📖Bagian_10

8K 964 36
                                    

TELIVISI di ruang tengah apartemen milik Mark menyala menayangkan sebuah acara vacation dua orang sahabat di salah satu pantai di Amerika. Cuaca di sana berbanding terbalik dengan cuaca yang terjadi di Korea saat ini, matahari bersinar cerah, orang-orang yang berjemur serta kondisi pantai yang sangat indah membuat Haechan ingin pergi ke sana.

Sudah lama dia tidak pergi untuk berlibur, lebih tepatnya mungkin tidak pernah. Ia ingin sekali telapak kakinya ini menginjak pasir pantai yang panas tersengat matahari, ia ingin kulitnya diterpa kilaunya matahari. Telinganya ingin mendengar desiran ombak pantai, matanya ingin dimanjakan.

Tiba-tiba dia ingat sesuatu.

"Buku itu?" ia baru ingat, setelah menulis permintaan terakhirnya, dirinya tidak pernah menyentuh sedikitpun buku tua itu.

Kakinya ia bawa melangkah ke dalam kamar, diantara jejeran buku-buku yang dia miliki, dia ambil buku tua itu yang diselipkannya di tengah buku-buku yang dia susun. Haechan kembali membawa buku itu ke ruang tengah sambil melanjutkan tontonannya.

"Apa ini?" disentuhnya tulisan yang diingatnya tidak pernah dia tulis 'terjebak', 'good sex'.

Ia berfikir keras mengingat-ngingat kapan dirinya menuliskan kata itu. Seingatnya dia tidak pernah, terlebih lagi tulisannya sangat berbeda dengan tulisan tangan miliknya.

Tulisan itu mengingatkan dirinya pada kejadian saat dia terjebak di apartemen milik Mark, dimana saat itu salju turun dengan lebatnya ditambah lagi dengan kejadian dia ketinggalan bus terakhir menuju kediamannya.

"Jangan katakan jika ini____" Haechan menutup mulutnya tidak percaya. Jadi karena ini? Dia benar-benar tidak percaya. Matanya kembali menangkap satu tulisan di sana, 'good sex'.

"Matilah aku!" Haechan menggeleng ribut, tidak mungkin. Tidak mungkin itu akan terjadi, wajahnya kembali memerah. Kenapa dia harus membayar dirinya sedang tidur dengan Mark! Dan itu adalah adegan yang sangat panas. "Sadarlah Lee Haechan! Apa yang sedang kau bayangkan."

"Katakan apa yang sedang kau pikirkan. L_ee H_a_e_c_h_a_n." bisik Mark tepat pada telinga Haechan, saat Haechan berbalik hidungnya langsung bersentuhan dengan hidung milik Mark tentunya.

"AAAAAAAAAA!" Haechan seketika berteriak dan langsung melempar buku yang dipegangnya hingga terlempar cukup jauh dari tempatnya sekarang.

Tubuhnya hampir jatuh dari atas sofa, tapi dengan sigap Mark memeluk pinggang Haechan hingga tubuh itu tidak terjatuh ke atas lantai.

"Apa aku mengejutkanmu?" Mark mengelus ujung hidung Haechan yang kemerahan menggunakan telunjuknya.

"Ya hyung mengejutkanku, astaga aku tidak tahu jika hyung sudah ada di dalam." Haechan merapikan posisi duduknya membuat pelukan Mark harus terlepas. "Bagaimana harimau di kantor hyung?" lanjutnya dengan tangan kini sibuk melepaskan dasi milik Mark.

"Sangat menyenangkan dan semua berjalan dengan lancar, terutama saat kau datang mengunjungiku tadi siang."

Kali ini wajah itu memerah hingga telinga, kenapa Mark harus membahas masalah itu. Sial, gara-gara kejadian itu Haechan harus bermain solo. Ia menangis sepanjang jalan gara-gara miliknya yang tegang harus bergesekan dengan jok sepeda.

"Harusnya kau yang bertanya, bagaimana hari-harimu? Aku takut kau kelelahan, kau harus pergi ke kantor dan juga harus pulang untuk membersihkan rumah."

Haechan menggeleng.

"Tidak apa, bukankah itu tugasku." Haechan kali ini menatap rambut Mark yang terlihat basah mungkin terkena beberapa keping salju. "Hyung? Kau tidak kedinginan? Mau aku siapkan air hangat?"

[07] The Magic BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang