04.

28 5 0
                                    


.
.
.

Jam menunjukan pukul sembilan malam, sunyinya jalan dan di isi keheningan.

"Itu rachell" ucap ayya ketika melihat rachell yang berjalan ke arah gang sempit.

"Kita ngapain pake mobil?, gak guna astaga"
llena berdecak sebal, seharusnya mereka bisa megikutinya dengan jalan kaki saja.

"Ayok panggil aja suruh pulang dah malem"
Ayya memegang handle pintu mobil dan berniat keluar mobil.

Grepp

llena menahan tangannya lalu menggeleng pelan, "gw penasaran tu anak ngapain di sini?"

"Gk llen, kita panggil aja ya, pliss"

Klokk

llena mengunci mobil agar ayya tetap diam di tempatnya, rasa penasaran llena semakin bertambah saat melihat tingkah rachell yang sedikit mencurigakan, cara berjalannya, cara dia memperhatikan sekitar semakin menambah kecurigaan llena.

Ayya mulai khawatir, pasalnya ia tahu rachell seperti apa. llena memundurkan mobil mereka, dan di parkir tak jauh dari tempat mereka berhenti tadi.

"Lu boleh ikut, asal jangan manggil dia atau buat dia curiga, turun." Pintah llena sebelum membuka pintu mobil.

Keduanya turun dan kembali kearah rachell dengan pelan. Rachell berhenti lalu berbelok ke arah gang sempit.

Ya ampun chell jangan cari masalah pleass-batin ayya, ia berjalan tepat di belakang llena.

.
.

Akhirnya rachell melihat nathan, pria itu sedang memainkan ponselnya sembari duduk di atas motornya.

"Heh!!!" bentak rachell ketika mendekat ke arah nathan "hahh he hah he, gw punya nama ya tolong" nathan menyimpan handphone yang ia pegang di saku celana.

"Mana hp gw?" Rachell memajukan tangannya, dengan wajah sebal yang terlihat jelas. "Nih" ia mengeluarkan handphone yang tadi ia simpan.

"Mana" rachell mencoba mengambil ponselnya, namun nathan mengangkat tinggi benda itu, tak membiarkan gadis ini merebutnya.

"Siniin gak!!!!"

"Tidak semudah itu"

Rachell begitu kesulitan menggapai handphonenya dari genggaman nathan mengingat tingginya dengan nathan yang berbeda jauh.

Usaha rachell untuk mengambil handphonenya semakin memutus jarak antara keduanya. Nathan menatap wajah gadis yang ada di hadapannya, tapi lebih berpusat pada bibirnya yang lembut. Ia menelan salivanya lalu memundurkan badannya membuat jarak lagi.

"Stop" rachell berhenti ketika nathan menahan kepalanya dengan tangan kekar nathan.

"Siniin hp gw cepetan!!!" rachell kembali meronta tak karuan. Nathan melepas tangannyya dari kepala rachell.

"Bakal gw kasih tapi..." ucap nathan menggantung kalimat.

"Lu harus tanda tanganin perjanjian ini" ia mengambil selembar kertas lalu di berikan pada rachell.

The davidson Girls [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang