2. Bully

4K 467 111
                                    

Semua orang tengah heboh dengan berita seorang pengusaha yang menggelapkan dana perusahaannya.

Hanzel menangis melihat papahnya yang ditangkap polisi, dia tak menyangka jika papah yang selalu dia banggakan kini terjerat kasus kejahatan.

Kini seluruh harta kekayaan yang dulu dimiliki keluar Hanzel lenyap tak bersisa, semua kini telah disita, termasuk dengan rumah mereka.

"Kita mau tinggal dimana mah?" tanya Hanzel.

Hanzel dan mamahnya sudah mencoba untuk meminta bantuan dari keluar mereka. Namun semua menolak.

"Kita cari kontrakan yang murah ya Zel?"

Hanzel mengangguk.

Hanzel dan mamahnya menyusuri jalan. Mereka mencari kontrakan yang harganya murah, dan akhirnya mereka menemukan sebuah kontrakan murah, kontakan itu bisa dibilang kecil.

"Kita nggakpapa kan tinggal disini?" tanya Mama Hanzel.

"Nggakpapa kok mah."

***

Hari sudah pagi, Hanzel sudah sampai di sekolah. Dia yang dulu berangkat menggunakan mobil, kini mau tak mau berjalan kaki, untuk menghemat uang.

Baru beberapa langkah ia masuk ke dalam sekolah. Hanzel sudah mendengar kata yang tak enak untul dia dengar. Berita tentang papahnya ternyata juga sudah masuk ke sekolah.

Hanzel pergi ke lokernya untuk mengambil sesuatu. Namun dia terkejut melihat lokernya yang penuh dengan tulisan yang tak pantas, disana juga terdapat kalimat 'loker anak koruptor' tulisan itu ditulis cukup besar.

Hanzel menangis, dia berharap temannya masih mau berteman dengan dirinya. Setelah puas menangis, Hanzel menghapus sisa air matanya. Dia keluar dari area loker.

"Zel?"

"Kak Nathan."

"Lo yang sabar ya," ucap Nathan, memberi semangat.

"Makasih kak."

"Cakra pengin ketemu sama lo."

"Mau apa?"

"Lo ikut aja ya."

Hanzel menurut, dia mengikuti Nathan dari belakang. Tak lama mereka sampai di depan ruang OSIS, mereka masuk ke dalam. Disana sudah ada Cakra yang duduk menatapnya dengan tajam.

"Lo bener anak koruptor itu?"

Hanzel mengangguk dengan ragu.

"Asal lo tahu ya, karna lo nama sekolah kita jadi tercemar. Apa lagi lo tuh anggota OSIS, yang harus bersih dari berita memalukan gini dan gue nggak yangka lo masih punya muka buat dateng ke sekolah?" ucap Cakra.

Perkataan Cakra tadi benar-benar membuat hati Hanzel hancur. Semua yang terjadi bukanlah keinginan Hanzel, dia juga tak pernah tahu jika papahnya melakukan hal yang termasuk kejahatan ini.

"Cak, lo jangan gitulah. Kasihan."

"Apa lo bilang Nat? Kasian? Nama sekolah kita udah kecemar dan lo bilang kasihan?"

"Terus mau kakak, aku harus gimana?" tanya Hanzel.

"Lo mundur sekolah."

Tak Tergapai [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang