10. Perasaan

2.1K 248 48
                                    

Pagi ini sekolah dipenuhi dengan orang-orang yang membicarakan Hanzel yang menjadi pasangan pesta seorak Cakra semalam. Bel istirahat sudah berbunyi dua menit yang lalu. Namun Hanzel memutuskan untuk pergi ke rooftop sendirian, ia bosan mendengar ucapan dan peryataan dari murid lain.

Hanzel menatap ke depan, pemandangan dari atas sini tampak sangat indah. Sebenarnya Hanzel lapar, namun dia benar-benar malas jika harus ke kantin. Seseorang menyodorkan air mineral ke Hanzel.

"Kak Nathan?"

"Buat lo."

Nathan memberikan air mineral dan dua roti berisi coklat.

"Makasih kak."

"Lo suka Cakra?" tanya Nathan.

"Hah? Kak Nathan ngomong apa sih? Nggaklah, aku nggak suka kok sama kak Cakra."

Nathan menatap Hanzel tak percaya. "Gue nggak percaya."

"Serius kak, aku nggak suka sama kak Cakra."

"Lo jujur aja kali kalau lo suka sama Cakra, kalau lo jujur gue bakal bantu buat lebih deket sama Cakra," ucap Nathan.

"Aku udah bilang kak, aku nggak suka sama kak Cakra."

"Iya deh iya, gue percaya. Udah gih makan tuh roti."

Hanzel mulai memakan roti pemberian Nathan, entah sejak kapan dia jadi sangat akrab dengan Nathan. Hanzel selalu nyaman dekat dengan Nathan, namun rasa nyaman itu hanya sekedar nyaman dengan seorang kakak.

"Hari ini lo ke caffe?"

Hanzel mengangguk. Sudah dua hari ia mengambil cuti, dia tak mungkin meminta cuti lagi. Walau caffe itu milik Nathan, namun tetap saja Hanzel hanyalah seorang pegawai disana.

"Berangkat bareng ya."

Lagi-lagi Hanzel hanya mengangguk, dia masih sibuk memakan roti pemberian Nathan. Nathan menatap ke arah Hanzel yang tengah sibuk memakan roti, tanpa Nathan sadari bibirnya mengukir senyuman. Nathan sangat ingin mencubit kedua pipi Hanzel, gadis itu tampak lucu ketika sedang makan.

"Gue mau ke kelas duluan ya, kalau lo ada apa-apa lo bisa ngomong sama gue," ucap Nathan.

"Iya kak, makasih ya buat roti dan air nya."

Nathan mengangguk kemudian pergi meninggalkan Hanzel.

Setelah menghabiskan dua roti yang Nathan beri, Hanzel langsung turun dari rooftop untuk kembali ke kelasnya. Saat menuruni tangan ia tak sengaja berpapasan dengan Cakra, Gibran dan Rama. Cakra melewati Hanzel begitu saja seolah mereka tak saling kenal. Hanzel tersenyum miris, ia kira kejadian kemarin adalah awal yang bagus, namun ternyata dia salah besar.

Hanzel berusaha tak peduli dengan kejadian tadi, dia terus berjalan ke kelasnya. Hanzel tak seharusnya bermimpi untuk bisa dekat dengan Cakra, ia bahkan merasa dirinya bodoh karna mencintai seseorang yang tak pernah menganggapnya ada.

***

Cakra tengah duduk dibangunnya, begitu juga dengan para sahabatnya.

"Semalem si Hanzel cantik juga ya," ucap Kenzo.

"Oh ya Cak, lo kenapa milih Hanzel buat jadi pasangan pesta Lo?" tanya Rama.

"Bukan urusan lo."

"Lo suka ya sama dia?"

"Ya nggak mungkin lah Ram, kalau di Cakra suka sama Hanzel dia nggak mungkin cuekin Hanzel kaya tadi," ucap Gibran.

Tak Tergapai [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang