Godaan [Rombakan]

1.3K 84 9
                                    

Setelah acara bolos kemarin, hari ini Fazri berangkat sekolah dengan hati yang berkecamuk kesal.

Pasalnya, ia harus mandi pagi dua kali karena ulah dua bocil yang mengompoli seragamnya.

Wajah laki-laki itu datar tanpa ekspresi, dan itu tidak membuat orang-orang yang melihatnya seram.

Fazri masuk dan menyimpan tas nya dengan kesal.

Rendi dan Rijal saling pandang. "Kenapa lagi tuh," Rendi berbisik.

"Kagak tahu gue, tanyain lah."

"Oy Ri!" Rendi menepuk bahu Fazri.

"Apa?!"

"Heh, santai kali muka lo kenapa dah asem mulu dari kemarin."

Rijal mengangguk setuju. "Padahal malem udah baik-baik aja heran gue."

"FAZRI!"

Belum sempat Fazri menjawab, suara cerewet khas cewek menggelegar di dalam ruangan.

"Kemarin kalian kenapa gak sekolah?! Bolos lagi? Kemarin ada ulangan harian dan lo semua dapet nilai nol."

Fazri langsung berdiri tegak, Rijal mencibir.

"Kalau udah gini aja, tuh muka sumringah."

"Ada apa kecil?" Fazri langsung cengar-cengir.

Orang yang di sebut kecil pun melotot.

"Gak usah cengar-cengir, gigi lo ada cabe nya!" Kepala gadis itu sedikit mendongkak apalagi ia hanya sebatas dada Fazri.

Fazri malah semakin tersenyum. "Masa..." Fazri mengedip genit.

Sena menghelai sabar. "Fazri..."

"Apa?"

"Jangan bolos mulu dong ish."

Fazri menyeringai, laki-laki itu sedikit membungkuk. "Kenapa, Sepi gak ada gue?"

Sena mendorong bahu teman nya itu, bisa mati dadakan kalau fazri sedekat ini dengan nya.

"Gak usah deket-deket, mulut lo bau jigong!"

"Oh ya, dan satu lagi. Gak usah kepedean gue sepi gara-gara lo gak ada, tapi bisa gak sih satu kali aja kasihan sama gue? Kalau kalian bolos tanpa keterangan, yang ada gue di marahin sama guru nya." Sena memelas lelah, menghadapi sikap Fazri yang amat random itu membuat nya pusing.

Orang yang di ceramahi nya pun cemberut.

"Kan gue males belajar sen_"

"Bodoh!" Sena mencubit pigang laki-laki di hadapannya ini, Fazri merintih sakit cubitan Sena tidak main-main loh.

"Sakit atuh ish, galak banget heran."

"Bodo amat ah, lier ngomong sama lo mah," Sena melenggang pergi ke luar dan Fazri malah melongo bodoh.

"Gak jelas asli, tuh anak kenapa sih?"

Rendi mengangkat bahu. "Yang jelas, cewek emang kagak jelas."

"Lo yang gak jelas, ngomong teh sing puguh!" Rijal menggeplak kepala Rendi.

"Kepala gue udah di fitrahin anjing, main geplak aja lo, gak sopan!"

"Emang lo sopan?"

"Dah lah," Rendi melenggang pergi sambil mengacak rambutnya prustasi.

Rijal cengengesan sedangkan Fazri geleng-geleng kepala, lantas kembali duduk di kursi nya.

.
.
.
.

Laki-laki berseragam putih abu itu masuk kedalam rumah dengan keadaan senang, di tangan nya ada satu kantung bubur merah yang di berikan oleh Bu Yanti, salah satu pedagang di kantin sekolah nya.

"Assalamualaikum Mommy!"

Suara khas cowok itu terdengar ke beberapa sudut ruangan.

"Ndii!"

"Astagfirullah," Fazri ter pelonjat kaget di kala satu makhluk tiba-tiba memeluk kaki nya.

Ia menunduk menemukan bayi cantik dengan rambut di kuncir dua, kepala gadis itu mendongkak menatap wajah Fazri dengan mata bulat nya.

"Ihh, apaan siapa lo," Fazri mencoba melepaskan pelukan bayi itu dari kaki nya, tapi tak ada hasil yang ada bayi cantik itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Eh Aa," Fazri kembali mendongkak, menemukan Mommy nya dengan bayi laki-laki di gendongan perempuan itu, seketika Fazri cemberut.

"Mommy ih! Jangan pangku dia apaan sih," Fazri menatap tak suka ke arah anak yang berada di pangkuan ibunya.

"Ndi..."

Suara itu kembali terdengar dari arah kaki Fazri, laki-laki itu pun menunduk lagi, ia melotot garang.

"Ngomong apa barusan? Lepasin gak!"

Gadis itu cemberut, tampak akan menangis.

"Aa, jangan gitu atuh eh ari kamu," Rena menurunkan bayi yang ada di gendongan nya, ia melepaskan pelukan bayi perempuan yang masih memeluk kaki Fazri.

"Lepas, dulu ya sayang Daddy nya baru pulang masih cape."

Fazri lagi-lagi melotot. "Hah, Apa barusan Daddy? Yang bener aja dong Mom, apaan sih."

Rena tak mengindahkan, ia masih mencoba untuk melepaskan pelukan gadis itu.

Bayi laki-laki yang berdiri tegak di sana akhirnya menghampirinya mereka.

"Yu, ndak oleh." Bayi laki-laki itu menarik tangan kembarannya.

Rena tersenyum, akhirnya bayi gadis itu melepaskan pelukannya dan menerima uluran Kaka nya.

Rena menyimpulkan bahwa mereka berumur 11 bulan, dan ia pun menebak kalau yang laki-laki itu adalah kaka nya, itu perkiraan Rena.

Fazri menghelai nafas, Rena berdiri menatap anak nya.

"Jangan gitu sama anak kecil A, kasar banget kamu."

"Tapi kan_"

"Gak usah tapi-tapian ya udah sana mandi," Rena melirik kresek yang di bawa anak nya.

"Bawa apa?"

Fazri mengangkat kresek yang di bawa nya, seketika wajah nya kembali sumringah. "Ini, bubur merah di kasih sama Bu Yanti."

"Ouh, sini Mommy pegang, kamu mandi sana."

Fazri mengangguk, ia memberikan bubur itu kepada sang ibu, lantas pergi ke kamar nya untuk membersihkan badan.

Sesudah mandi, ia langsung turun lagi ke bawah lebih tepat nya melenggang pergi ke dapur, tapi seketika langkah nya berhenti di kala ia melihat kejanggalan.

Mulut Fazri menganga, di iringi air wajah nya yang tampak shock berat, lebay emang.

"MOMMY KOK BUBUR NYA DI MAKAN DUA TUYUL!"

Suara fazri sukses membuat salah satu dari bayi itu menangis.

°°°°
Hay kembali lagi sama Daddy Fazri, haha udah lama gak up ya? Wkwk maapin.
Gue yakin nih lapak udah kagak rame, sad tapi boong.

Daddy Fazri🎬 [Rombak Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang