47ㅡsurat peringatan

1.3K 98 19
                                    

"kamu mau jujur atau saya kirim sp buat orang tua?" guru tersebut terlihat penuh penekanan disetiap kata katanya. "bu, sedari tadi saya sudah jujur." ucap Agatha berusaha tidak menangis karena gemetar.

Guru tersebut melipat kedua tangannya didepan dada. "saya panggil Moonbin saja dahulu. Kamu disini pikirkan matang matang. Bukan hanya saya yang malu kamu mencoreng nama sekolah, tapi sem-"

"Saya. Sudah. Jujur. Ibu. Sani." Agatha mulai terbawa emosi, ia menekankan setiap kata yang keluar dimulutnya. "lihat nanti, buktinya." setelah itu bu Sani keluar dari ruang guru dan menuju TU.

Jeno diam diam masuk ke ruang guru. "cemil dulu, abis itu minum obat."

Ia menyodorkan donat kentang serta air mineral untuk Agatha. Agatha sedikit mendelik melihat Jeno disini, "masuk kelas jeno. Lihat jam, ini kan cuma salah paham." ucapnya memastikkan. "cepet kamu makan terus minum obat, aku balik kelas."

Agatha menggigit donat tersebut, dan memakannya setengah setelah itu meminum obat pusing kepala. "semangat ya, aku balik kelas dulu. Ada hp, apa apa telfon aku, jangan dipendem sendiri." ucapnya sambil menepuk lengan Agatha.

3 menit setelah itu Bu Sani datang bersama dengan Moonbin. Ia tersenyum kepada Agatha, tak tahu apa maksudnya. "duduk, moonbin."

"sesuai perkataan Agatha, disini dia korban, bukan pelaku." ucap bu Sani sembari mengeluarkan kertas kertas pentingnya sembari membuka tutup bolpoin. "oh ya?" ucap Moonbin dengan nada sarkastik yang membuat bu Sani menampakkan wajah salah pahamnya. "apa Moonbin? oh ya? kata kamu?"

"saya nggak tahu mana yang benar, makannya saya panggil kalian. Kaget loh waktu tahu kamu, Moonbin. Kapten Basket berprestasi."

"coba kamu jelasin, Moonbin. Saya mau denger dari kamu." tambahnya.

Agatha sudah terlalu takut jika Moonbin membual.

"saya ngapain sih bu?" tanyanya santai.

"kalo kamu nggak mau ngomong, saya kasih sp ke orang tua kalian berdua. Kamu mau papah kamu tahu, Moonbin?"

Moonbin tersenyum sarkas. "emang dia peduli?"

"oke saya siapkan sp untuk-"

Agatha langsung berdiri. "bu, saya nggak salah!" kesalnya. "kalian disini sama sama salah."

"pacaran boleh, tapi jangan sampai berbuat hal senonoh disekolah."

"saya dan Moonbin cuma teman kelas, bu. Saya sudah bilang sedari tadi." Agatha sudah hampir jatuh karena kepalannya yang tidak bisa diajak kerja sama. Berbeda dengan Moonbin yang hanya duduk santai menatap Agatha. "teman sekelas? atau teman booking seperti yang dibilang mereka? kok sampai pelukan ditoilet."

Agatha mendelik lalu memutuskan kembali duduk. "saya. nggak. seburuk. itu."

"pengennya sih dibooking bu kalau dia mau."

"brengsek." ucapnya pelan, terlanjur kesal.

Bu Sani sedikit mendelik. "saya sangat bingung! Moonbin sebaiknya mulut kamu dijaga dalam berbicara. Saya tahu bapak kamu orang berpengaruh dikota, tapi mohon sopan santunnya."

"yaudah bu daripada kelamaan, bikin ngantuk. Kirim aja sp ke papah, paling dibuang."

"lo tahu kan lo salah? jangan suka ngomong yang nggak bener."

"lo pake segala ngadu??"

"bajingan! lo udah tahu temen lo sendiri yang selalu buat berita nggak bener tentang gue. Lo dan temen lo, nggak ada bedanya."

Bu Sani semakin terbawa emosi dan menggebrak meja. "kalian! jangan debat disini!"

"saya nggak mau sampai ibu kirim sp atau segala bentuk teguran ke orang tua saya. Saya merasa saya tidak bersalah."

6:23 amㅡleejenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang