Part 1

29 10 0
                                    

Pagi hari ini ditemani dengan secangkir kopi, seorang remaja perempuan bernama Arumi Cayla atau yang lebih dikenal dengan nama Arum duduk termenung sambil melihat rintikan air yang turun dari langit. Lalu ia melirik arloji nya.

"Aduh, ujannya lumayan awet. Mau berangkat jam berapa kalo masih ujan gini" gumam Arum sambil menyesap kopi susu nya.

Lalu seseorang menepuk pundaknya, "Arum"

"Iya bu?"

"Masih ngopi aja, gajadi berangkat?" tanya seorang wanita paruh baya yang sering dipanggil 'Ibu' oleh Arum.

"Masih ujan bu"

Afifa - ibu Arum - memandang anak gadis nya dengan senyuman jahil, "Tandanya kamu gaboleh berangkat nak"

"Ibu jangan bilang gitu, nanti Arum malah ga tega ninggalin bapa sama ibu dirumah"

Afifa terkekeh mendengar penuturan anak gadisnya, "Ibu gurau je, kenapa kamu jadi baper gini" sambil mencubit pipi Arum, sementara sang korban hanya bisa memanyunkan bibirnya.

"Bu, kalo misalnya aku jarang pulang ibu bakalan tetep nganggep aku anak kan?"

"Astaghfirullah pertanyaan kamu tuh ya dek, aneh banget tauga" bukan sang ibu yang menjawab pertanyaan Arum, namun Haris sang abang.

"Aku tuh nanya ibu, bukan nanya abang"

"Tapi abang anak ibu, jadi sebagai anak yang baik abang mewakili ibu untuk menjawab pertanyaan ga bermutu kamu itu"

"Terserah"

Afifa menepuk pelan bahu anak laki laki nya, "Jangan diganggu terus adeknya, nanti pas dia pergi kamu kangen"

"Ya lagian bu, masa dia mau kuliah jauh gitu. Jahat banget dia mau ninggalin abang nya ini"

"Aku ga peduli wlek" ledek Arum sambil memasang pose jelek.

"Jelek lu ah"

"ABANGGGGGGGGGGGG!"

"AHAHAHAHAHAHAHA"

Terjadilah aksi kejar kejar an di pagi hari yang tidak cerah itu. Sementara sang ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat dua anaknya.

"Sudah tumbuh dewasa ya anak ibu sama bapa, semoga kalian tetep bisa akur sampai kapanpun" gumam nya.

Jam menunjukan pukul 11:00, hujan sudah berhenti sekitar 10 menit yang lalu. Awan dan langit yang menghitam pun sudah digantikan dengan warna biru dan putih yang cerah.

"Bapa, Ibu, Arum berangkat dulu ya" pamit Arum sambil mencium tangan kanan orang tua nya.

Afifa mengelus pundak anak gadis nya itu, "Jaga diri baik baik ya sayang, kalo ada waktu libur pulang ya. Jangan diem diem aja disana"

"Ayey captain!"

Lalu bapa mengusap surai anak gadis nya, "Anak bapa udah gede, udah jadi gadis cantik sekarang, tandanya udah bisa jaga diri baik baik, dan tau mana yang baik mana yang kurang baik. Jadi gaboleh nakal di kota orang"

"Iya bapa. Arum titip ibu ya pa"

"Itu mah selalu. Perlu bapa kekepin tiap hari kaga?"

"Yeh itu mah maunya bapa" celetuk Haris yang membuat Arum dan Afifa tertawa namun tidak dengan Wisnu - Bapa Arum -.

"Yaudah sana berangkat. Nanti keburu ujan lagi" ucap Afifa menengahi yang langsung di angguki oleh Arum.

"Dadah bapa, ibu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam. Abang pelan pelan bawa mobilnya"

"Siap nyonya"

Bapa dan Ibu pun tersenyum melihat Haris yang masih mau di minta tolong menjaga adiknya.

ARUM POV

Setelah beberapa jam perjalanan. Akhirnya gua sampe di rumah bapa sama ibu yang ada di Bandung.

"Dek lu pake kamar depan, gua pake kamar belakang. Tenang cuma sehari, besok gua harus balik ke Bekasi, kudu kerja" ucap abang gua sambil menenteng beberapa tas.

Gua ngangguk lalu masuk ke kamar buat ngeberesin baju baju yang ada di dalem tas sama koper.

Setelah selesai beresin baju, gua memutuskan buat mandi karena gerah banget bor. Dan rencana nya setelah mandi gua mau molor hehe.

AUTHOR POV

Hari senin pagi, hari yang sangat cerah dan hari yang sangat tidak bisa Arum bayangkan karena hari ini adalah hari pertama ia masuk kuliah.

Dan hari ini, pertama kali ia menginjakan kaki nya di salah satu universitas yang sangat terkenal di kota Bandung yaitu ITB.

"Subhanallah, gak nyangka banget gua bisa kuliah disini" gumam Arum.

Arum memasuki wilayah gedung A yaitu gedung Sekolah Bisnis dan Manajemen.

Arum sangat kagum sampai tidak bisa berkata kata ketika melihat indahnya kampus nya ini, sampai seseorang menepuk pundaknya.

"Permisi"

Arum menoleh dengan alis diangkat sebelah, "Iya?"

"Em, lu maba juga?" tanya seorang lelaki yang menepuk pundak Arum.

"Eh iya, ada apa?"

Lelaki itu menyondorkan tangan kanan nya, "Kenalin nama gua Cakra Alfaridzi, lu boleh panggil gua Cakra"

Arum menerima sondoran tangan Alfa, "Gua Arumi, panggil aja Arum"

Lelaki itu mengernyit, "Kaya pernah denger namanya"

"Kenapa?"

"Oh ngga ngga"

Aneh. Batin Arum.

"Yaudah kalo gitu gua duluan ya?" pamit Cakra yang hanya dibalas anggukan oleh Arum.

"Cuek" gumamnya, lalu pergi menuju kantin kampus.

Begitu melihat Cakra pergi, Arum pun langsung menuju aula kampus.

- • -

hallo. Jangan lupa voment ya !
terimakasih.

- :)

ARUMI -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang