elly menghidangkan makanan yang ia masak dengan susah payah di hadapan jake, dilihatnya pria itu menaikkan alis, lalu tanpa banyak aba-aba mulai melahap santapan tersebut, "hm..." katanya sok menilai, elly memutar kedua bola matanya diam-diam, kalau sampai ketahuan, dia hanya akan tinggal nama. "yang ini bisa dimakan sih, tapi kau masih harus belajar masak" komentarnya enteng setelah menyisakan tak lebih dari seperempat piring pasta itu. bibir elly mengerucut kecewa, sulit sekali bagi jake untuk memujinya. namun lain dengan hatinya yang gusar, kepalanya malah mengangguk dibarengi seulas senyum yang ia ciptakan di ranum merahnya, perempuan itu mengambil piring dari meja jake, sedang bangsawan itu sibuk menyeka bibirnya. ia harus selalu tampak bersih, meski elly yakin sejuta persen, bahkan bila wajahnya dipenuhi kotoran sekali pun, jake akan tetap teramat menawan.
"persiapkan aku, putri jane akan segera tiba" pria tampan itu bicara lagi, elly mengangguk lalu dengan cepat melepas celemek yang tadi ia pakai dan memperbaiki roknya yang lusuh, elly membasuh kedua tangannya dengan bersih lalu mengekori jake yang sudah berjalan terlebih dahulu. elly mengambil jas formal biru tua dari dalam lemari raksasa di kamar luar biasa lebar milik jake, melepas rompi bagian luar pria itu terlebih dahulu sebelum memasangkan jas baru. elly kesulitan melepaskan ikatan pakaian luar jake, matanya memicing tanda ia fokus. dapat ia rasakan nafas beraturan pria itu berhembus di atas kepalanya, semakin dirasanya risih saat jake mulai menatapinya dengan saksama. telunjuk yang lebih tinggi mendorong pelan dahi si gadis, "terlalu lambat" ujarnya lalu mulai membuka ikatan rompinya sendiri, elly menjauhkan jemarinya.
"jake, putri jane sudah datang" suara ratu memanggil, jake menatap elly sebentar yang juga menatapnya. pelayan muda itu buru-buru memasangkan jas dari lengan kiri ke arah seberangnya. jake melangkah, kembali diiringi elly di belakangnya. "selamat datang, putri jane" sapanya usai berhadapan dengan wanita cantik nan anggun itu. jane menampilkan senyum manis, elly juga sejuta persen yakin semua pria yang melihat senyum jane akan terpikat oleh kemolekannya, mungkin jake juga demikian. "terimakasih, pangeran jake. senang bertemu kembali" jane menyambut uluran tangan pria itu lalu duduk. "elly, buatkan teh" suruhnya, elly mengangguk patuh lalu pergi menuju dapur.
"hai, kak ly" elly menaikkan alis dan melempar senyum pada si penyapa, freya. "untuk putri jane, ya?" tanyanya, elly mengangguk lagi, kembali sibuk menuangkan teh panas itu ke teko kaca. freya menatap rekannya khawatir, "kakak pasti lelah ya? kakak satu-satunya maid wanita yang jadi pengurus para pangeran, bahkan para pelayan pria kelelahan" ujarnya, elly menggelengkan kepala, "tidak kok, aku baik-baik saja, makasih sudah peduli padaku ya, freya" jawabnya dengan senyum tulus, "lagipula, kak elly beruntung bisa jadi maid khusus yang satu kali dua puluh empat jam ada di sisi pangeran jake, siapa sih yang tidak mau melihat wajah rupawan tuan muda jake setiap hari? kalau aku sih akan sangat senang bisa selalu menghabiskan waktu dengan tuan, tahukah kakak kebersamaan bisa menimbulkan rasa? siapa tahu ada peluang untuk keduanya, ah, tapi aku akan cemburu" si pelayan bungsu, kina, ikut menimbrung percakapan.
freya mendelik lantas menatap yang lebih muda aneh, "tidak semudah yang kau kira anak kecil, kehidupan di istana yang sebenarnya berbanding terbalik dengan novel romansa yang kau baca setiap malam" kata freya kesal, "selain itu, acara pertunangan tuan muda juga sudah semakin dekat" sebutnya lesu, memang benar, jake adalah pujaan hati semua wanita muda di istana. "apa? sungguhan kak? dengan siapa?" kina menaikkan suaranya lalu tak lama menutup bibirnya dengan tangan saat ditatap tajam oleh freya. "tentu saja dengan yang ditakdirkan dengannya sejak lahir, itu sebabnya mereka punya jadwal pertemuan setidaknya satu kali dalam seminggu" jelas freya berbisik. kina membulatkan bibir sambil angguk-angguk, "yang ditakdirkan dengannya sejak lahir? putri jane, maksudmu? kenapa mereka ditakdirkan sejak lahir?" tanyanya lagi.
"sebenarnya itu hanya julukan klise bagiku. namun konon, mereka keturunan kerajaan berbeda gender yang lahir di tahun yang sama, terlebih mereka diberi nama jake dan jane" terangnya, freya sejujurnya tidak kesal akan pertanyaan yang sejak tadi dilontarkan kina, freya suka gosip, seakan seluruh energinya pulih dari bekerja setelah ia bebas cerita dengan rekan yang lain. "hanya perkara nama? kalau begitu kau bisa jadi cake dan akan ditakdirkan menjadi jodoh pangeran jake" usulnya, "benar, dan kau juga bisa jadi fake" freya membalas lalu ketiganya terbahak, cekikikan tanpa suara. "elly? kenapa lama sekali? oh, ternyata malah ngerumpi ya?" ketiga pelayan itu tersentak lantas menoleh ke sumber suara, "tuan muda" seru freya dan kina serentak lalu menundukkan kepala hormat, jake melukis senyum kecil lantas segera meminum teh tanpa melepaskan cangkirnya dari tangan elly sampai habis, gadis itu berkedip berulang kali, "ayo kembali, putri jane menunggu" katanya lalu menarik tangan elly yang pasrah. kina dan freya mendongakkan kepala usai sejoli pergi, keduanya mulai tersenyum sumrigah satu sama lain, lantas keduanya saling menyenggol bahu malu akibat menyaksikan kejadian manis di hadapan mereka tadi.
"maaf menunggu putri jane, ada sesuatu terjadi di belakang, silakan diminum" jake mempersilahkan jane usai menyibakkan ekor jasnya dan kembali duduk di hadapan jane, si cantik mengangguk, "bagaimana kue buatanku? enak?" pertanyaan ia lontarkan, jake segera menganggukkan kepalanya antusias berulang kali, "kau hebat sekali, terimakasih sudah membawakannya untukku" ujarnya, jane tersenyum puas dan senang, "terimakasih pangeran, terimakasih juga atas jamuannya, namun aku harus pergi sekarang, aku harus ikut kelas melukis sebentar lagi" pamitnya, bibir jake membulat, "wah, benarkah? baiklah kalau begitu" jawabnya, jake bangkit berdiri lalu mengulurkan tangannya bak pria sejati yang disambut oleh tangan lentik putri jane. "perlu ku antar ke gerbang?" tawarnya yang hanya dibalas gelengan, perempuan itu pun pergi.
jake mendudukkan pantatnya lalu bernafas lega, tangannya melepas satu dua kancing jas lalu sepenuhnya bersandar pada kursi empuk. "jake? sudah selesai?" suara ratu terdengar, jake memperbaiki duduknya segera. elly yang masih berdiri ikut membungkukkan badan, "sudah, ma" jawabnya seadanya, "wah, ada kue" ibu mengulurkan tangan hendak mengambil kue kering dari toples kaca itu, "heh, jangan-jangan" larang jake segera, "loh, kenapa? karena ini buatan jane kamu jadi tidak mau berbagi ya?" ibunya mulai menggoda, jake memutar bola matanya, "bukan karena itu... rasanya hambar" aku jake, alis ibu terangkat, "tapi tadi kau bilang pada putri jane kalau ini enak" kata ibu lagi, "tentu saja aku bilang demikian ma, kalau tidak nanti perasaannya terluka" jelas jake panjang lebar, "ah sudahlah, aku mau istirahat dulu, elly, siapkan air mandiku sebentar lagi" suruhnya lalu segera beranjak.
oh, jadi itu alasan jake minum dengan gusar usai makan kue di dapur tadi. elly menunduk lagi, melukai perasaannya? kalau memang jake begitu peduli pada perasaan orang lain, berarti ia sangat tak memperhitungkan hati elly. masakannya tak pernah dipuji sekali pun. apa karena ia tak cantik dan berpendidikan seperti putri jane? pikirannya kalut, namun tak lama elly segera menggeleng, ia sigap merapikan meja bekas pakai jake dan jane tadi. ratu menapik sebuah senyum, "ternyata jake belum nyaman dengan jane ya" ujarnya, elly yang tengah membersihkan meja mendongak, "jake adalah orang yang tertutup, selalu tidak enak hati pada siapapun, jadi kalau ia sudah berani berkata yang tidak manis, artinya dia sudah merasa dekat, mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama" sambung ratu, mata elly berkedip lagi berulang kali seiring ratu pergi meninggalkannya sendirian. benarkah? apa itu artinya jake merasa dekat dengan elly?
-
elly mengetuk pintu si tuan muda dengan sopan sebelum melangkah masuk usai mendengar sahutan, tangan kirinya menenteng air panas lalu cepat-cepat ia pindahkan ke bak mandi sang pangeran, kini gadis itu mempersiapkan peralatan mandi di dekat genangan air seiring suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan jake dengan kaos oblong dan celana pendeknya, sangat berbeda dengan tampilannya yang rapi tadi, pria itu memindah rambut lebatnya ke belakang, memperhatikan elly yang kini menata handuk. "sebenarnya skill memasakmu sudah banyak meningkat, ku katakan agar kau tidak putus asa" ujarnya tiba-tiba, elly yang tadi sibuk kini memutar tubuhnya, "iya, tuan?" tanyanya, jake dirasuk apa tiba-tiba memujinya? gadis itu ingin memastikan bila ia salah dengar, "tidak bisa diulangi, sudah sana keluar" jake malah mengusirnya, namun dengan sebuah senyuman, senyum manis sampai kelihatan gusinya itu! elly terpana, ia kesulitan bernafas sampai dadanya sesak, segera ia memalingkan pandangan, "baik tuan" cicitnya lalu memutar gagang pintu. jantung gadis itu masih berdetak tak karuan, apa-apaan itu tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
nestapa | jake
Fanfictionelly, pelayan setia dengan seluruh hati yang tertuju pada tuannya. insan yang mencinta namun harus melepas belahan jiwa yang tak ditakdirkan bersama. complete, september 2021.