Akad
"Saya terima nikah dan kawinnya Dita Ayu Alunaswara binti Sasongko Yudhaswara dengan mas kawin tersebut, tunai!" Raden tersenyum memandang Yoga, kakak iparnya yang baru saja menikahkan mereka.
Dan sampai Akad digelar, Raden belum sama sekali berjumpa dengan wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu.
Mas kawin berupa satu set perhiasan di dalam kotak merah tersebut diberikan Yoga kepada Raden.
"Susul Dita di kamar. Kalian sudah sah. Titip adikku ya." Yoga menunjuk sebuah kamar yang sudah dibingkai dengan puluhan mawar di masing-masing sisi pintu.
Sama halnya seperti dirinya yang menitipkan Aji pada Haikal. Yoga pun menitipkan Dita padanya dengan penuh ketulusan.
Kabar tentang kecantikan Dita yang sejak semalam terus dipuja-puja oleh Bapak. Ternyata bukan bualan semata. Raden melihat sorot mata sedih itu tengah mematut diri di depan cermin. Meski riasan pengantin cukup tebal. Tapi Raden bisa membaca ada cekung lelah di bawah mata sisa menangis semalaman.
"Aku boleh masuk?" Dita hanya menatap balik Raden dari cermin, tidak memberi jawaban. "Aku anggap boleh."
"Kamu sudah suamiku, kenapa harus ngga boleh?" Raden paham perasaan Dita, karena dia pun merasakan hal yang sama.
"Lupain dulu status kita. Aku mau ajak kamu dekat dengan cara yang wajar." Raden mengulurkan tangan untuk mengajak Dita berkenalan. "Kenalin, aku Raden. Kata Ibu ku aku tampan, tapi kalo kataku, aku tampan banget. Hehehe." Dita ingin tertawa, tapi gengsi.
"Dita Ayu Alunaswara." jawab Dita membalas uluran tangan Raden.
"Kamu kayak mirip seaeorang." Raden membuat gestur pura-pura berpikir.
"Hah? Siapa?" tanya Dita bingung.
"Mirip calon Ibu dari anak-anakku." dan hari itu Dita tahu. Ia terlalu dini menilai Raden. Raden tidak terlihat berbahaya. Raden tidak terlihat kaku seperti Bapak atau kakaknya.
"Jadi istriku bukan berarti kamu harus terikat dan ikut aturanku. Kita bisa kenalan dulu. Pendekatan. Ngobrol banyak hal. Jangan nangis lagi ya, dek. Aku nggak seserem yang ada dibayanganmu." Raden mengusap pipi Dita.
"Maaf, selama dua minggu ini aku terus berpikir buruk tentang kamu, Mas. Aku takut kamu kayak Bapak. Aku sayang sama Bapak, tapi aku nggak mau punya suami kayak Bapak yang bikin anaknya selalu merasa terkurung." Raden memasangkan kalung yang dijadikan mas kawin, kemudian gelang, anting, dan terakhir memasangkam cincin, lalu berkata, "Kalo yang kamu minta itu kebebasan, aku akan ngasih cuma-cuma. Asal kamu ingat, kodratmu sebagai siapa." kecupan pada jari manis Dita yang sudah terpasang cincin, berhasil membuat gadis itu tersipu. Perlakuan Raden sangat manis, dan semoga selalu seperti ini.
"Aku mau mulai dari awal sama kamu, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Value (Danadyaksa Vers)
FanfictionGenre : Family, Romance, Hurt. Rated : T+ Warning : Don't Like, Don't read! Disclaimer : Cerita ini hanya fiksi. Tidak ada hubungan dengan tata kesultanan atau tata kerajaan manapun. Murni imajinasi bebas penulis. Summary : "Ayah saya tampang bangsa...