"Kamu bisa nggak sih nggak usah nempel-nempel sama cowok lain?!" ucap Gaffi dingin. Sorot matanya menatap Biya dengan tatapan tajam. Wajah nya kentara sekali bahwa Gaffi benar-benar marah.
Gaffi sangat tidak suka ketika melihat milik nya berdekatan dengan orang lain.
"Aku nggak nempel-nempel sama mereka. Mereka sendiri yang terus gangguin aku. Aku udah menghindar, kamu tahu sendiri kan," jawab Biya setenang mungkin menghadapi sikap cemburu yang sedang dialami pacar nya.
Kini keduanya sedang berada di toilet wanita. Waktu Biya izin untuk pergi ke toilet tiba-tiba saja Gaffi datang. Gaffi Mengikutinya dari belakang. Gaffi langsung membawanya masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pergerakan Biya.
"Mereka nggak akan gangguin kamu kalo kamu nya diam! Ini kamu yang ganjen!" ucap Gaffi sangat menusuk dengan tatapan sinis.
"BISA NGGAK KAMU NGGAK USAH GANJEN!" bentak Gaffi tepat sekali di depan wajah Biya.
Biya memejamkan mata nya lalu berucap, "kok kamu ngomong nya gitu sih? Aku minta maaf yah kalo buat kamu marah. Tapi beneran deh, aku nggak pernah ada niatan buat ganjen sama mereka."
"Bohong!" Sentak Gaffi cepat.
"Aku nggak bohong. Jangan marah yah, sayang," ucap Biya lembut, dengan di akhiri kata sayang. Biya memberanikan diri mengelus rahang tegap Gaffi. Untuk mengontrol emosi cowok itu. Di rasa emosi Gaffi sudah mereda, Biya melepaskan cengkraman Gaffi pada kedua bahunya yang terasa sakit. Karena Gaffi mencekram nya dengan sangat kuat.
"Aws..." ringis Biya. Ketika Gaffi tidak ingin melepaskan nya. Seperti tidak mau Biya hilang. Kali ini Gaffi mengeratkan pelukkannya kepinggang Biya dengan sangat posesif. Membuat jarak keduanya semakin dekat.
"Gaffi sudah makan?" Gaffi diam masih menatap tajam Biya.
"Belum makan yah?Maka nya marah-marah terus?Mau aku pesenin terus aku suapin?" Lanjut nya lagi sesabar mungkin.
"Hm," jawabnya luluh juga.
Biya tersenyum lalu mengecup pipi Gaffi sekilas membuat sangat empunya menegang, tetapi dengan cepat Gaffi menormalkan kembali kondisi nya.
"Kamu duluan yang keluar, nanti ada orang," ucap Biya dengan sedikit pelan melepaskan pelukkan Gaffi. Biya mulai merapikan baju nya yang kusut akibat ulah pacarnya.
Kegiatan Biya tak luput dari perhatian Gaffi. Gaffi pun mengerti, ia pun menuruti perintah pacarnya untuk pergi terlebih dahulu.
****
Kini Biya dan Gaffi sedang berada di rooftop sekolah. Dengan penuh kesabaran Biya menyuapi Gaffi. Sikap Biya yang penyabar membuat Gaffi enggan melepaskan nya.
"Kamu udah makan?" tanya Gaffi tiba-tiba. Dengan polosnya Biya menggeleng sambil tersenyum.
"Kenapa?" Satu alis Gaffi terangkat. Menatap pacarnya dengan wajah heran.
"Nanti." Dan selalu seperti itu jawaban Biya ketika Gaffi menanyakan sudah makan atau belum.
"Makan sekarang!" ucap nya tegas. Bisa-bisanya pacar nya itu menawari nya makan padahal dirinya sendiri belum makan.
"Nggak. Kamu dulu aja, nanti aku pasti makan kok," Jawab Biya sambil menyodorkan satu suap nasi kepada Gaffi.
Gaffi menerima suapan yang Biya berikan. Lalu ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah kepada Biya.
"Buat makan," ucapnya. Biya melotot menolak keras pemberian Gaffi.
"Kenapa?" Gaffi menaikkan satu alisnya.
"Aku masih bisa cari uang sendiri," jelasnya langsung membuat Gaffi paham. Pacarnya memang selalu menolak ketika ia memberi nya uang dengan alasan yang sama.
"Jangan lupa abis ini kamu makan!" Perintahnya.
"Iyaa," jawab Biya.
"Hari ini kamu kerja lagi?" tanya Gaffi sedikit tidak suka. Biya mengangguk.
"Kenapa emang?" ucap Biya.
"Aku nggak suka kalo kamu kerja di situ. Padahal aku bisa kasih kamu uang yang kamu butuhkan, asal kamu jangan kerja lagi di situ."
"Berapa pun. Akan aku kasih!" tegasnya.
Biya menghela nafas. Selain posesif pacar nya memang sangat cemburuan. "Aku nggak mau bergantung sama kamu. Aku masih sehat. Masih bisa cari uang sendiri, tanpa minta sama kamu. Biaya sekolah yang kamu, dan keluarga kamu kasih secara gratis aja buat aku, udah lebih dari cukup."
"Hm." Gaffi hanya membalasnya dengan dehaman.
"Jangan marah ya sayang, ya?" ucap Biya memastikan. Sambil mengelus buku jari tangan Gaffi.
"Ya," balas Gaffi singkat.
****
"Nih!" ucap Gaffi mengagetkan Biya ketika baru saja keluar dari kelas. Cowok itu membawa banyak sekali makanan di kedua tangan nya.
Saat ini sekolah cukup sepi, karena hari sudah mulai sore. Melihat pacarnya yang masih berada di kelas Gaffi pun menghampiri nya dengan membawa beberapa kebutuhan cewek itu.
"Buat aku?" tanya Biya tidak habis pikir.
"Hm," Balasnya.
"Aku nggak bisa..."
"Ambil!" ucap Gaffi dingin penuh penekanan. Membuat nyali Biya sedikit menciut. Dengan tidak enak hati Biya pun menerimanya.
"Makasih ya Gaffi. Nanti kalo aku udah gajian aku bakal ganti," ucap Biya setelah menerima 3 kantong plastik besar yang berisikan makanan dan beberapa kebutuhan lainnya.
"Ngga usah! " jawab nya sambil menatap Biya dengan tatapan tajam. Seperti tidak suka ketika mendengar Biya akan mengganti sesuatu yang telah ia berikan.
"Kamu kapan beli nya?" tanya Biya berusaha mencairkan suasana.
"Nggak perlu tau," jawab nya. Mendengar hal itu Biya menghelakan nafasnya.
"Aku pergi dulu, masih banyak urusan. Kamu langsung pulang! Jangan ke mana-mana!" ucap nya.
"Iya, kamu hati-hati ya," ucap Biya. Gaffi menatap Biya sebentar, tidak membalas dan langsung pergi begitu saja.
Ketika pandangan Gaffi sudah menghilang, Biya menatap sendu 3 buah kantong plastik yang berada di genggaman tangan nya. Lagi-lagi ia harus merepotkan cowok itu.
****
Suka nggak sama part ini?
Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga vote suapaya aku semangat updatenya ya!!
Rekomendasi kan ke teman-teman kalian juga ya:)