Dubai
Keluarga Swara adalah pemilik salah satu Rumah Sakit swasta terbesar. Dipimpin oleh si sulung langsung, Favian Yogaswara. Dita memilih untuk menjadi Dokter spesialis anak disana. Profesi impiannya. Juga karena Dita penyayang anak-anak.
Setiap hari Rabu, di setiap minggunya. Dita akan disibukkan dengan klinik pribadi miliknya yang disediakan khusus untuk orang-orang kurang beruntung. Atas dasar kemanusiaan, Dita membebaskan biaya berobat.
Siang itu Dita sedang sibuk menyapa beberapa pasien di dalam kliniknya. Karena memiliki waktu yang terbatas dan hanya bisa berkunjung seminggu sekali. Tim Dokter yang dimiliki Dita di kliniknya, cukup membantu dan memudahkannya dalam mengelola. Dan ini semua, adalah salah satu hadiah yang diberikan Raden.
Sebuah mobil sport memasuki pekarangan klinik besar tersebut. Dari bangunan luar, tidak akan ada yang menyangka bahwa klinik itu bisa membebaskan biaya pengobatan hanya bermodal kartu identitas saja.
"Sayang?" Dita tersenyum ke arah pria yang baru saja memanggilnya.
Penampilannya begitu mencolok di antara semua orang di dalam klinik. Rambut rapi yang menampilkan kening. Serta kacamata mahal yang bertengger di hidung mancungnya. Membuat siapapun tidak bisa mengelak bahwa Raden memang titisan Dewa.
"Hai, Mas." setiap hari. Dalam masa-masa pernikahan mereka yang sedang hangat-hangatnya. Raden tidak pernah lupa membawakan bunga untuk Dita.
"How was your day?" tanya Raden sebelum mengecup kening Dita.
"Lancar, kamu sendiri?"
"Tadinya aku pusing, tapi setelah liat kamu. Aku rasa, hari ini indah." gaya bicara Raden yang khas. Yang meskipun terkesan gombal, tapi Dita tidak bisa membenci sama sekali.
"Mau dinner?" Raden dengan ratusan ide kencan yang membuat Dita dibuat jatuh cinta setiap hari.
"Dinner? Kedengerannya seru, Mas." sambut Dita antusias.
"Di Dubai?" ya, bagian yang akhir-akhir ini Dita ketahui. Bahwa bumbu gila adalah khas Raden sekali.
"Dinner di Dubai? Sampai disana ternyata udah jam sarapan." Raden tertawa renyah.
"Aku udah booking private resto gimana dong?" Dita memasang wajah terkejut. Dari sekian banyak sifat baik yang dimiliki Raden, ada satu sifat buruk yang kadang merepotkan Dita. Raden suka mengambil keputusan sendiri, dan cenderung semaunya.
"Tapi…."
"Aku udah izin Mas Yoga kalo besok kamu nggak akan praktek sampai 4 hari ke depan. Dan untuk klinik, kamu punya tim yang luar biasa, sayang.""Tapi…." Raden memberi ciuman sekilas di bibir Dita.
"Barang kamu udah dipacking sama asisten ku. Kalo bajunya ternyata nggak ada yang cocok. Nanti kita beli disana." Raden dan segala jiwa pangeran mudanya. "Kok kamu sedih? Nggak suka ya ke Dubai? Atau mau ganti destinasi?" Dita mencubit perut Raden karena gemas sekaligus kesal.
"Kebiasaan bikin orang kaget!"
"Sorry, Darling. Mumpung ada waktu, aku maunya nempel kamu terus."
Atas ide tidak masuk akal dari Raden itu. Mereka akhirnya sampai di landasan khusus tempat pesawat pribadi keluarga Danadyaksa terparkir.
Mereka benar-benar akan pergi ke Dubai untuk menikmati akhir pekan yang dibalut dengan alasan dinner oleh Raden. Padahal butuh waktu kurang lebih 7 jam untuk sampai ke sana.
“Mas, aku mau ngasih tau sesuatu.” Dita menyandarkan kepalanya ke bahu lebar sang suami.
“Apa itu?” sepenuhnya, fokus Raden hanya tertuju pada Dita.
“Aku hamil.” di ketinggian 43 ribu kaki, di atas permukaan laut. Di dalam pesawat pribadi keluarga Danadyaksa. Raden mendengar kabar membahagiakan sepanjang sejarah kehidupannya. Anaknya, sedang tumbuh dalam perut wanita yang begitu dicintai. “Anak kita.” bisik Dita lagi. Membuat Raden memutar badan sepenuhnya untuk memeluk sang istri.
Ave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Value (Danadyaksa Vers)
FanfictionGenre : Family, Romance, Hurt. Rated : T+ Warning : Don't Like, Don't read! Disclaimer : Cerita ini hanya fiksi. Tidak ada hubungan dengan tata kesultanan atau tata kerajaan manapun. Murni imajinasi bebas penulis. Summary : "Ayah saya tampang bangsa...