Sengit

634 70 15
                                    

Tin tin tin tin...

Fazri turun dari motor, ia langsung menggeplak stang motor orang yang ada di hadapannya.

"Oy bang! Gak tahu apa gue mau nyamperin rumah Bebep, gerbang nya malah lo halangin."

Sena tak jadi bersyukur bodoh sekali dia.

"Jalan gede, lo bisa jalan samping."

"Eh?" Fazri menyernyit, menelisik motor yang ada di hadapannya lantas laki-laki itu langsung me minta maaf.

"Astagfirullah bang! Maaf-maaf gue gak sengaja hehe," kini Fazri menyalami punggung tangan orang itu dengan bruntal.

"Diem ah tangan lo bau!"

Fazri mendengus pelan, ia menegakkan kembali badan nya.

"Eh lo lagi ngapain di sini bang?"

"Bukan urusan lo."

"Cielah tinggal di jawab doang susah amat."

"Bawel lo, minggir ah," Daniel laki-laki itu turun dari motor nya, ia membuka gerbang rumah Sena dan langsung masuk begitu saja, Fazri pun sama ia menguntit Daniel di belakang.

"Mampus," gumam Sena, gadis itu memaksakan diri untuk tersenyum.

"Hy beb," Fazri melambai kan tangan.

"Basi!" Sena menyahut.

"Eh Abang hehe," Sena menyalami punggung tangan Daniel.

"Mama mana?"

"Ada di dalem, tapi_"

Daniel mengangguk singkat. "Gue paham."

Fazri melirik Sena lantas bergantian melirik Daniel.

"Kalian adik Kaka kah? Kok gue baru tahu," Fazri heran, karena dia baru tahu sekarang.

"Privasi," Daniel menyahut, tangan kanan laki-laki itu mengusap kepala gadis yang ada di hadapannya.

"Jaga mama, gue duluan."

Setelah mengatakan itu Daniel pergi meninggalkan kedua nya, sebelum benar-benar pergi ia berteriak.

"Jangan sentuh adik gue kalau tangan lo gak mau gue potong!"

Fazri tak takut, toh ia tahu itu hanya candaan jadi ya biasa aja kan.

"Ayo berangkat," atensi Fazri kini teralih kembali ke arah Sena, gadis itu pun sama.

"Ogah!"

"Sena, ayo ah gue udah bela-belain bangun pagi nih cuman gara-gara pengen berangkat bareng sama lo."

Sena mengedikan bahu. "Gak."

Gadis itu masuk ke dalam rumah, dan sial nya Fazri malah mengikuti di belakang, Sena ingin protes tapi suara lembut ibu Sena menghalau itu semua.

"Sena siapa yang dateng, kok lama?" Perempuan itu menghampiri kedua nya, Fazri tersenyum lantas menyalami punggung perempuan itu.

"Pagi Tante, aku Fazri anak ibu Rena."

"Bilang aja Mommy, pake acara di ganti lagi," Sena mencibir.

"Oh ini jadi anak nya Rena, wah ternyata ganteng juga ya," Wardah mengusap tangan Fazri yang kebetulan masih ia genggam.

Fazri jadi so, ia melirik Sena lantas mengedipkan mata nya satu. "Gimana? Kata emak lo gue ganteng sen," Fazri berbisik.

"Pede!"

"Emang."

"Eh udah-udah, nak Fazri mau berangkat bareng Sena? Kalian satu sekolah kan?" Fazri mengangguk semangat.

"Iya Tante, Fazri mau ajak Sena berangkat sekolah bareng, gak papa kan?"

Wardah tersenyum. "Iya bole, tapi hati-hati ya anak Tante jangan di ajak ngebut loh."

"Siap Tante," badan Fazri berdiri tegak dengan tangan kanan yang memberi hormat.

Wardah kini tertawa pelan, ada-ada saja anak muda ini.

"Ayok Sena, Fazri udah nungguin tuh sana ambil tas nya."

"Bunda, aku kan bisa berangkat sendiri," Sena merengek.

Kini Wardah mengusap bahu anak nya, ia tersenyum singkat lantas berkata lembut.

"Gak bole gitu, Fazri ada niat baik loh buat ajak kamu berangkat bareng."

Sena cemberut, niat baik dari mana nya yang ada niat buruk, gadis itu mengangguk dan Fazri langsung sumringah.

"Ya udah ayok sen berangkat," Fazri memegang pergelangan tangan Sena, tapi di lepaskan begitu saja oleh sang empu.

"Gue mau ambil tas dulu, dan jangan pegang-pegang gue ingat kata bang Daniel!" Sena menyentak, dan Wardah menyernyit.

"Daniel?"

Sena cepat-cepat menoleh. "Ah enggak bund, bunda salah denger maksud aku jangan pegang-pegang entar aku tonjok, nah itu hehe."

Wardah mengangguk saja sebagai jawaban, lantas langsung pergi ke dapur dan Sena pergi mengambil tas.

.
.
.
.

Rijal dan Rendi sudah nangkring di depan gerbang SMA NEGERI 1 BANDUNG.

Mereka tengah menunggu Fazri yang tak kunjung datang, ini masih tergolong pagi sih tapi kan mereka ada urusan penting yang tak mungkin di tinggalkan begitu saja.

"Nah noh si Fazri," Rijal menunjuk motor matic berwarna putih biru yang berjalan ke arah mereka, dan kini Rijal mesem-mesem sendiri melihat gadis yang tengah di bonceng Fazri.

Sena tampak cemberut dan sepanjang perjalanan ia hanya mendengarkan Fazri mengoceh tanpa minat menyahuti.

"Weh-weh ada yang berangkat bareng nih," Rijal meledek, dan Fazri malah tersenyum angkuh.

"Iya dong."

"Pantes lama ternyata jembut si Sena," Rendi menimpali.

Sena turun dari motor, melepaskan helem dan langsung memberikan nya kepada sang pemilik, pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa.

"Sama-sama," beo Fazri, Sena menoleh.

"Oke," lantas gadis itu langsung pergi begitu saja.

Fazri masih memperhatikan kepergian Sena dengan senyum di bibir nya, setelah menghilang ia menoleh ke arah dua sahabat nya.

"Jadi?" Rendi bertanya dan di angguki oleh kedua orang itu.

"Oke ayok."

Rijal dan Rendi naik ke motor masing-masing, sebelum itu Rendi merongoh saku celananya mengetik beberapa kata dan menyimpan kembali ke dalam saku celananya.

Mereka mulai berjalan menjauh dari sekolah, tujuan mereka adalah rumah sakit.

°°°°

Hampir satu tahun ya di gantung hha..

Daddy Fazri🎬 [Rombak Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang