19. Cobalah

3 1 1
                                    

Seusai mengerjakan tugas yang sudah dijalani dengan ketar-ketir tadi, Gerus langsung menuju kostan Kaena yang sudah memintanya datang lewat sms. Dalam perjalanan ke kostan Kaena, muncul praduga-praduga di pikiran Gerus tentang sebab apa Kaena memintanya datang. Apakah kondisinya gawat atau bagaimana juga Gerus tak yakin. Hanya mengikuti apa yang diminta oleh Kaena saja.

"Kae!" panggil Gerus sudah berada di depan pintu kostan Kaena.

Gerus melihat sekeliling yang sepi dan damai. Sebagian dari mereka sibuk dengan tugas kuliah. Ada juga yang sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan ada juga yang mengistirahatkan diri dengan tenang melepas penat yang mendera. Atau ada juga yang menikmati hari dengan menonton film atau drama di laptop, lengkap dengan camilan yang tersedia.

Terdengar sahutan dari dalam kostan. Disusul derap langkah menuju pintu. Kaena tampak tergesah membukanya. Mempersilahkan Gerus masuk yang langsung saja ditolak secara halus oleh Gerus. Memilih untuk duduk di luar saja. Suasana di luar juga sejuk dengan pepohonan mangga yang rindang melindungi dari terik matahari. Tentu saja saat ini mangganya belum berbuah. Namun, sudah muncul sedikit bunga di beberapa bagian. Jika sudah berbuah tentunya akan jadi pemandangan menggiurkan untuk dilahap, dibuat rujak ataupun manisan sungguh nikmat. Apalagi dengan duduk di suasana tenang seperti sekarang ini.

"Benaran, Ge?" tanya Kaena sekali lagi memastikan.

Gerus hanya mengangguk sebagai jawaban mantapnya. Menatap pakaian Kaena yang sudah putih-putih oleh campuran gandum dan sagu. Sepertinya sudah terjadi pertempuran yang sengit di dalam. Entah apa yang sedang Kaena kerjakan di dalam sana. Namun, bisa dilihat dari pakaian yang dikenakan Kaena.

"Kalau begitu tunggu sebentar, yah?" pinta Kaena sambil berbalik memasuki kostan kembali.

Gerus sedang berpikir apa yang tengah dilakukan oleh Kaena sampai seperti itu. Apa Kaena sedang membuat kue ulang tahun? Oh, jangan-jangan Kaena sedang menguji coba hasil prakteknya? Atau Kaena sedang melakukan penelitian dengan alat dan bahan seperti itu? Benarkah? Huh, jangan-jangan Gerus akan dijadikan sebagai objek penelitian oleh Kaena.

"Apa sebenarnya yang dia lakukan?" gumam Gerus penasaran.

Mencoba menenangkan diri kalau-kalau sesuatu yang tak terduga terjadi. Gerus mencoba menghibur diri dengan mengingat-ingat tugasnya tadi yang terselamatkan. Namun, bukannya malah menenangkan diri, hal itu malah membuatnya ingat bahwa dia belum melakukan penelitian untuk tugasnya yang dikumpul tiga hari lagi.

"Oh! Penelitianku! Tugasku!" ratap Gerus dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Pintu terbuka sepenuhnya. Menampilkan Kaena yang sedang kesusahan membawa berbagai macam mangkok beserta isinya yang banyak. Gerus hendak membantu Kaena tapi sudah didahului oleh tindakan Kaena yang langsung meletakkannya di meja.

"Wah! Apa ini, Kae?" ungkap Gerus yang sudah ingin cepat mengetahui apa yang menjadi penyebab Kaena berpenampilan seperti tadi.

Kaena tersenyum bangga menampilkan senyum lebarnya pada Gerus. Mengedipkan matanya tiga kali sambil berharap bahwa Gerus sedikit memujinya atas hasil pekerjaannya.

"Kenapa?" decak Gerus tak mengerti dengan perilaku Kaena yang seperti itu.

"Cobalah! Huh, setidaknya kamu tahu apa namanya makanan ini?!" ketus Kaena karena tak berhasil membuat Gerus terkesan dengan masakannya.

Bukannya langsung beraksi mengambil dan memakannya, Gerus justru memandangi makanan tersebut sembari berpikir dengan serius. Memilah-milah makanan apa yang tersaji dihadapannya sekarang.

"Ayo, cobalah! Ini tuh, tekwan tahu!" gerutu Kaena yang akhirnya menyerah menyuruh Gerus menebak makanan tersebut.

"Tekwan?" Gerus mengernyit mendengarnya dan memastikan tak salah.

"Iya. Kenapa? Tak percaya? Tak yakin dengan tampilannya?!" desak Kaena sudah kesal dengan Gerus.

"Bukan begitu, Kae. Hanya saja...."

"Hanya saja?" ulang Kaena.

Gerus memandang Kaena lamat kemudian berganti melihat makanan yang Kaena sebut tekwan tadi.

"Hanya saja kamu ingin kita sakit perut kemudian mencret tak keluar-keluar dari toilet kalau begini. Lihat warna kuahnya saja sudah semerah itu. Bukan main pedasnya nanti. Bukan itu saja, bagaimana jika kita bisa terkena penyakit magh. Nah, kan bisa rumit nanti." Gerus menjelaskan panjang lebar pada Kaena yang sudah melongo mendengarkan.

Capung (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang