5. After the early morning moon

678 98 5
                                    

Pagi pukul 06.00

Jungkook menarik pakaian sekolahnya dari gantungan pakaian lalu memasangkan pada tubuhnya. Wajah manisnya tampak murung begitu melihat ruam-ruam merah kecoklatan di bagian bahunya.

Derap langkah kakinya begitu sibuk di pagi buta ini, tak sabaran berjalan ke sana ke mari seolah terburu-buru. Jelas ia terburu-buru, karena pada hari ini akan diadakan seminar tentang edukasi seksual untuk seluruh pelajar tingkat akhir. Jungkook bukan bagian dari salah satu panitia yang harus datang lebih awal, ia hanya peserta biasa yang secara kebetulan ingin berangkat lebih awal.

Bukan tanpa alasan, sebab Jungkook sudah hapal pada pukul berapa Taehyung dan rekan-rekannya datang ke sekolah dan Jungkook mencoba menghindarinya untuk hari ini. Jika ia berangkat lebih awal maka sudah dipastikan tidak akan bertemu dengan komplotan anak orang gaya yang suka merundung itu.

Jarak asrama dan sekolahnya lumayan jauh, meskipun keduanya dalam satu yayasan tetapi karena sekolah ini luar biasa megah, tak heran jika mereka mempunyai beberapa bangunan asrama, dan Jungkook mendapat bangunan yang paling jauh dari sekolah.

Setelah merapihkan penampilannya, Jungkook langsung bergegas meninggalkan kamar asramanya untuk segera berjalan menuju halte. Dan pagi ini ia mendapatkan bis pertama. Selama di perjalanan Jungkook mencoba memejamkan matanya kembali lantaran masih mengantuk, kalau bukan mengindari urusan dengan Taehyung, ia tak mau pergi sepagi ini.

Benar saja, setelah ia berjalan dari depan pagar utama hingga ke koridor menuju ruang seminar, tak banyak pelajar yang ia temui. Paling panitia pelaksana ataupun pelajar yang kelewat rajin.

Sebelum masuk ke ruang seminar terlebih dahulu Jungkook melakukan registrasi secara otomatis dengan scan barcode kartu identitas pelajar. Setelah data terverifikasi secara otomatis namanya sudah terbukti hadir. Lalu Jungkook diberikan sebuah gelang kertas oleh seorang petugas yang berdiri beberapa langkah dari sistem registrasi.

"Selamat pagi," sapa panitia itu dengan senyum hangat.

Jungkook menunduk untuk memberikan hormat sambil mengucap terimakasih. Sebelum duduk, pandangannya menelisik bangku-bangku yang sudah disusun rapih untuk mencari tempat terbaik. Rupanya di bagian belakang sudah terisi oleh beberapa pelajar yang mungkin terlalu cupu bagi Jungkook. Mereka itu sekumpulan anak pendiam dan tidak suka bergaul. Jungkook hanya menunduk untuk memberi salam lalu berjalan menuju barisan tengah.

Setelah duduk, Jungkook kembali menelisik dekorasi ruang seminar ini. Di bagian belakang dinding terdapat logo sekolah mereka. Lalu dinding bagian samping tersusun beberapa pendingin ruangan, dan pada bagian depan, sudah ada podium, proyektor, layar proyektor, kursi untuk tamu kehormatan, bendera negara, bendera sekolah, dan masih banyak atribut keren lainnya.

"Sekolah ini memang keren." ujarnya lantaran kagum, di sekolah lamanya Jungkook tidak menemukan kemewahan seperti ini, bahkan untuk registrasi biasa mereka masih dibantu oleh petugas, tetapi di sini pelajar melakukannya sendiri.

Setelah itu yang Jungkook lakukan hanya melihat-lihat pelajar yang perlahan mulai mengisi ruang seminar. Mereka memang dipisah, antara laki-laki dan perempuan, mungkin supaya lebih kondusif. Untuk pelajar perempuan mereka berada di lantai 3, sedang untuk ruang pelajar laki-laki berada di lantai 2.

Sebenernya Jungkook tidak begitu antusias dengan kegiatan ini. Sekolah masih peduli tentang edukasi seksual yang tentu saja objeknya adalah hetero, laki-laki dan perempuan, padahal di sekolah ini banyak sekali penyuka sesama. Belum lagi bagi anak orang kaya yang suka memaafkan kelemahan orang lain untuk memuaskan nafsunya, juga sebagian yang sedang menjalin hubungan asmara sudah dipastikan sering berhubungan badan.

Setidaknya waktu Jungkook terbuang satu jam hanya untuk duduk sambil melihat wajah-wajah pelajar yang masuk. Ketika ia melihat rombongan Taehyung maka dirinya akan pura-pura tak melihat. Hingga pada pukul delapan, kursi-kursi di bagian depan aula mulai penuh oleh tamu kehormatan, pemateri mereka juga sudah hadir, sepertinya acara ini akan segera dimulai.

Acara dibuka tak lama setelahnya, sambutan demi sambutan yang Jungkook yakin tidak begitu didengar, kemudian membaca doa, lalu menyanyikan lagu kebangsaan mereka, dan intinya pada penyampaian materi. Jungkook sedikit melirik kursi para anggota Taehyung, Ia tidak mendapati wajah Taehyung di sana, apakah anak itu tidak hadir? Jungkook bertanya-tanya sendiri.

Setelah sesi pertama selesai, Jungkook mencari keberadaan Dae Soo, memperhatikan wajah pelajar yang lalu lalang hingga senyumnya mengembang ketika berhasil menemukan wajah temannya itu, ah tidak, mereka sudah tidak berteman lagi.

"Dae__ aku mau nanya sesuatu, bisa kita bicara sebentar?" ujar Jungkook dengan suara pelan sambil berbisik ketika keduanya berjalan beriringan di koridor ruang seminar.

Dae Soo merasa tak nyaman, ia takut jika Jungkook mengetahui niat buruknya malam yang lalu. "Sorry, Kook. Aku takut kalau di sekolah, gimana kalau kita ketahuan? Nanti malam aja gimana?"

"Di toilet gimana?"

"T-tapi kan di sana banyak orang, Kook."

"Astaga sebentar aja, Dae. Penting sekali ini."

Dengan terpaksa Dae Soo meng-iyakan ajakan Jungkook. Keduanya langsung berjalan terpisah namun dengan tujuan yang sama.

Sesampainya di toilet Jungkook langsung masuk ke dalam salah satu bilik dengan asal, dan segera mengirimi pesan kepada Dae Soo untuk bergabung dengannya. Tak lama kemudian Dae Soo masuk ke dalam bilik dengan wajah tak nyaman.

"Langsung aja, Dae. Kamu punya nomor Taehyung nggak?" tanya Jungkook langsung membuka pembicaraan.

Dae Soo melebarkan matanya, pikirnya sebuah ide gila jika seorang pelajar biasa mencoba mencari tahu nomor Taehyung. "Gila aja. Taehyung itu dewa di sini, jangankan nomornya, natap mukanya aja kami nggak berani."

Jungkook menghela napas. "Jadi kamu nggak punya? Kamu kan ketua kelas, ya meskipun bukan kelasnya Taehyung sih. Tapi harusnya punya relasi untuk dapat nomor Taehyung."

"Cari mati namanya, privasi orang itu. Nggak berani aku."

Kali ini Jungkook berdecak, susah sekali berurusan dengan orang penting. "Kalau mau dapat nomor Taehyung, kira-kira nanya siapa?"

"Serius kamu se-ambis itu nyari nomor Taehyung? Kalau kata aku sih mending jangan buat masalah sama dia."

"Gampang banget ngomong gitu, Aku dirundung, dicabuli, dianiaya, kamu kira aku terima diperlakukan begitu? Aku punya hak untuk melindungi diri sendiri lah."

"Masalahnya Taehyung itu beda, kamu bakal tamat kalau ngelawan."

Sudut bibir Jungkook tertarik ke atas. "Sejak manusia lahir, kita udah dikasih hak untuk hidup. Dari Tuhan langsung malah, siapa Taehyung berani ganggu hak yang udah Tuhan beri ke aku?"

Dae Soo memicingkan matanya, lantas memegangi kedua bahu Jungkook. "Aku tau Kook___ tapi di zaman sekarang manusia banyak yang seperti setan. Tuhan aja dilanggar apalagi manusia biasa. Kamu cuma perlu bertahan enam bulan lagi sebelum kelulusan. It's okay kan? tahan aja dulu."

"Terus buat apa aku lulus kalau ternyata mentalku sakit? Percuma aku lulus di sekolah ini kalau besoknya aku bunuh diri." Jungkook melepaskan tangan Dae Soo dari bahunya dan menatap temannya itu tak terima.

"Oke kalau kamu nggak mau ngasih, Aku bisa minta langsung ke Jimin," sambungnya lagi.

Dae Soo menarik lengan Jungkook, "Jimin?! Kamu masih waras nggak sih? Jimin sama Taehyung apa bedanya?"

"Emang kenapa? Orang tuaku udah nggak ada, kamu kira bisa bertahan sampai di sini bukan perkara mudah? Sama kayak yang kamu bilang waktu itu, tentang bunuh diri kalau jadi aku____

___Tapi kenyataannya Tuhan masih sayang sama aku, masa kelam itu yang membuatku kuat dan survive sampai detik ini. Dan aku nggak takut untuk ngelawan orang-orang kayak Taehyung. Aku bukan pecundang kayak kamu, Dae."

Setelah itu Jungkook pergi dengan membanting pintu membuat Dae Soo tercekat di posisinya.



To be continued

l

SCENERY [TAEKOOK] - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang