Part 2

200 24 3
                                    


Minghao dibawa ke sebuah ruangan yang cukup besar dan bernuansa gelap sama seperti mansion sebelumnya, ia ditinggalkan sendiri. Di meja tepat di depannya terdapat tulisan Mun Junhui 'jadi nama pria itu adalah Mun Junhui' batin minghao 'tunggu ku rasa aku pernah mendengarnya' 'ah mungkin aku salah' tambahnya.

Ia mendudukkan dirinya, ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi, tadi pagi dia masih memulai harinya dengan biasa dia tidak mengira sesuatu seperti ini akan terjadi. Ia memikirkan banyak hal 'mengapa ia disini' 'apa isi tas yang dibawanya' 'apakah tas itu untuk pria bersetelan jas abu tadi' 'kenapa anak itu mengira ia adalah pengasuhnya' 'siapa sebenarnya pria berjas abu itu'.

Belum saja ia mendapatkan jawaban dari semua itu, pria yang dipikirkannya datang dan duduk di kursi depan Minghao. Mengambil sebuah kertas yang diberikan oleh pria yang lebih tinggi darinya yang sedari tadi selalu berada di sampingnya.

"Jadi kau xu minghao lahir di Haiceng Anshan, China 7 November 1997 berusia 23 tahun seorang Graphic Designer dari perusahaan 'Nasi Padang Entertaiment' tinggal di Hakdong-ro 67-gil, Gangnam-gu dan dipecat karena perusahaan itu mengalami kebangkrutan, lalu sekarang bekerja sebagai guru di sekolah dasar Gangnam Art School" ucapnya sambil membuat smirk pada Minghao.

Mendengar itu Minghao merinding ia langsung menyadari betapa bahayanya pria di hadapannya itu 'ia bisa mendapatkan informasi tentang ku hanya dalam sekejap' batinnya.

"Jadi apa kau tahu kenapa kau berada di sini?" tanya pria itu sambil menatap tajam pada Minghao.

"Te-tentu saja bukankah anda membutuhkan tas ini?" ucap Minghao gugup sambil menaruh tas yang ia bawa ke atas meja.

"Hahahahaha" pria yang bernama jun itu tertawa pelan. "apa kau yakin?" tanyanya pada Minghao yang terlihat kesal karna tawa dari pria yang bernama Jun itu.

"Tentu kakak ku yang menyuruh ku membawa tas ini, ia bilang ada sesuatu yang penting di dalamnya" jawab Minghao dengan yakin.

Pria yang bernama Jun itu mendekat pada Minghao mengusap dagunya lalu berkata "Kenapa kau sangat yakin ada sesuatu yang penting di dalamnya?" tanya Jun.

"Ambil saja tas ini dan berikan uang nya padaku, setelah itu biarkan aku pergi" tegasnya sambil menyingkap tangan Jun.

"Kalau begitu buka tas itu untuk ku" ucap Jun.

Minghao segera melakukan perintah Jun dan sangat terkejut karena ternyata tas ia bawa hanyalah sebuah tas kosong. Pantas saja tas itu terasa sangat ringan. Tangan minghao gemetar lemas ia tak percaya atas apa yang terjadi. Ia belum bisa mencernanya, segalanya terjadi begitu cepat. Ia memikirkan banyak hal.

"Jadi, apa di dalamnya ada sesuatu yang berharga, atau sebenarnya yang berharga itu adalah kau" bisik jun sambil mendekatkan wajahnya. "Kau sangat mempercayai kakak mu rupanya" kata Jun lalu terdiam membuat smirk pada Minghao.

"Tetapi tenang saja uang itu sudah ku kirim kan pada kakak mu sepertinya ia sangat membutuhkannya" ucap Jun lalu berjalan kembali ke kursinya dan duduk.

"Kalau begitu biarkan aku pergi" ucap Minghao yang bersiap untuk meninggalkan kursi tempat ia duduk.

"Apa kau belum menyadarinya?" tanya jun dengan tatapan tajamnya.

"Aku tak mengerti" jawab Minghao sambil menunduk sebenarnya ia sudah mengetahui apa yang sedang terjadi padanya tetapi ia tak menginginkan hal itu.

Jun mendekati Minghao sambil membawa telepon genggam yang ada di mejanya "Maka aku akan membuat mu mengerti" ucapnya sambil menyodorkan telepon yang sedang berlangsung dalam sebuah panggilan bertuliskan 'JALANG' "Ayo ambil" ucap Jun.

"Tidak perlu aku akan pergi" ucap Minghao yang sudah beranjak dari kursinya.

"AMBIL" teriak Jun yang langsung membuat Minghao ketakutan dan segera menuruti perintah Jun.

"Ha-halo" ucap Minghao takut.

"Hao" ucap seorang pria yang suaranya sangat familiar bagi Minghao. Ia tau siapa itu rasanya ia ingin menutup teleponnya tapi ia tak bisa.

"Hao" ucap pria itu lembut "Maaf" tambahnya kata itu memang terdengar biasa jika diucapkan bukan pada saat itu."Aku tahu kau pasti terkejut tapi ku harap kau mengerti mengapa aku melakukan ini--" pria di telepon itu terdiam "aku menyayangimu" tambah pria itu tut tut~ panggilan berakhir

Kalimat terakhir itu benar benar menyakiti Minghao 'kalau kau menyayangi ku lalu apa yang sedang kau lakukan ini' batinnya. Tanpa ia sadari matanya mulai menitikkan air mata telepon yang ia genggam jatuh ke lantai. Ia segera tersadar karena Jun menatapnya tajam, pria tinggi di sebelahnya mengambil telepon itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Jadi kau sudah mengerti, atau aku masih harus membuatmu mengerti?" tanya Jun sambil mengusap air mata Minghao dan mengusap bibir mungil berwarna merah mudanya lalu mendekatkan wajahnya.

"Ayah? Kenapa kau membuat paman menangis" ucap anak kecil yang bernama Jungwon datang dari luar menghampiri pamannya itu dan mengusap air matanya sambil berjinjit.
"Ayah jahat" ucap anak itu lalu memukul kaki ayahnya.

"Ayah tidak jahat, paman mu menangis karena dia senang akan bersama dengan Wonie di sini" ucap pria itu tersenyum lebar pada anaknya.

"Benarkah, Wonie senang sekarang paman akan bersama dengan wonie" ucap anak itu sambil menggenggam tangan Minghao. "Kalau begitu ayo Wonie akan menunjukkan kamar Wonie" ajak Jungwon tersenyum lebar.

"Wonie paman perlu bicara dengan ayah, setelah selesai ia akan menemui mu" ucap Jun.

"Tapi ayah berjanji kan tidak akan membuat paman menangis?" ucap anak itu dengan sangat imut, Minghao bahkan tersenyum melihat kelakuannya.

"Tentu ayah berjanji" ucapnya sambil mengusap kepala anak manis itu
"SUNGHOON" teriak Jun.

Ternyata anak yang bernama Sunghoon itu sudah lama berdiri di depan pintu "I-iya ayah, Jungwon ayo" ucap anak bernama Sunghoon sambil menarik tangan adik kecilnya.

"Langsung saja pada intinya xu minghao sekarang kau menjadi milikku, kakak mu ren telah menjual mu padaku, tetapi tenang saja aku tidak menyukai pria bekas, kau mengerti maksud ku kan, jadi kau hanya akan menjadi pengasuh dari anak ku, aku tak peduli kau mau atau tidak, jika kau berani kabur atau berbuat sesuatu yang merugikan ku, aku tak segan untuk membunuh mu" ucap Jun meninggalkan Minghao.

Ia merasa sangat takut, ia tak tahu apa yang akan terjadi padanya. Pria bekas itu sangat menyakiti hati minghao apa maksudnya dengan pria bekas. Ia ingin menangis dengan kencang tapi ia tahu itu tak akan merubah apapun. Lalu datang seorang pria tinggi yang tadi berada di sebelah Jun.

"Tuan Minghao, mari ikut saya" berbeda dengan nada suara Jun pria itu tak membuat Minghao ketakutan. "Nama saya Kim Mingyu saya adalah orang kepercayaan dari tuan Mun Junhui, jika ada sesuatu yang anda perlukan anda bisa memberitahu saya" tambah pria yang bernama Mingyu.

"Maaf tapi bolehkah kau memanggilku Minghao saja aku tak nyaman dengan panggilan tuan" mintanya pada pria tinggi itu.

"Baiklah" ucap Mingyu "Mari" tambahnya mengajak Minghao ke suatu tempat.

THIS IS NOT MY FATE | JUNHAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang