Tidak seperti hari-hari biasanya, hari ini Gaffi mengajak nya untuk pulang bersama. Sungguh ini kali pertama nya Gaffi mengajak nya pulang. Senang? Tentu saja. Mereka pacaran secara diam-diam, jadi tak heran jika Biya merasa senang karena Gaffi mengajaknya pulang bersama untuk pertama kali nya. Akan kah Gaffi akan mengakui nya sebagai pacar di depan umum. Entahlah Biya pun tidak tahu.
Sudah satu jam lebih Biya menunggu di halte depan sekolah. Namun, ia tak juga menemukan sosok Gaffi. Hari pun mulai petang, Biya memutuskan untuk pulang saja menaiki angkot. Mungkin, ia yang terlalu berharap. Atau mungkin cowok itu masih sibuk dengan urusan sekolah nya. Untung nya jam segini angkot masih ada. Sebuah keberuntungan bagi Biya.
Angkot pun mulai berjalan, mengelilingi kota Jakarta yang begitu padat oleh kendaraan yang berlalu lalang. Biya menikmati nya, ia sangat senang karena sudah lama ia tidak menaiki angkutan umum. Biasanya setiap pulang Biya harus berjalan kaki, tapi kali ini karena masih ada uang sisa Biya memutuskan untuk menaiki angkot saja. Toh, ia juga merasa sangat lelah hari ini.
Tiba-tiba saja ketika sedang melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang lewat kaca jendela angkot, mata jeli nya menangkap sosok yang sangat-sangat ia kenali.
Yah itu pacar nya. Gaffi Putera Gannendra. Anak sang pemilik sekolah.
Entah rasa apa ini yang jelas Biya merasakan rasa yang teramat sesak di dada. Ini bukan kali pertamanya, seharusnya Biya sudah terbiasa, tapi entah mengapa ketika melihat Gaffi berboncengan dengan cewek lain hati nya terasa sakit. "Ternyata benar, aku yang terlalu berharap," ucap Biya sendu. Tidak ingin berlarut dalam kesedihan, Biya memalingkan wajahnya, dan saat itulah Gaffi melihat nya juga.
"Biya," ucap Gaffi pelan, dengan tatapan yang sulit di artikan.
****
GAFFI
GAZBIYYA