kala itu siang hari, teriknya matahari menyengat kulit. jake baru saja kembali dari luar kota usai melaksanakan tugasnya sebagai perwakilan kerajaan untuk mengatur kota kecil tempat ia dan jane tinggal. pria itu kini mendudukkan diri di ranjangnya, tak banyak senyum tercipta sejak hari terakhir ia bisa melihat elly, seseorang yang selalu ia cintai, sayangnya kini wanita itu sudah meninggalkan istana untuk bahagia bersama pria lain, bahkan terakhir kali jake dengar ia sudah punya dua anak perempuan, sesuatu yang asing untuk jake, namun kebahagiaan elly juga adalah miliknya. pria itu menunduk, memijat betisnya yang ia luruskan di atas ranjang. ranjang berderit, jake menoleh, menatap istrinya yang mengambil posisi di sampingnya, pria itu menaikkan alis. jane beranjak mengecup ranum pria itu sebentar, "lelah, ya?" tanyanya, jake mengangguk kecil. "aku rindu padamu" jane bicara lagi, kini keduanya duduk berhadapan sambil beradu tatap, tangan jane ia letakkan di dada bidang pria itu, jake meraih pinggang istrinya semakin intim, perlahan kepala si wanita mendekat mengecup bibir sang pangeran lagi.
-
malam tiba, jake dan jane masih di ranjang. usai kegiatan cinta tadi, keduanya tidur berhadapan dengan pandangan melekat erat. jane menutupi punggung polosnya dengan selimut, tersenyum pada jake yang balas mengangkat kedua sudut bibirnya kecil, tangan pria itu terarah memindahkan anak rambut jane ke daun belakang telinganya, gadis ini cantik, jake akui. namun belum ada hal yang bisa memecahkan batu karang yang kian hari kian mengeras di dalam hati pria itu. "kau cantik" bisiknya memuji, jane tersenyum. nafas jake makin teratur, pria itu siap tidur. kalimat tadi yang akan selalu ia katakan pada jane agar rasa bersalahnya hilang sejenak dari perasaan. fakta bahwa ia diam-diam tak pernah merasakan cinta pada istrinya yang sudah ia nikahi sepuluh tahun. mungkin, inilah saatnya jake rela, ia harus belajar mencintai jane dan meraih bahagianya lagi.
setetes air mata keluar dari netra jane, dahi jake mengerut, matanya yang tadi sayu hampir tertutup kini melebar lagi, "jane?" panggilnya, dengan sigap jemarinya mengusap pipi sang istri. "aku harus cerita" cicitnya, jake mengangguk, bersedia mendengar. "aku... tidak tahu harus mulai dari mana, tapi tolong izinkan aku untuk bicara sampai ceritaku selesai" ujarnya, jantungnya berdebar makin kuat, tak kuasa menatap jake. "aku selalu cinta padamu, bahkan sejak pertama kita bertemu. hari dimana aku mendengar kabar kita akan dijodohkan adalah hari paling bahagia dalam hidupku" jane mengaku, "tapi kamu tidak peduli padaku sepanjang pernikahan kita, kamu jarang bicara padaku, kita seperti dua orang yang tidur dalam satu kamar tanpa gairah, rasanya gersang" ia menjeda sebentar, "malam itu, malam pesta penobatan george menjadi pemimpin kota bagian utara, aku mabuk anggur, kau tidak ada di sana... ragamu ada tapi jiwamu tidak, kau selalu ingin pulang ke rumah, ingin istirahat alasanmu padahal itu malam penting. aku kesepian, lalu di sana ada george yang menemaniku" lanjutnya menggebu-gebu, nafasnya keluar tak beraturan, seakan ia tak siap dengan reaksi jake. pria itu masih tak bergeming, seakan bingung pembicaraan ini akan mengarah kemana.
"lalu tanpa sadar kami melakukannya. sungguh, itu sebuah kecelakaan akibat rasa kecewa, sejak hari itu, aku... aku dihantui rasa bersalah setiap kali melihat wajahmu di rumah kita, aku berusaha melupakannya, aku berusaha memberikan yang terbaik untukmu kalau saja itu bisa menebus kesalahanku, sampai akhirnya aku hamil judah, aku sempat depresi. judah seperti bukti nyata dari dosaku yang tak akan pernah hilang" ungkapnya, "di hari kepergian elly, sebenarnya aku mendengar pembicaraan kalian berdua, tapi aku mencoba ikhlas, dan aku lega, rasanya seperti kita impas. aku sudah yakin pernikahan kita akan bahagia tanpa ada penghalang dari sisi manapun lagi, tapi nyatanya aku salah" ia menyelesaikan kalimatnya, wanita cantik itu menutup mata takut saat jake melontarkan kalimat pertamanya, "judah bukan anakku?" air mata jane kian deras, takut dan bingung jadi satu. tangannya gemetaran. sesak memenuhi dada jake, jane terisak, "maafkan aku" sebutnya berulang-ulang, "judah..." bibir pria itu bergumam kecewa seiring tubuhnya kini beranjak duduk, bersandar pada kepala ranjang, jane ternyata berkali lipat lebih keji darinya. apa ini karma baginya? atau sebaliknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
nestapa | jake
Fanfictionelly, pelayan setia dengan seluruh hati yang tertuju pada tuannya. insan yang mencinta namun harus melepas belahan jiwa yang tak ditakdirkan bersama. complete, september 2021.