Ibu adalah wanita yang hebat. Dia tidak pernah mengeluh sekalipun banyak musibah yang menimpa. Kata ibu, "Biarkan mereka berbicara tentang kita, celaan mereka, cemoohan mereka, itu adalah titik kunci perubahan diri. Karena tanpa mereka kita tidak mengetahui apa itu kuat. Lakukanlah selagi kamu bisa melakukannya, jangan tunggu besok. Karena tidak ada yang tahu besok kita masih ada atau tidak. Besok adalah hal yang ghaib. Satu menit ke depan, adalah hal yang ghaib. Takdir setiap insan hanya Allah Yang Maha Kuasa yang Maha Tahu atas segalanya. Niatkan karena Allah dalam setiap kegiatan kita, agar apa pun pekerjaanmu bernilai ibadah."
Tidak jauh berbeda dengan ayah, yang ketika memberikan nasehat kepada kami beliau selalu membuat hati kami bergetar memikir kebenaran apa yang diucapkan, sederhana tapi membekas diingatan.
Lalu bagaimana dengan kedua adik manisku?
Nah, Asma dan Haura adalah dua gadis manis yang tak kalah cantiknya dengan sang kakak. Hehe. Mereka berdua sering dicap kembar oleh kebanyakan orang. Karena selisih usia mereka memang hanya satu tahun.Asma, yang satu ini memiliki gigi ompong di bagian depan karena terlalu sering makan coklat kesukaannya. Dia adalah gadis yang sedikit pendiam, tapi humoris. Beda dengan Haura, dia selalu ingin menang jika sedang berdebat baik itu dengan Asma maupun dengan teman-teman di kelasnya.
Haura adalah anak yang aktif, di kelasnya pun ia disukai oleh semua guru karena kepandaiannya, terutama dibidang non akademik.
“Asma, ada-ada saja kau ini. Lihatlah gigimu itu sudah hilang dimakan tikus terus saja coklat itu kau makan.” Haura meledek Asma dengan kejailannya.
“Apa kau ini. Iri bilang bos.” Sambil mengeluarkan lidah membalas ledekan Haura dengan rasa tidak bersalahnya.
“Eh eh sudah, kalian tuh ya ribuuut terus kerjaannya, mending ayo ikut kakak bantu kakak belanja ke pasar.” Aku meredakan panas di antara mereka, biasanya mereka jika diajak ke pasar itu paling semangat. Kita lihat reaksi mereka nanti.
“Ikuuuuuuuttt.” Serentak menjawab secara bersamaan. Tuh kan sudah ku duga. Tak tahu apa alasan mereka sampai rebutan ingin ikut.
“Kak Raa, mau belanja kue atau sayuran kak?” Tanya Asma penasaran.
“Dua-duanya.” Jawabku singkat.
“Lah. Banyak dong.” Balasannya dengan raut muka sedikit cemberut.
“Kenapa adik Asma cantiiik.” Rayuku sambil memegang kedua pundaknya.
“Tidak apa-apa kak, berarti nanti aku boleh minta sesuatu dong.” Menunjukkan cengiran gigi ompongnya dengan lugu.
“Oalah, mau minta apa memangnya?” Kataku iba saat melihat kedua pelupuk matanya yang berbinar-binar.
“Eh eh bentar kak, kamu mau apa lagi Asmaaa. Katanya mau bantu kakak. Toh harus ikhlas dong, belum juga jalan udah minta duluan aja, hm.” Sela Haura dengan lantang sambil melipat kedua lengannya didada.Ekspresi Asma langsung berubah gara-gara ucapan Haura yang pedas itu. Sampai ia meninggalkan kami ke kamarnya. Ku panggilnya tidak menyahut, satu, dua, ke tiga ku ucapkan "Coklat mau?".Langsung ia berlari tepat di hadapanku dan mengangguknya cepat. “Asma, Asmaa.” Ku usap kepala Asma yang berbalut kerudung pink kesukaannya.
“Aku juga mau dong kak, masa kok Asma doang.” Sela Haura yang iri pada Asma.
“Iya adik-adikku yang manis, nanti akak belikan coklat ya untuk kalian berdua!”.
Akhirnya aku bisa meredakan mereka berdua. Kini kita bersiap menyiapkan beberapa kantung atau keranjang belanjaan. Sepeda motor milik ayah masih bisa digunakan walau sering mogok di tengah jalan. Tapi setidaknya bisa membantu kegiatan kami untuk berbelanja. Setelah sampai di pasar, kami pun langsung ke lapak langganan biasa kami beli. Sayur bayam, sop, tempe, tahu serta bahan-bahan pokok lainnya tak kurang sudah dikeranjang, begitu pula dengan kue-kue untuk dibawakan ke pondok besok pagi.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Tunggu Besok!
EspiritualKisah perjuangan Ira, sebagai seorang kakak perempuan yang menjadi tulang punggung kedua setelah ibunya. Ia juga seorang penghafal Alquran, guru privat, dan sebagai santriwati yang disukai banyak orang salah satunya adalah Pak Kyai. Sehingga ia dijo...