02. paul dan tingkah aneh jake

91 14 4
                                    

"hey, lily elisabeth yang cantik, selamat sore" elly yang sibuk menyapu memindahkan pandangan ke sumber suara, paul, menyapa dengan senyuman, elly membalas senyum, "selamat sore, paul" jawabnya seadanya. "sudah lelah ya?" paul bertanya hanya dijawab gelengan kepala, gadis itu selalu seperti itu. padahal wajahnya sudah dipenuhi peluh, sedikit pucat pula, surai hitamnya berantakan memenuhi kedua sisi mukanya. paul melukis senyum tulus, lantas mengelus puncak kepala elly hati-hati, "semangat, elly, kau hebat" pesannya, kepala elly mendongak, hatinya tersentuh, sudah lama sejak terakhir kali seseorang menyemangatinya, tugasnya sebagai seorang pelayan, diperlakukan seperti budak, tidak ada yang peduli akan kondisi fisik apalagi hatinya. mungkin paul mengerti kelelahan yang ia rasakan, karena mereka berasal dari sisi bumi yang sama, bagian rendahan yang tak diperhatikan. ia bersyukur bisa bertemu paul, freya dan kina juga. "elly? ayo masuk, raja sudah menunggu!" panggilan tegas jake membuat gadis itu tersentak, "baik, tuan" jawabnya lalu segera berlari meletakkan gagang sapu, disusul paul di belakangnya.

-

kegiatan keluarga kerajaan sudah berakhir, jake dan kakak-kakaknya diberi wejangan oleh sang ayah, topiknya berganti tiap minggu. mulai dari politik, golf, berkuda, bahkan kehidupan pernikahan. semuanya penting untuk jake, ditambah ia akan segera melangsungkan pertunangan sebentar lagi. jake saat ini masih berbicara dengan george, kakak terdekatnya, karena usia mereka yang tak jauh. keduanya terlihat mirip, sama-sama rupawan. elly dan paul, pelayan george, menunggu di muka pintu. elly menatapi jake yang kini sedang tertawa, tersenyum lebar sampai gusinya terlihat. sangat jarang gadis itu lihat, sesungguhnya ia kasihan pada jake yang harus mengikuti aturan istana, pria itu tak bisa santai seumur hidupnya, alur hidupnya sudah dituntut sempurna tanpa cela sejak lahir. ah, namun siapakah elly, beraninya ia mengasihani jake? elly hanya seorang pelayan hina yang jauh lebih layak untuk dikasihani oleh bangsawan seperti jake.

"hey?" panggilan paul membuyarkan lamunan elly, "ya?" jawabnya, "setelah ini kamu harus mandi, sudah bau debu" goda paul, elly menggigit bibir sambil tersenyum, "mandi atau tidak juga akan tetap bau debu" ujar elly, "tapi kamu tetap cantik, kok" paul memuji, "hah, tidak sabar untuk beristirahat, jadi pelayan khusus untuk pangeran memang melelahkan" katanya lesu, elly menganggukkan kepala setuju, "tapi aku kagum padamu, elly, kamu sanggup melakukan pekerjaan dengan baik" kembali paul memuji, tangannya kembali terangkat mengacak surai elly, gadis itu tersenyum lagi, paul punya hati yang sangat hangat. "elly! ayo kembali!" suara jake membuat kedua pelayan itu segera berdiri tegak dengan kepala tertunduk, "langsung ke kamar, jake?" george bertanya, dijawab anggukan saja. "duluan ya kak" ucapnya, kini george yang mengangguk.

jake dan elly tiba di kamar, gadis itu menata sepatu yang tadi digunakan jake di rak, usai gadis itu mempersiapkan peralatan mandi dan air untuk jake, ia pamit untuk beristirahat di asrama pelayan, "tidak boleh!" seruan jake membuat gadis itu menyatukan kedua alis bingung, "kau di sini saja" jake bicara lagi, "tapi tuan-" pandangan jake menajam, "berani membantah, ya?" ancamnya, "tidak tuan, tapi saya belum makan sejak siang, dan saya harus membasuh diri karena sudah berkeringat, saya takut tuan terganggu akan aroma saya" terang elly, jake membuang nafas, dadanya menurun, "baiklah, pergi sana, tapi petang nanti kau harus kembali ke sini lagi" katanya, elly masih tak mengerti, apa jake tak memperbolehkan ia tidur setelah melewati hari yang melelahkan? tapi gadis itu hanya mengangguk paham sebelum beranjak dari kamar jake.

-

elly sudah selesai mandi, ia juga sudah makan tadi, kini ia mengeluarkan seragamnya yang baru dari lemari, lalu gadis itu menggulung rambutnya yang masih separuh kering. "loh, kenapa pakai seragam lagi kak?" freya bertanya, gadis itu sudah siap-siap tidur, rambut panjangnya ia gerai. "iya, aku diminta tuan datang lagi petang hari" ia memberitahu. bibir freya melebar tak percaya, "apa? tega sekali" freya mendecih, elly tersenyum kecil lantas menepuk tangan freya yang terlihat kesal, "iya, tega sekali" kina yang tadi sudah rebah kini bersandar pada ujung kasur sempitnya, "semangat ya kak elly, tidak lama lagi kakak akan lepas dari tanggung jawab menjaga pangeran jake kok, syukurlah ia akan segera menikah" ujar kina, elly menggelengkan kepala dengan senyum sampai hidungnya mengerut, senyum menyerah.

kina mengerutkan dahi, "loh, kenapa tidak?" tanyanya cepat-cepat usai melihat elly menggeleng, "hush, sudah jangan bertanya terus, istirahat sana!" freya memotong pembicaraan, matanya menatap dengan pandangan tak kuasa pada elly, namun yang ditanya malah menampilkan senyum, "tidak apa-apa, frey. sebenarnya, dahulu ayahku punya utang pajak yang terlalu besar, kina, jadi sejak kecil sampai akhir hidupku nanti aku harus jadi pelayan di istana" elly menjelaskan, kedipan kina melemah, menatap elly dengan pandangan yang tak dapat dijelaskan, kedua sudut bibir freya sudah menurun. "kakak, maafkan aku sudah bertanya" kina bicara dengan suara bergetar, setetes air mata tumpah membasahi pipinya, elly gelagapan, "eh, jangan menangis, kok menangis sih, kin" katanya, kina mulai sesegukan, lalu segera mengusap pipinya berulang kali, ia ingin jadi kuat seperti elly. "sudah, sudah, jangan menangis" elly beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ranjang kina, tangannya berulang kali mengelus punggung yang lebih muda sambil tertawa kecil, kina menggemaskan. ah, sebentar lagi petang tiba. entahlah, apakah karena elly kuat melalui semua, atau memang karena tak ada alasan lain selain menjadi kuat dan pasrah pada takdir hidupnya.

-

sekarang sudah pukul tujuh, dua jam berlalu sejak ia masuk ke kamar jake. elly sedang mengupas buah apel untuk pangeran yang kini sedang tidur di kasurnya sambil membaca buku. tes~ darah menetes di jemarinya. kedua alis elly menyatu, tangannya melepas pisau dari tangan kiri lantas menatap tangannya saksama, tak ada bagian yang tergores pisau. ia menatap bingung. tuk! suara buku tertutup membuat elly tersentak lantas mengangkat kepalanya, dihadiahi jake yang menatapnya dengan sebuah tatapan, khawatir? pandangan keduanya beradu sebelum elly menunduk lagi, "hey, jangan menunduk, nanti mimisannya semakin banyak, angkat kepalamu" ujar jake, elly menurut lantas mengangkat kepalanya. jake menyusun tiga buah bantal di sisi kanan tempat tidur, "naik ke sini, cepat" suruhnya lagi, "tapi tuan-" pria itu mendengus, "kau mulai terbiasa membantah, ikuti perintahku" jake bicara dengan tegas, elly memilih menurut naik ke tempat tidur luar biasa besar dan empuk milik jake.

jake mengambil beberapa tisu dari ujung meja lantas menyeka darah yang sudah menurun sampai ujung atas bibir elly. "tuan, aku bisa-" jake memotong, "tidak, sudah tutup saja matamu, pasti ini karena kau kelelahan, kau harus bisa membagi waktu kapan harus beristirahat dan bekerja" wejangnya tak tahu diri, bukannya ia yang menyuruh elly untuk tetap bersamanya bahkan di sela istirahat? elly tak punya pilihan lain selain kembali menurut, perlahan gadis itu menutup matanya dan karena terlalu lelah, ia dengan mudah jatuh ke alam mimpi.

-

elly terbangun, gadis itu segera tau ia ada dimana sesudah kesadarannya kembali, ruangan sudah gelap, berapa jam ia tertidur? bagaimana ini, apakah jake sudah memindahkannya ke lantai? elly mengutuki diri sendiri, gadis itu perlahan membuka kelopak mata, mengintip sedikit, disuguhi wajah jake yang berada tepat di hadapan wajahnya, gadis itu tersentak, jantungnya berdetak sangat cepat, matanya langsung ia tutup kembali, bagaimana elly harus bereaksi? dapat ia rasakan hembusan nafas jake membelai wajahnya, "hehe" ia dengar kikikan dari pria di hadapannya dibarengi elusan halus berulang kali di puncak kepalanya, pria ini sedang apa? mana sanggup elly pura-pura tidur kalau begini. "kamu sudah melewati banyak hal, tanganmu luka dimana-mana" pria itu bicara lagi, kini menggenggam tangan elly yang menganggur. tangan jelek elly yang dipenuhi goresan pisau saat memasak, bahkan bekas terakhir kali tangannya terkena air panas belum hilang. "maafkan aku untuk segalanya elly, selamat malam" elly bisa dengar suara parau jake, terdengar putus asa dan terluka. untuk apa jake minta maaf? gadis itu menahan nafas lagi saat jake kini berbaring di sampingnya, kasur besar itu berderit. elly membuang nafasnya, jake aneh, perasaan elly lebih aneh, elly harus tahu diri.

nestapa | jakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang