Istri?
Dita lahir dalam lingkungan kesultanan. Dibesarkan dalam lingkungan kesultanan. Dan dididik sebagaimana mestinya seorang putri. Dita tentu tidak terkejut dengan kehidupan Raden yang tidak jauh berbeda dengan kehidupannya. Ia hanya belum terbiasa dengan gelar barunya sebagai seorang, istri?
Raden pernah berjanji untuk mengajaknya memulai semua dari awal. Menyisihkan status pernikahan mereka. Untuk memulai perkenalan, pendekatan. Sewajarnya orang lain memulai hubungan. Raden tidak pernah ingkar bahwa ia akan membuat Dita menjadi nyaman tanpa terbebani apapun.
Tapi justru kebaikan Raden itu yang malah balik membebani Dita. Dita selalu merasa tidak layak untuk Raden yang luar biasa sempurna. Bahkan syarat untuk pisah kamar pun, disetujui Raden tanpa basa-basi.
"Mas, kamu mau kemana?" sebelumnya Dita tidak pernah mau tahu urusan Raden. Tapi hari ini nurani Dita tergelitik untuk bertanya kemana kiranya sang suami akan melabuhkan tujuannya.
"Mau ada rapat di beberapa tempat. Kenapa?" Raden membenarkan letak dasinya sendiri.
"Mas..." tangan Dita gemetar ingin menjangkau dasi Raden. Tapi rasa malu dan gengsinya masih setinggi langit.
"Kamu sakit?" Dita menggeleng.
"Kamu mau pergi?" Dita menggeleng lagi.
"Kamu nggak ada jadwal di Rumah Sakit?" masih gelengan saja yang mampu diberikan Dita.
"Aku sedih aja. Aku nggak bisa jadi istri yang utuh buat kamu. Aku nggak bisa temenin kamu tidur. Nggak bisa siapin kebutuhanmu. Nggak bisa pasangin dasi kamu." Raden mengernyit bingung. Pria itu segera menghampiri Dita yang sudah terisak, dan terduduk di atas Sofa di dalam walking closet pribadi milik mereka berdua. "A-aku..."
"Hei, nggak apa-apa, dek. Kan kamu butuh waktu. Aku tau ini mengejutkan buat kamu." Dita bersimpuh di lantai dengan suara tangisnya yang terdengar menyakitkan.
"Aku terlalu tinggi gengsi. Masih suka mikirin diriku sendiri. Mas Raden, kamu bisa tinggalin aku, karena belum bisa jadi istri yang utuh buat kamu. Kamu udah ngasih kebebasan ke aku. Tapi aku belum ngasih apapun ke kamu." Raden menyibak rambut selembut sutra nan panjang milik istrinya.
"Aku ndak minta apapun kan, dek? Ssstt... jangan begini. Kamu bikin Mas ikut sedih." Raden sudah jatuh cinta sejak bibirnya mengucapkan dengan lugas nama Dita di depan Yoga, pada saat prosesi akad. Bahkan ketika matanya belum melihat sosok itu. Hatinya sudah lebih dulu luruh.
Setiap malam Raden selalu berharap, ketika matanya terbuka. Ia melihat Dita masih terlelap di sampingnya. Mereka bercerita sepanjang malam tentang banyak hal. Saling memeluk ketika hujan datang. Dan saling mendinginkan ketika emosi merundung akal.
Ini yang Raden tunggu. Bahwa batu akan hancur tergerus oleh titik-titik air. Bahwa kekerasan hati tidak selamanya harus dipukul oleh kekerasan juga.
"Aku istrimu, utuh." bisik Dita.
Dan pada saat itu. Raden tidak perlu memaksa, karena Dita akan datang sendiri kepadanya. Memohon perasaan lebih yang selama ini selalu ditampik.
"Kamu mau masangin dasi buat aku?" Dita menenggelamkan wajahnya di antara dada bidang itu, malu. "Ya udah, ini aku bongkar lagi dasinya. Tugas pertama jadi istrinya Raden, pasangin dasi." suara tawa Raden selalu renyah didengar. Masuk ke telinga, dan menggoyahkan pertahanan Dita.
Ave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Value (Danadyaksa Vers)
FanfictionGenre : Family, Romance, Hurt. Rated : T+ Warning : Don't Like, Don't read! Disclaimer : Cerita ini hanya fiksi. Tidak ada hubungan dengan tata kesultanan atau tata kerajaan manapun. Murni imajinasi bebas penulis. Summary : "Ayah saya tampang bangsa...