#Part 4

5 3 0
                                    

***
Sudah 3 jam rea menunggu di depan pintu, teras depan rumah pun masih gelap. Rea duduk dan bersandar di depan pintu rumah yang terkunci itu. Karena rea tak tahu nomer HP angga, ia pun bingung harus menghubungi siapa, Rea pasrah saja menunggu di depan pintu.
“Nasib orang menumpang,” ucap rea sedih. Nyamuk mulai berlalu lalang di teras. Suara mobil angga pun terdengar, Angga buru-buru keluar dari mobilnya.

“Maaf, kamu sudah menunggu dari tadi ya?” Angga terburu-buru membuka kunci pintu.
“Lumayan Mas,” balas rea, ia mendesah kesal.
“Iya tadinya aku mau menaruh kunci ini dulu tapi karena terburu-buru aku jadi lupa, soalnya tadi chiara telepon dan meminta aku menjemputnya,” ujar Yogi.

Tanpa menanggapi perkataan angga, Rea pun langsung masuk rumah dan menuju kamarnya. Rea merebahkan diri di kasur tanpa ranjang itu, lalu duduk dan melepaskan sepatu high heels jenis platform itu.

“Aku sedikit kesal karena terlalu lama menunggu, tapi yasudahlah. Aku mau tidur sebentar menghilangkan amarahku.”

Cukup lama rea tertidur, ia terbangun tepat jam 12 malam. Rea bangun lalu duduk di sisi tempat tidurnya. “Astaga... sudah jam segini, aku lupa masih ada tugas buat praktek besok.” Reaa bergegas bangun.

Setelah mengambil beberapa buku, ia kemudian melangkah menuju ruang tengah. Rea duduk di depan TV tanpa menyalakan TV tersebut karena khawatir angga terbangun jika mendengar kebisingan. Rea membaca beberapa buku kuliahnya, sesekali ia mencatat.
“Kok lapar ya, hmm, enak nih kalau bikin mie godok,” kata rea.

Rea memutuskan memuaskan perutnya sebelum kembali melanjutkan mengerjakan tugas prakteknya, ia melangkah ke dapur dan mulai memasak. Saking asiknya ia memasak, Rea tak sadar jika angga berada di belakangnya. “Reaa...” Panggil angga.

“Aaaaaaa, hantuuuu,” teriak rea kaget.angga kemudian tertawa. “Ini aku,” kata angga.
“Ya ampun Mas angga sejak kapan disini?” kata rea lega.

“Barusan kok, kamu sedang apa?” angga melongokkan kepalanya, melirik sepanci kecil di atas kompor.
“rea lapar Mas, ini bikin mie godok, Mas angga mau?" Tawar rea.

“Boleh deh,” balas angga. Rea pun menyiapkan dua mangkok mie godok lalu membawanya ke meja makan. Rea dan angga menyantap mie godok itu, untuk pertama kali mereka berada di satu meja makan secara bersama.

“Enak juga.” Angga melahap mie buatan rea. Rea hanya tersenyum.
“Oh, ya, Rea, aku minta maaf ya tadi. Hmm, besok aku gandakan kunci rumah,biar kita bawa masing-masing saja.”

****
Pagi itu rea berangkat kuliah setelah angga berangkat dinas. Rea mengunci pintu rumah lalu menyelipkan kunci rumah itu di bawah keset yang bertuliskan kata WELCOME, karena angga siang nanti akan menggandakan kunci. Rea berjalan melangkah keluar rumah. Rea tak lupa menyapa beberapa ibu-ibu yang ada di sekitar situ.

Lalu berjalan ke arah jalan raya melewati lapangan.
Rea mengamati kerapian pakaiannya, pagi itu rea tampak elegan dengan baju semi kemeja terusan hitam sampai di atas lutut dengan tali pinggang kulit dan sepatu high heels model gladiator.

Sebenarnya rea bukan orang yang boros dan wajib fashionable tapi karena ia sekalian promosikan dagangannya yaitu sepatu dan pakaian korea jadi ia menggunakan sendiri barang sample yang akan dijualnya sekaligus sebagai promosi, karena konsumen rea sebagian besar adalah teman-teman kampusnya sendiri. Rambut rea kini pun di tata ala wanita korea untuk lebih menopang penampilannya.

***
Pagi itu lapangan ramai, serumpun tentara yang sedang melakukan olahraga rutin buyar dari suara instruksi sang pelatih. Ada yang menarik perhatian mereka pagi itu.
“Ada apa sih rame-rame? kok memandangi jalan semua?” Tanya angga pada tegar. Tegar pun melihat ke arah jalan.

 
“Oh itu ga, mereka pada ngeliatin cewek lewat,” Tegar memicingkan mata untuk dapat melihat lebih jelas apa yang menjadi bahan perhatian teman-temannya.

“Biasa para bujangan lihat yang mulus dikit udah ngiler,” Angga terkekeh.
“Lho ga, itu kan Dek rea.” Tunjuk tegar pada perempuan yang sedang jadi pusat perhatian teman-temannya itu. Angga akhirnya menengok ke arah tunjukan tegar, dan ternyata benar dia rea.
“Dek rea!!” Teriak tegar sekuat tenaga hingga tenggorokannya hampir kering.

Tegar melambaikan tangan. Rea pun menoleh dan tersenyum membalas lambaian tangan tegar.
“Berangkat kuliah ya Dek?” Teriak tegar lagi(eh gar, ntr mimin buat lu jadi bisu yehh berisik banget).
“Iya Mas..Bye...” Rea membalas teriakan tegar sambil melambaikan tangan dan berlalu.

“Tegar kamu kenal cewek tadi?” Tanya arka.
“Kamu Kenal gar? tumben kamu kenal cewek cantik, hahahaaa,” Ejek al bercanda.
“Semprul kamu al!” Tegar menyikut al pelan.
“Ah, jangan marah dong tegar, aku mau dong di kenalin ama cewek tadi,” Al merajuk.

“Enggak-enggak, bukan kelas kalian,” ujar tegar lalu pergi meninggalkan kumpulan ngiler itu. Angga sedari tadi hanya terdiam dan menatap kepergian rea. Ia menelisik apa yang menjadi sesuatu di dalam bathinnya. Mencari jawaban keberadaan rea.

***
Malam menjelang meninggalkan matahari yang sudah terbenam. Rea dan angga makan malam mengisi perut mereka yang sesungguhnya tak begitu lapar, Tegar pun datang bertamu.
“Masuk Mas tegar,” teriak rea.
“Eh, lagi pada makan ya?” mata tegar berkililing diatas meja makan(perasaan mimin g enak).

“Sini ikut makan Mas, Rea ambilkan piring ya?” Rea beranjak.
“Boleh Dek Rea, kebetulan kompor di rumah lagi rusak jadi nggak bisa masak dan belum makan, hehee” kata tegar kegirangan.
“Kamu gar, kamarin TV rusak, sekarang kompor rusak, besok sekalian tempat tidurmu rusak biar bisa tidur disini kan?" cibir angga.

“Boleh ga idemu, besok aku tidur disini ya, diruang tamu juga boleh, hehee,” tegar cengengesan.
“Ah tidak-tidak, kamu ini alasan aja. Ada maunya,” tolak angga.

“Hehehe,” tawa tegar.
“Sudah-sudah, yuk makan dulu Mas, ini piringnya,” Rea menyodorkan piring ke tegar. Mereka bertiga pun makan bersama.

“Wah enak ya masakannya Dek rea,” kata tegar sambil mengambil beberapa lauk hingga piringnya penuh.
“Gar, kamu kira-kira dong, masa semua di embat juga!” Angga mendelik.

“Hehehe, iya maap-maap.” Tegar memasang tampang melas, Rea pun tersenyum kecil.
Setelah makan malam, Rea membersihkan meja dan piring lalu masuk ke dalam kamarnya. Sementara angga dan tegar sedang ngobrol di depan TV.

“Napa ga? kayaknya wajah kamu suntuk banget.” tegar melihat angga yang sibuk SMS-an dan mencoba menerka-nerka dari wajah angga. 
“Ini chiara, tiap hari kerjanya ngambek mulu, Gar. Dikit-dikit ngambek, tadi aja dia minta jemput tapi aku nggak bisa, eh dia marah,” keluh angga.
“Ah, Chiara lagi, Chiara lagi, illfeel aku liat cewek tipe gitu, ngambekan, nyenengin enggak, ngeselin iya. Emangnya cowok itu supir antar jemput apa!” Ujar tegar sinis.

“Tau ah, oh, ya, Gar kamu besok siang ikut aku ya ke kampusnya chiara,” pinta angga.
“Ngapain? males ah!” tolak tegar tak berselera.
“Yah, please dong gar. Temen chiara si naya tuh tentara holic, dia minta chiara nyomblangin teman aku ama si naya, temen chiara itu,” kata angga.
“Ogah ah, cewek jaman sekarang ni tahu aja ya tentara mau dapet remunerasi, ngejar-ngejar mulu!” Tegar melengos.

Anrhea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang