#Part 2

6 4 0
                                    

Tok. Tok. Tok.
Rea mengetuk pintu kamar angga.
“Ya. Ada apa?” jawab angga dari dalam kamar.
“Bangun Mas, sudah pagi. Mas angga nggak dinas?” Tanya rea.
Angga keluar dari kamarnya. “Kamu tidak usah mencampuri urusanku, aku berangkat dinas atau tidak, bukan urusanmu,” kata angga dengan nada ketus. Pemuda berkulit sawo itu lantas berlalu ke arah kamar mandi. Setelah angga keluar dari kamar mandi, ia melirik heran di atas meja makan sudah tersedia sarapan untuknya.

“Rea, kamu tak usah menyiapkan apa-apa, aku tak biasa sarapan pagi.”
“Sarapan pagi bagus Mas sebelum memuali aktivitas pagi hingga siang.” Rea berusaha menerangkan, namun sayang, Angga malah semakin menjadi marah.
“Kubilang tidak ya tidak!” Bentak angga.

Rea terdiam, sedikit mendesah kesal namun masih dalam garis kesabaran, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Beberapa saat, Rea keluar keluar dengan selembar kertas dan sebuah pulpen.
“Aku ingin kita bicara sebentar Mas.” Ucapan rea sedikit menekan.
“Aku tak ada waktu!” balas angga acuh.

“Aku tahu Mas angga tak menghendaki pernikahan ini dan kehadiranku, aku tahu itu semua.” Rea menyerahkan lembaran kertas dan pulpen kepada angga, “ Ini...”
“Apa maksudnya ini?” Tanya angga.
“Ini surat perjanjian pernikahan dan perpisahan kita.” Kata-kata rea semakin tegas, nada bicaranya pun tak gentar. Angga tampak bingung.

“Mas angga tak usah khawatir, 6 bulan lagi aku lulus dari kuliahku, saat itu aku bersedia Mas angga menceraikan aku. Terserah apapun alasan perceraian itu, aku akan menyetujuinya.” Rea meyakinkan lawan bicaranya.
“Kamu pikir dengan begitu masalah ini akan selesai? Lalu bagaimana dengan orangtuaku? Mereka sangat berharap dengan pernikahan ini. Jika aku menceraikanmu tanpa alasan yang jelas tentunya orangtuaku akan marah besar padaku,” ujar angga.

Rea menghela sabar, guratan bibirnya mengatub sesaat, “Baiklah, saat perceraian itu, tuduhlah jika aku yang telah berselingkuh, sehingga orangtua Mas Yogi pasti akan menyetujui perceraikan itu.”
Angga pun tampak berpikir, bola matanya mengisyaratannya.
“Mas angga tak usah khawatir.

Aku tak akan meminta se-sen pun dari gajimu, aku tak akan mencampuri urusan pribadimu, aku hanya numpang hidup disini sampai saat itu tiba, Mas angga tak perlu menganggap aku istri. Mungkin, kalau Mas angga bersedia, anggaplah aku seorang... teman." Rea memasang senyum persahabatan di wajahnya.

“Baiklah aku setuju dengan perjanjian ini.” angga menandatangani lembar kertas yang sebelumnya sudah di tandatangani rea.
“Ya. Aku sangat berterima kasih padamu Mas. Sebagai balasan atas kebaikan hatimu menerimaku di rumah ini, aku akan tetap melakukan pekerjaan rumah dan menyiapkan makan,” ucap rea sebelum ia mengambil kertas perjanjian itu dan masuk ke kamarnya.

Di dalam kamar yang kecil itu, yang hanya terdapat sebuah kasur dan lemari, rea bersandar pada tembok dan menangis sedih, batinnya meringis pilu. “Ayah... kenapa ayah pergi secepat ini, selama ini aku dan ibu hidup menderita...” ucapnya sambil menghapus air matanya. Terasa kosong hidup tanpa kedua orang tuanya, ia harus berjuang sendiri demi kelangsungan hidupnya.

“Ibu... Ibu juga meninggalkanku, aku merasa seperti sesuatu yang tak berharga di sini, tak ada yang sayang rea lagi. Rea kangen ibu.” rea terisak duduk bersandar, semua terasa dingin dan membekukan keberadaannya. Tangisan rea tak berlangsung lama, ia menghela nafas panjang untuk membuang semua asanya dan menghapus air matanya. “Aku tak boleh begini. Aku harus kuat, harus bisa menjadi pribadi yang baru. Aku harus berusaha menjadi seorang teman yang baik buat Mas angga.” Rea memotivasi dirinya sendiri, dengan menjalin tali pertemanan yang baik, setidaknya bisa memudahkannya melewati hari yang asing di rumah angga.

Sekitar jam setengah tiga, angga pulang dinas. Karena lokasi kantornya tak jauh letaknya dari asrama tinggalnya, angga pun memilih berjalan kaki bersama tegar, teman karibnya, apalagi mereka sama-sama satu litting.
“Ga, katanya kemarin kamu nikah, kok nggak ngundang-ngundang?” Tanya tegar.

“Ah,itu hanya acara keluarga saja kok gar, cuma akad nikah.” Angga nampak enggan membahas.
“Lalu mana istrimu sekarang?” Tanya tegar.
“Ya sekarang tinggal sama aku,” jawab angga.

“Sepertinya kamu tak senang dengan pernikahanmu itu, Ga?” Tegar bisa membaca dari sikap dan cara bicara sahabatnya itu.

“Iyalah gar, kan kamu tahu sendiri, aku masih pacaran dengan . Lagipula aku dan rea, hmm... rea kan hanya dijodohkan, tak lama juga aku akan berpisah dengannya,” ujar angga enteng.
“Kok gitu Gi? gampang banget sih kamu main ceraikan anak orang, emang kenapa kamu tak menyukai istrimu itu?” Tegar menatap heran sahabatnya.

“Ya, entahlah aku tak suka, gayanya jadul banget, nggak cocok ama seleraku.”
Tegar menepuk pundak angga, ”Ah, semprul kamu Gi, padahal chiara menurutku standar-standar aja. Cuman karena ia memiliki rambut panjang lurus itupun hasil olahan salon, ya emang sih chiara itu modis.”

“Sembarangan aja kamu nilai cewekku, Gar. Kalau aku melepaskan Chiara sekarang, gengsi lah. Dulu aja aku hampir berantem sama si dareen gara-gara memperebutkan chiara.”

“Hahaa, kamu kayak anak ABG aja ga. Inget umur dong!” ledek tegar.
“Oh, ya, Dan, tapi ini rahasia ya... ” angga memelankan nada suaranya.

“Apaan?” tegar mulai penasaran.
“Hmm, sebenarnya... pernikahanku hanya 6 bulan saja,” bisik angga.
“Maksudnya gimana ga?” tegar setengah melotot mencerna kata-kata angga.

“Aku dan rea sudah sepakat dalam sebuah perjanjian pernikahan hitam diatas putih, setelah 6 bulan pernikahan kami memutuskan akan bercerai,” bisik angga lagi.
“Gila kamu ga, nikah kok dibuat permainan.” Tegar menggeleng melihat tingkah angga.

Tak berapa lama angga dan tegar pun sampai di depan rumah angga. “Ga tuh kok ada cewek di depan rumah kamu? cewek yang mana lagi tuh. Gila, baru kali ini liat cewek mulus banget, cantik banget.” Tegar berdecak kagum. Angga pun heran, Angga dan tegar terusik rasa penasarannya untuk melihat lebih dekat ke arah perempuan yang berdiri di depan rumah angga itu.

Perempuan berambut sebahu, pakai rok jeans pendek, kemeja fit body dan Wedges High Heels. Perempuan yang menjadi perhatian itu membalikkan tubuh dan membuat angga serta tegar terkejut.

Hayolohhhhhhhh Tuhhh Perempuan Siapaaaaa???

Maapkeunnn Kalau Ada Ketypoan Baik Nama Ataupun Apaaan Kalian Aja Yg Benarin Otak Admin Lg Banyak Nama Orang🤣🤭

Anrhea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang