Titip Aji

228 40 1
                                    

Titip Aji

Goresan cambuk yang dikibaskan Bapak. Berhasil melukai sekujur punggung dan dada milik Aji. Haikal memandang Aji dengan tatapan sedih. Ia tidak apa-apa melepaskan Aji, asal pemuda itu tetap tinggal di Istana.

Air hangat serta handuk kecil dikompres pelan ke semua area yang terluka.

"Kamu nggak usah sedih." kata Aji.

"Cinta kita salah, Ji. Aku udah bilang dari dulu. Mas Raden seharusnya nggak nanggung dosa kita."

Aji, anak cerdas yang selalu unggul jauh dari Raden. Tapi tidak sedikitpun Raden iri. Aji digadang-gadang menjadi pengganti tahta yang kini masih diemban Bapaknya. Raden pun tidak masalah.

Sampai malam ini semua diputuskan karena pengakuan cinta yang Aji utarakan. Raden akhirnya ditunjuk menjadi satu-satunya pengganti sang Bapak. Nama Aji dicoret dari semua pembagian harta serta kekuasaan. Tapi Aji tidak apa-apa. Asal ada Haikal, ia cukup.

"Mungkin nanti kita bakal miskin. Tapi aku nggak akan berhenti berusaha untuk bikin kamu bahagia." ucap Aji meyakinkan Haikal.

"Siapa yang bakal biarin adikku jadi miskin?" Raden yang sejak tadi mendengar percakapan Aji dan Haikal akhirnya memutuskan ikut bergabung. "Selama tahta masih ada di tanganku. Nggak ada yang boleh nyakiti Aji, adikku."

Hal yang selalu dibanggakan Aji dari Raden. Kakaknya selalu jadi garda terdepan yang mendukungnya, meskipun ia sendiri harus mengorbankan jiwanya. Dengan menikahi wanita yang sama sekali belum pernah ditemui.

"Mas, maaf aku egois." sesal Aji.

"Cinta itu nggak egois. Jadi berhenti kalian menyalahkan diri sendiri. Cepat kemasi barang kalian. Mas sudah siapkan semua kebutuhan kalian di Australia. Mas cuma mau kalian janji satu hal." Raden menepuk pundak Aji dan Haikal bergantian. "Janji untuk nggak saling pergi. Walaupun di depan sana nanti, kalian nemu alasan paling kuat untuk berpisah."

Sepanjang usia hidupnya, Raden tidak pernah berpisah lama dan jauh dari Aji. Untuk menghindari perselisihan keluarga, Raden harus mengambil keputusan untuk mengirim Aji dan Haikal ke luar negeri. Demi kebaikan semua.

"Tapi nanti aku nggak bisa ikut proses nikahan, Mas?"

"Yang penting kalian aman dulu di sana. Nanti kalau calon Mas mau diajak kesana. Kalian bakal kita jenguk."

Aji memeluk Raden erat. Seperti adik kecil yang menangis ketika akan hidup berjauhan dari kakaknya.

"Makasih ya Mas." ucap tulus Haikal.

"Titip Aji ya, Kal. Kamu tau kan ini anak teledornya kayak apa. Hidupnya selalu bergantung sama si mbok dan Ibu. Ibu nggak mungkin ikut kalian karena Bapak pasti akan marah." Haikal mengangguk. "Si Mbok sudah Mas utus buat bantuin kalian selama hidup jauh nanti. Makan yang teratur ya, Dek." entah harus disebut apa malam itu bagi Raden. Karena kabar pernikahannya hadir bersamaan dengan kabar perpisahannya dengan sang Adik.

Ave.

Family Value (Danadyaksa Vers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang