26. Inikah Akhirnya?

4 1 1
                                    

"Ge?"

Segera saja Gerus menoleh pada Weja yang tengah bersender di ujung meja. Suasana kantin saat ini sedang ramai-ramainya, sehingga harus menunggu untuk memesan. Bayangkan jika sedang kelaparan dan kamu harus menunggu, tentu saja mencari posisi mengenakan terlebih dahulu sembari antrian masih banyak. Meja kantin di penuhi mahasiswa dan mahasiswi, barangkali juga ada beberapa dosen dan petugas lainnya yang tengah mengisi perut mereka. Meninggalkan sejenak urusan demi si perut yang sudah berteriak kelaparan. Penjual di kantin juga tak kalah sibuknya melayani pelanggan. Tangan dan tubuh mereka dengan gesit melakukan pekerjaan. Mata awas dengan sekitar. Jaga-jaga saja ada yang makan tanpa membayar.

"Panas, lelah, ngantuk. Lama sekali antriannya, kalau begini perutku akan bahaya dan dan tertolong. Ge, pesan minum, gih! Sebelah sana saja, yang antriannya sedikit!" Weja melemparkan uang lima ribu dua lembar ke arah Gerus yang berada di meja kantin sampingnya.

"Apa-apaan, kan di sini ada tuh!" protes Gerus tak terima disuruh-suruh, tangannya meraih uang yang Weja lemparan tepat jatuh di samping sepatunya.

Weja memutar matanya kesal, berkacak pinggang dengan raut siap menelan Gerus sekarang bulat-bulat. Tentu saja Gerus tak takut sama sekali dengan aksi Weja barusan. Malahan tambah berniat mempermainkan Weja agar lebih kesal.

"Apa-apaan denganmu, We? Itukah ekspresi kesalmu? Wah, sepertinya kamu harus berlatih lebih keras kalau ingin menjadi seorang aktor nanti. Aku takut sutradaranya malah gigit jari habis kesalnya dengan kemampuan aktingmu, tent--," Perkataan Gerus terpotong karena Weja sudah memelototinya seakan matanya ingin segera meloncat keluar.

"Gerus Soselik, cepat lakukan itu sebelum kamu kutendang dari sini!!" ancam Weja penuh penekanan.

Langsung saja Gerus ngacir ke tempat sebelah yang menjual minuman. Lebih baik cari aman dari pada Weja mengamuk dan membuat seluruh orang di kantin memerhatikan mereka. Tentu saja Gerus tak ingin menjadi tontonan dengan konten yang begitu. Setidaknya ia tidak mau menjadi pusat perjatian orang-otang.

"Hai, Ge?!" sapa sesosok perempuan yang langsung berdiri di samping Gerus setelah itu menyebutkan pesanannya.

Gerus melihat Kegia yang ada di sebelahnya. Mengucapkan syukur katena bukan Weja yang mengejarnya untuk segera memberinya minum dengan segera. Kegia sepertinya sedang ada mata kuliah hari ini, atau hanya main ke kampus saja.

"Hai, Ke. Ada mata kuliah? Atau hanya main? Sendirian?" serobot Gerus memborong pertanyaan dengan jeda yang sebentar untuk satu pertanyaan.

"Woho, santai, Ge. Tak ada yang mendahuluimu bertanya, kok. Iya, ada mata kuliah dan yah, hanya sendiri ke kantin. Temanku ke perpustakaan mencari materi buat tugasnya. Kamu sendiri, sama temanmu, yah?" Kegia melihat di sekitar Gerus tapi tak menemukan sosok lain yang bersama Gerus.

Gerus menerima pesanannya dan segera membayar kemudian memutuskan untuk menunggu Kegia mendapatkan pesanannya juga. Berharap agar Weja tak segera mengomelinya nanti karena cukup lama.

"Iya, sama teman, tapi dia menunggu di meja sana. Dia sedang mengantri makanan di sana. Ayo!" ajak Gerus setelah Kegia mendapatkan pesanannya dan membayarnya.

"Beli apa memangnya?" tanya Kegia sambil menyeruput minuman yang tadi di beli.

"Tekwan. Kami habis dari perpustakaan dan setelah itu kemari buat mengisi perut," jelas Gerus.

Mereka berdua sudah sampai di meja tempat awal. Terdapat Weja yang tengah melahap tekwannya dengan lahap. Juga satu mangkok yang sudah di letakkannya di mangkok depannya.

"Lama sekali, Ge. Itu beli minum apa pergi ke toilet? Lama sekali, sudah hampir kesedak nih, gara-gara lama nunggu ka--,"

Sontak saja Weja menghentikan perkataannya setelah melihat sosok yang berdiri di samping Gerus. Buru-buru ia menelan tekwan yang tadi masih di mulutnya saat mengatai Gerus tadi. Inikah akhirnya? Ia membuat malu diri sendiri karena kebiasaannya sendiri. Ah, seharusnya Weja tak melakukan hal itu karena ia begitu malu sekarang.

"Maaf, deh. Oh, iya, Weja ini Kegia. Dan Kegia ini adalah teman yang kukatakan tadi, Weja." Gerus memperkenalkan mereka masing-masing.

Capung (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang