 0 0
                                    

Vote dan komen nya jangan lupa hoho
Happy reading!

🌱🌱🌱

"Lo mau kita tungguin aja ngga, Ca?"

Cacilia sudah menceritakan sekilas kejadian tak terduga nya itu ke dua temannya. Respon mereka cukup kaget, tapi juga ngga heran. Bisa dibilang Caca orang nya ceroboh, kejadian hal lain juga pernah dialami saat bersama Lia dan Alin.

"Hm, mau sih. Tapi kalian ngga ada acara lain? Aku cuma takut ganggu acara kalian."

"Ampun deh, Ca! Kita udah temenan berapa lama sih? Selaw aja kayak di pantai." Sahut Alin

Lanjut Lia mengangguk, "Gue free kok, Ca. Yaudah kita tunggu di kantin ya, ca. Kalo udah, samperin."

Akhirnya mereka berpisah, "Hati-hati ya, Ca."

Lia mengungkapkan agar Cacilia lebih hati-hati soal perilaku nya. Namun seperti nya Cacilia mencerna untuk baginya bersiap bertemu monster itu lagi.

Ia mengecek HP nya sebentar, dan ternyata notifnya penuh dengan nomor asing tak dikenal. Cacilia membacanya sekilas dari notif itu tanpa niat membuka pesan. Ia tahu betul dari siapa. Dan menaruh HP nya kembali ke saku.

🌱🌱🌱

Cacilia mengetuk pintu uks lalu membuka nya. Disana, sudah berdiri tegap sosok Natha yang menatap Cacilia intens.

"Telat 5 menit, kemana aja lo? Mikir buat kabur? Gue chat kenapa ngga bales? Gak bisa ngetik?" Tanya Natha terdengar tegas juga dingin.

Cacilia benci sikap seniornya yang membuat dia ketakutan dan selalu ingin nangis. Cacilia memang lemah, ia paling ngga bisa orang membentak nya atau mengintimidasi dirinya.

"Kelas saya baru keluar, kak. Tapi kakak ngga perlu marah-marah, saya udah disini."

"Berani lo balas omongan gue? Tatap mata gue, Cacilia." Natha mengangkat dagu Cacilia agar melihat nya. Gak disangka Cacilia menangis. Natha melihat itu merasa kaget, anehnya hatinya juga ikut menangis.

"Gausah nangis, Cacilia. Gue gak suka lo nangis depan gue, jelek."

"Emang saya jelek kok, kak. Gak perlu diperjelas. Saya ambil kotak p3k nya dulu."

Cacilia sibuk mencari salep di dalam kotak p3k. Natha sudah mengulum senyum daritadi. "Cacilia, lo bisa nyari obat ngga sih? Lama banget."

Gimana bisa? Semesta ngga memihak gue banget sih. - batin Cacilia.

"Salep nya ngga ada, kak. Kayaknya habis."

"Trus gimana? Lo ngga mau tanggung jawab sama tangan gue?" Tanya Natha seraya mendekat ke posisi Cacilia.

Menyadari Natha mendekati nya Cacilia mulai gelisah. "Ka-kalo gitu saya beli dulu di warung depan sekolah ya, kak. Ini jaminannya tas saya disini, sa-"

Kali ini Natha benar-benar sudah didepan Cacilia, jarak mereka cukup dekat. Natha merasakan badan Cacilia yang sedikit bergetar, tapi ia tidak peduli. Natha membungkuk ke samping telinga Cacilia, "sayangnya kulit gue bisa alergi pake obat yang gak biasa gue pake."

Cacilia tersentak, "trus gimana kak?"

Natha mengulas senyum, rencananya bersama Cacilia berhasil. Tentu saja ekspresi Natha itu tidak diketahui Cacilia. Sedangkan Cacilia daritadi enggan menatapnya.

"Obatnya ada dirumah gue. Lo obatin gue disana." Kali ini ucapan Natha lembut, dan respon Cacilia yang ngegas.

"Hah?!"

"Gue ngga bolot kayak lo, Cacilia. Dan kalo lo ngga denger, gue bilang 'obatin gue dirumah gue' paham?"

"T-tapi kak-"

"Gausah bantah gue bisa ngga sih? Kenapa? Lo takut cowok lo marah?"

Sedih, mempunyai teman dekat laki-laki aja Cacilia ngga punya. Seketika Cacilia tertawa dalam hati. Miris sekali. Padahal ia penasaran bagaimana rasanya, tapi masalahnya adalah reaksinya bertolak belakang sekali saat ia bersama manusia jenis laki-laki.

Dan sekarang, keadaan malah memaksanya berhadapan dengan spesies laki-laki jelmaan monster kayak Natha.

"Saya ngga punya pacar. Dan teman-teman saya sudah menunggu."

Kekhawatiran Natha menunggu jawaban Cacilia terjawab. Ia senang mendengar nya, sangat. "Gampang, lo suruh mereka pulang duluan. Dan lo balik sama gue."

Cacilia merasa tak enak hati. Alin dan Lia sudah menunggunya namun malah ia suruh pulang duluan. Tapi untuk melawan monster di depan nya juga percuma. Akhirnya Cacilia menyerah, ia mengechat kedua temannya dengan alasan lukanya parah sehingga butuh waktu lama.

Cacilia berusaha mencari alasan lain. Ayo pikir, Ca. Otak lo jangan lemot mulu. - batinnya.

"Saya juga belum bilang ibu. Harus izin dulu."

Natha mengangkat telapak tangan kanan nya. "Apa?"

"HP lo. Gue mau telfon ibu lo, dasar lemot."

"Hah?!"

Tatapan Natha kembali seram. Bodohnya, Cacilia menurut saja. Ia juga takut yang terjadi jika ia menolak.

Memanggil ibu sayang

"Halo, Ca. Kenapa? Kamu udah pulang?"

"Halo tante, ini Natha teman sekolah Cacilia. Maaf ganggu waktu tante, Cacilia bilang harus izin tante dulu. Jadi Natha izin pergi sebentar bareng Cacilia. Ngga apa kan tante?"

Habis itu Natha sengaja me-loudspeaker jawaban ibu Cacilia. "Gapapa nak Natha. Ibu minta tolong jaga Cacilia ya. Kalau sudah selesai, kabari tante."

Natha tersenyum miring, "makasih tante. Natha tutup telfonnya."

"Simple, right?. Kebanyakan alasan lo."

Cacilia melongo. Apa Natha sudah gila? Tentu aja kelakuan nya tadi buat Cacilia speechless. Bisa-bisanya semua omongannya seperti tanpa dosa.

Kenapa sih sama hari ini? Seakan menjadi hari terburuk bagi Cacilia bertemu monster seenak maunya.

"Ngapain masih di situ? Kode minta gue gendong?"

"Hah? Eh-enak aja."

"Ya enak lah."

Ish, ibu kenapa ngebolehin juga sih. Ngga tahu aja orang yang minta izin aslinya kayak gimana.

🌱🌱🌱

Gimana kesel ngga kalian?

See u

PULIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang