16. Orang baik

665 103 9
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa berhanburan keluar dari gerbang Sekolah. Mereka masih dikejutkan atas kejadian yang menimpa Oliv tadi.

Nathan menghampiri  Hanzel yang tengah menunggu bus di Halte. Nathan memberhentikan motormya di depan Hanzel.

“Bareng gue aja yuk Zel, sekalian mau ke cafe kan?”ajak Nathan.

“Nggak usah deh kak,” tolak Hanzel.

Gadis itu terlalu banyak menyusahkan Nathan, ia tak mau lagi menyusahkan pria itu.

Nathan turun dari motor dan langsung menarik tangan Hanzel untuk menaiki motornya, setelah berhasil membuat gadis itu naik ke motornya Nathan memberika Helm kepada Hanzel. Tak lupa jaketnya untuk menutupi paha gadis itu.

Nathan menaiki motornya dan segera melajukan motornya ke arah Cafe. Suasana jalanan cukup sepi, jadi tak perlu waktu lama untuk sampai di Cafe.

“Makasih ya kak,” ucap Hanzel.

“Nggak usah makasih, lo kan udah gue anggap adik gue sendiri. Lain kali jangan pernah merasa nggak enak sama gue. Kalau lo butuh apa-apa lo bisa cari gue, gue akan bantu lo tanpa syarat.”

Hanzel tersenyum. Nathan adalah pria yang baik, bahkan sangat baik. Namun kenapa hatinya harus memilih Cakra yang sama sekali tak mencintainya. Andai cinta bisa memilih.

“Aku masuk dulu ya kak.”
Setelah mendapat anggukan dari Nathan, Hanzel masuk ke dalam Cafe. Dia mulai bekerja seperti biasa, tak ada masalah apapun.

Jam menunjukan pukul sembilan malam, kini waktunya Cafe untuk tutup. Hanzel tengah membantu pegawai lainnya yang tengah membereskan Cafe.

Nathan menghampiri Hanzel. “Lo pulang sama gue ya Zel?”

“Iya kak.”

Para pagawai disana tanpak biasanya melihat interaksi antara Hanzel dan Bos muda mereka. Mereka tak pernah merasa iri dengan Hanzel, selama kedua bos mereka bisa bersikap adil, maka tak ada masalah bagi mereka.

Tanpa Hanzel sadari banyak orang baik yang selalu ada di sekelilingnya. Contonya Nathan, pria itu sengaja memberikan Hanzel pekerjaan walau sebenarnya Cafe tak lagi membutuhkan seorang pegawai. Bahkan saat awal Hanzel bekerja, ia menggaji gadis itu dengan uangnya sendiri. Itu karna pendapatan Cafe yang saat itu masih kurang cukup.

Jangan lupakan Cakra yang sampai sekarang masih membayarkan dua puluh persen biaya kosan Hanzel tanpa gadis itu sadari.

Hanzel kinin baru sampai di kosannya, ia turun dari motor Nathan.

“Nggak usah ngomong makasih,” ucap Nathan. Saat melihat Hanzel membuka mulutnya untuk mengucapkan terima kasih.

Hanzel terseyum kikuk.

“Gimana Zel, lo masih mau nyrah?”

Hanzel menghela napas, ia juga bingung ia harus menyerah atau melanjutkan perasaannya.

“Aku juga bingun kak, biar waktu yang menjawab,” ucap Hanzel.

Nathan mengelus puncak rambut Hanzel.

“Apapun keputusan lo itu hak lo. Inget ya Zel gue selalu ada di belakang lo, gue akan siap siaga buat bantu lo. Kapanpun lo butuh.”

Hanzel mengangguk kemudian tersenyum.

“Masuk gih, udah malem loh. Tidur yang nyenyak ya, jangan bergadang,” ucap Nathan.

“Kakak juga hati-hati di jalan ya.”

Nathan mengangguk kepala.

Hanzel masuk ke dalam kosan. Melihat tubuh gadis itu sudah menghilang di balik pintu, Nathan langsung melajukan motornya ke rumah.

Tak Tergapai [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang