3. In the street where is full of memories

796 100 12
                                    

Dingin udara malam menusuk kulit putih pemuda yang terbaring lemah di depan teras utama asrama yang dihuni pelajar dari luar daerah. Pelajar di sini sangat disiplin; mereka tidak akan keluar kamar setelah pukul sebelas malam. Sebuah keuntungan karena tidak ada satupun dari mereka yang melihat betapa menyedihkannya kondisi Jungkook saat ini.

Jungkook merasa tidak nyaman dengan suhu yang terlalu dingin. Kelopak matanya mulai terbuka perlahan-lahan, sesekali ia mengeluh karena kepalanya yang terasa pusing. Nafasnya langsung memburu kala ia telah sadar sepenuhnya, melihat sekeliling dengan pandangan waswas. Demi Tuhan ia takut sekali, bagaimana jika ada yang melihat?

Ia menggeleng sendirian, lalu mencoba berdiri dengan desisan parau. Bagian bawahnya terasa perih, dan menyakitkan ketika dibawa jalan. Ia menangis dengan kedua lengan yang saling mengeratkan pelukan pada diri sendiri. Bahkan tangannya gemetar ketika hendak membuka kunci kamar asramanya.

Suara tangis pilu semakin menjadi ketika ia berhasil memasuki asramanya. Berdiam diri di kamar mandi dengan isak tangis yang memilukan. Dadanya dipukul beberapa kali, perbuatan keji itu selalu berputar di kepalanya.

Mereka menyeretnya, membuka pakaiannya, menendangnya, meludahinya, mengeluarkan sperma di wajah, menghina dengan kata-kata, dan___ Kim Taehyung itu memperkosanya dengan keji.

"Berhenti! Pergi kalian ingatan bodoh! Tinggalin aku sendiri! Hiks____"

Jungkook berteriak histeris, menarik rambutnya seolah ia tak merasa sakit. Tanpa peduli suhu udara yang turun drastis, ia membasuh tubuh lengketnya dengan air dari bak. Menggosok dengan kasar seperti orang kesetanan. Ia tidak memikirkan kulitnya lagi, yang ada di pikirannya adalah menghilangkan jejak yang ditinggalkan orang-orang biadab tadi.

"Menjijikkan, Ya Tuhan. Hiks____ tolong."

Seperti seorang yang sisi kehilangan sisi warasnya, Jungkook tak berhenti menggosok kulitnya yang sudah memerah. Jemarinya bergetar tetapi ia tetap memaksakan dirinya untuk menyakiti kulitnya lagi dan lagi.

"Kamu memang menjijikkan."

"Si polos yang mendesah persis kayak jalang."

"Dasar kotor, konyol banget si miskin ini. Usahamu cuma sia-sia."

"Dasar sampah!"

"Harusnya tuh kamu seneng karena di-enakin sama Taehyung."

Suara caci maki itu selalu berdengung mengganggu jiwanya. Jemarinya menjengut helaian rambut miliknya dengan kasar; berharap suara itu tak lagi bermunculan tetapi usahanya semakin menambah penderitaan. Tubuhnya semakin sekarat, sakit, dingin, dan pegal.

"Uh, jalang kita manis banget"

"AGRRRHHH, STOP. PLEASE GO AWAY!"

Jungkook kembali histeris, tanganya mencoba mencari sesuatu melampiaskan amarahnya pada sebilah cermin di kamar mandi. Ia melemparkan semua yang ia dapat untuk beradu dengan cermin. Meskipun barang barang di sini telah habis tetapi tetap saja rasa sakit hatinya tak akan pernah habis.

Akhirnya ia menyerah pada keadaan, membiarkan tubuhnya terkulai di kamar mandi hingga pagi hari. Persetan sekolah! Ia bahkan tak mampu untuk mengganti pakaian. Jungkook terlampau lelah.

***

"Jeon itu kemana sih?" Seorang siswa laki-laki menghampiri Dae Soo. Berdiri tepat di bangku sang ketua kelas.

Dae Soo melirik tempat duduk Jungkook, ia menghela nafas ketika melihat bangku itu kosong. Ia merasa khawatir tetapi tidak berdaya untuk menunjukkan kepeduliannya itu. Jika para penguasa sekolah itu tau, maka ia juga akan bernasib sama dengan Jungkook.

SCENERY [TAEKOOK] - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang