↳˳⸙;; ❝ φɾօӀօց ᵕ̈ ೫˚∗:

304 38 67
                                    

╔══════════════════════════╗» [You play the song] «

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔══════════════════════════╗
» [You play the song] «

0:00 ─〇───────────0:00

⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
╚══════════════════════════╝

Angin berhembus sepoi sepoi, langit senja yang menemani di kala itu, ramainya jalanan penuh dengan orang yang hendak kembali pada tempat tinggalnya masing masing setelah penat bekerja seharian. Kamu berjalan santai di trotoar, membawa 2 kantung plastik yang ukurannya lumayan besar. 1 kantung berada di tangan kiri, 1 kantung lainnya berada di tangan kanan.

Sesekali kamu menyapa tetangga yang kebetulan berpapasan dijalan, melakukan sedikit interaksi dengannya. Bukanlah suatu kesalahan untuk berinteraksi sebentar, bukan? Lagipula, masih tersisa waktu 30 menit sebelum matahari terbenam sepenuhnya.

5 menit cukup buatmu untuk berintetaksi dan beristirahat sebentar. Setelah itu, kamu melanjutkan perjalananmu kembali kerumah. Kira kira, membutuhkan sekitar 7 sampai 8 menit untuk sampai kerumah.

Setelah sampai dirumah, kamu langsung melesat ke dapur, segera memakai celemek dan mulai sibuk memasak makan malam. Menu hari ini adalah kari, makanan kesukaan kakakmu. Karena kakakmu hari ini pulang lebih cepat, jadi kamu bergerak cepat untuk memasak makan malamnya.

Kamu memotong semua bahannya dengan telaten, namun kamu kurang berhati hati. Jarimu tergores pisau saat memotongnya. Kamu segera mengobatinya dengan perban milik kakakmu, dan kembali lanjut memasak dengan menghiraukan rasa sakit goresan tersebut.

15 menit berlalu, kamu bisa mencium aroma masakan kari yang harum, sehingga dapat menggoda rasa laparmu. Namun, mau selapar apapun, kamu lebih memilih untuk makan bersama dengan kakakmu. Mengingat teman sang kakak yang akan berkunjung, kamu segera menghidangkan makanan di meja, dan meletakkan bunga dan vas di meja makan sebagai penghias.

Hingga semuanya sudah beres, mulai melepas celemek dan menunggu tamu di depan pintu. Terpandang pintu apartemen coklat, kamu melihat gagang pintu yang bergerak. Perasaan senang, inilah yang di nantikan sejak tadi, kamu pun tersenyum lebar.

"Tadaima..."

Surai coklat yang bergelombang senada dengan warna matanya yang kini sedang melihatmu menyambut di depan pintu. Tak lupa juga dengan senyumannya yang manis. Berseragam hitam, membuatnya tampak lebih tampan. Keringat yang bercucuran karena penat bekerja. Tak lupa dengan hiasan perban yang nampak di leher dan tangannya. Itulah kakakmu, Dazai Osamu.

"Okaeri, nii chan" Kamu membalasnya, dan segera melepas jas hitam yang dipakai oleh Dazai.

Masih di depan pintu, menunggu dazai yang sedang melepas sepatunya. Namun kamu dapat melihat teman kakakmu itu yang masih berdiri di depan pintu, enggan untuk masuk di kediamanmu.

Surai maroonnya yang indah diterpa angin sepoi sepoi, earphone yang setia menancap di telinganya. Mata biru gelapnya yang sedang melirik kebawah. Entahlah ia sedang melirik apa. Jas krem tuanya menutupi kemeja coklatnya. Kamu pun melamun melihat wajahnya yang ekspresinya susah untuk di tebak, hingga kakakmu, Dazai Osamu membuyarkan lamunanmu.

"Odasaku, masuklah. Santai saja, anggaplah ini rumahmu sendiri." Ucap sang kakak sambil berjalan kearah meja makan, meninggalkanmu dengan Odasaku seorang.

"Ah maaf-! Aku malah melamun. Silahkan masuk" Ucapmu sambil membungkukkan badan. Sesekali kamu melirik teman kakakmu yang diketahui bernama Odasaku itu.

Sudah semenit kamu membungkukkan badanmu, menunggu Odasaku untuk masuk kedalam. Mulai kelelahan, punggungmu juga mulai sakit. Kamu mulai mengembalikan posisi seperti semula, sambil menatap si pemilik surai maroon itu.

"Anoo...?" Kamu meliriknya, dengan tatapan penuh pertanyaan.

Pemilik mata biru tua itu, akhirnya melepaskan earphonenya perlahan, mulai membuka mulutnya.

"Lelah bukan dengan posisi seperti itu? Lain kali jangan bersikap seperti itu padaku. Minta maaflah seperti biasa, aku tidak suka jika perempuan manis sepertimu harus membungkukkan badannya padaku karena masalah sepele."

Kamu mencoba mencerna perkataan pemilik jas krem tua itu, sedangkan pemilik yang di maksud sudah melangkah ke kediamanmu. Masih di tempat mu, perlahan kamu mengangguk paham. Kamu menoleh ke belakang, melihat oda yang sedang berjalan menuju meja makan. Sang kakak hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Kamu segera membuntuti Odasaku, dan ikut bergabung.

⋆┈┈。゚❃ུ۪ ❀ུ۪ ❁ུ۪ ❃ུ۪ ❀ུ۪ ゚。┈┈⋆

Ruang makan yang di terangi oleh lampu, suara sendok dan piring saling bersentuhan, semua sedang sibuk dengan makan malamnya masing masing. Sesekali kamu mencuri pandangan ke arah kakakmu dan Odasaku. Bukan canggung, namun begitulah adab orang makan. Tidak boleh berbicara saat makan.

5 menit berlalu, semua makanan habis tak tersisa di meja makan. Kamu tersenyum kecil, lalu membereskan meja makannya. Dazai dan oda sibuk berbincang ringan, sementara kamu sibuk mencuci piring didapur.

Saat kamu hendak kembali bergabung, sang kakak menanyakan pertanyaan untukmu sambil melirik tanganmu.

"Itu perbanku? Tanganmu kenapa? Kemari sebentar" Tanya sang kakak sambil memegang dan melihat lihat tanganmu. Kamu yang sedang berdiri, hanya bisa terkekeh pelan.

"Ah, ini gapapa kok. Aku hanya tergores pisau. Nii chan tak perlu khawatir. Oh iya, maaf aku main minta perbanmu tanpa seizin mu" Ucapmu sambil menunduk.

"Seperti biasa, kamu cerboh ya, [name] chan." Omel Dazai, sambil melepas tangamu. Kamu tersenyum konyol mendengar omelan sang kakak.

"Oh ya, aku belum memperkenalkan temanku ini. Namanya adalah Oda Sakunosuke." Kakakmu menunjukkan jarinya ke arah Odasaku yang sibuk memasang earphone. Kamu hanya mengangguk.

"Oh ya Odasaku, ini adikku, [Name] chan." Ucap sang kakak sambil menepuk punggungmu.

"Ah, yoroshiku Oda san. Tapi aku sering di panggil Hana chan.. Maka dari itu, Oda san boleh memanggilku hana juga.." Ucapmu sambil tersenyum.

Odasaku yang sedari tadi melirikmu waktu perkenalan, akhirnya melirik dazai untuk meminta penjelasan "mengapa ia di panggil hana sedangkan nama aslinya adalah [Name] chan?"

"Dia sangat menyukai bunga. Oleh karena itu ia dipanggil hana juga. Lihat kamar, bukunya, dan meja belajarnya. Penuh hiasan dengan hiasan bunga." Balas kakakmu sambil memainkan hiasan bunga yang terletak di depannya. Odasaku hanya mengangguk, lalu larut dalam dunianya lagi.

'Bagaimana caraku untuk bisa akrab dengan Oda san? Apa aku benar benar bisa akrab dengannya? Dengan sikap yang lumayan dingin itu?' Pikirmu sambil duduk di kursi samping Odasaku. Sampai akhirnya, kamu mulai mencoba bertanya tanya tentangnya.

"Oda san menyukai musik ya?" Tanyamu penasaran, membuat Odasaku yang di sampingmu melepas earphonenya sebelah.

"Mau mencoba mendengarkan musik?" Tawarnya sambil menyerahkan salah satu earphonenya kepadamu. Kamu menerima dengan senang hati, dan mulai memasangnya.

⋆┈┈。゚❃ུ۪ ❀ུ۪ ❁ུ۪ ❃ུ۪ ❀ུ۪ ゚。┈┈⋆

"Dakishimete hanasazu ni"

"Daiji na mono to ima"

"Boku wa koko de iki wo shiteru"

.

"Menggenggam erat dan takkan melepaskannya"

"Hal-hal yang sangat berharga bagiku"

"Sekarang aku ada di sini dan masih bernafas"

....

The Wind And Blue Of The Sky [Oda Sakunosuke X Readers] {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang