Bab 1 | I'm the Captain

17 3 0
                                    

"Shh...."

Aku meringis pelan, lantas mencoba mengambil posisi duduk dengan mata yang masih terpejam. Pikiranku kosong. Kepalaku pening. Dan hidungku dipenuhi dengan bau anyir.

Aku mengendus pelan, mencoba menebak sumber dari bau yang semakin menyengat ini. Aku menggaruk kasar belakang leherku. Mataku masih tertutup erat, seolah-olah lem yang biasa digunakan oleh Adam, salah satu awak kapalku yang kerap kali membenari kerusakan di lambung kapal kami, mengenai kelopak mataku.

"Hm?!"

Spontan aku terlonjak dari posisi dudukku dengan kedua mata yang terbuka lebar. Tersentak dengan ucapanku barusan. Apa tadi?! Ya. Adam, awak kapalku.

Aku menyapukan mataku ke daerah di sekitarku dengan tergesa-gesa dan napas memburu. Terik matahari yang berada tepat di atasku tampaknya tidak mempengaruhi ketajaman mataku yang menjalankan fungsinya secara tiba-tiba.

"Sialan!" Ujarku marah. Ingatan akan kejadian dimana Logan, awak kapalku lainnya. Sekaligus orang kepercayaanku itu menghianatiku. Dan, parahnya, dia menggunakan trik rendahan untuk menyingkirkanku. Merebut kru dan membawa lari kapalku bersamanya.

Aku mendengus kasar. Memikirkan Adam, Kye, dan Trum yang pasti tengah cemas dengan hilangnya diriku.

Lantas, aku mengejapkan mata singkat, menyugar kasar surai rambut hitamku yang lepek akibat keringat yang membasahi sekujur tubuhku. Membelalak saat mendapati seuntai rumput laut di sela-sela jemariku. Refleks, aku mencium bau badan tubuhku.

Kemudian mengangguk puas. Masih berbau laut, amis dan sedikit anyir. Oh, ternyata ini sumber dari bau tak sedap itu. Lalu aku memberengut kesal saat menyadari hilangnya topi bajak laut kesayanganku.

"Ah! Dimana penutup mataku?" Tanyaku panik, mulai menatap hamparan pasir di samping kanan-kiriku. Mengesampingkan lokasi tempatku terdampar dengan mengenaskan.

Atau mungkin hanya diriku yang menganggapnya berlebihan. Persetan. Jelas, bagaimanapun juga kondisiku saat ini sudah melanggar aturan kelima Kapten bajak laut, yakni setidaknya memastikan jika kau mengenakan salah satu aksessoris yang menandakan jika kau seorang bajak laut sejati.

Tapi, lihat diriku sekarang. Terdampar dengan tubuh bau amis, jangan bilang Logan menyeret tubuhku dan menyembunyikan tubuhku di lumbung kapal, tempat kami menyimpan ikan-ikan segar untuk persediaan makanan kami dan persediaan lainnya, sebelum dirinya melempar tubuh tegapku ke laut.

Dia juga merebut topi bajak laut serta penutup mataku. Dan yang paling parahnya, Logan membuangku tanpa meninggalkan satu keping koin emas pun. Kepingan-kepingan koin emas yang kucari dengan mempertaruhkan nyawaku dan juga nyawa kru-ku.

Cih, dia telah membuat dosa besar ini menjadi semakin besar. Ketika tatapan mataku jatuh pada jemari kakiku yang tidak terlindungi oleh sepatu boots kesayanganku.

Oh God. Aku tidak dapat membayangkan misi penyelamatan diri selanjutnya, jika penampilanku saja tak beda jauh dengan gelandangan yang biasanya berjongkok termenung di depan pub, di Pulau Driha. Pulau tempat kami, para bajak laut singgah. Lalu bagaimana caraku dapat meyakinkan orang lain dengan penampilan seperti ini?

Aku mengembuskan napas berat seraya menetralisir stress yang menggerayangi pikiranku. Lantas bergumam pelan, "oke. Tenang Ian Bart. Ini bukan saatnya mengasihani diri sendiri."

Kemudian, aku tersenyum mantap, menatap lautan di depanku. Lautnya berwarna hijau, efek dari batu karang dan tumbuhan lautnya. Gelombangnya tenang. Justru aku khawatir jika laut ini tidak dapat dilewati kapal, sebab, tidak ada angin yang berhembus di sekitar sini.

Oh, tunggu. Apa tadi? Tidak ada angin?! Oh fuck! Logan sialan. Mataku berkaca-kaca. Melupakan fakta akan diriku yang merupakan seorang bajak laut sejati. Bukan, lebih tepatnya, Kapten bajak laut sejati. Hah, persetan dengan egoku.

I'm the CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang