🌹 2 🌹

0 0 0
                                    

Akhirnya Clara sampai di sebuah pulau tak berpenghuni. Menyeramkan, hanya kata itu yang terlintas di benak gadis itu.

Rombongan itu terus berjalan masuk kedalam hutan. Hingga Clara melihat tembok besar, ya, tembok itu sangat besar, tinggi dan juga lebar. Di tembok itu terdapat gerbang kayu, Clara tiba-tiba teringat tentang gerbang-gerbang yang berada di buku dongeng yang sering dia baca.

Gerbang itu terbuka, dan mereka masuk kedalam. Di dalam tembok, Clara melihat bangunan seperti kastil terlihat tua namun indah.

Hawa dingin tiba-tiba merayap ke tubuh kecil Clara, entah apa yang dia pikirkan. Hanya rasa takut yang semakin besar saja, selain itu gadis kecil itu tidak tahu dimana dia berada tepatnya.

Setelah itu, Clara turun dari mobil yang membawanya. Selama perjalanan kemari, Clara mengendarai mobil jeep, kemudian berganti menjadi sebuah kapal, berganti lagi menjadi helikopter, berganti lagi menjadi kapal dan terakhir adalah mobil jeep. Entahlah, gadis itu tidak tahu sudah berepa jauhnya dirinya dari rumah.

Mungkin saat ini kedua orang tuanya sangat khawatir tentang keselamatannya.

Mengingat itu, Clara merasa ingin menangis kembali. Namun, pria aneh di sampingnya mengeluarkan udara dingin dan mengancam membuat gadis kecil itu kembali bergetar ketakutan.

Mereka memasuki bangunan itu, saat masuk Clara melihat ruangan yang sangat besar. Di sana terdapat 6 orang anak berbeda umur. Mengapa ada anak-anak di sini? Apakah mereka adalah saudari seperti yang dikatakan pria ini? Sepertinya mereka lebih tua dari Clara.

Bingung. Satu kata itu saat ini yang dirasakan Clara.

"Mereka saudarimu. Dan akan terus bersamamu."

"Ha.. Halo."

Perasaan gugup membanjiri gadis kecil itu, dia tidak pernah ingin berteman dengan orang asing seperti mereka.

Salah satu dari mereka tersenyum dengan lembut. Sepertinya dia adalah yang tertua di antara mereka berenam. Senyumannya sangat lembut, membuat Clara merasa sedikit nyaman.

"Halo adik kecil. Namaku Hanna, kau bisa memanggilku kak Hanna ^__ ^ "

"Halo kak."

"Jangan takut adik kecil, kami tidak akan melukai mu."

Melihat tatapan bingung Clara, gadis yang baru saja berbicara tertawa lembut dan memperkenalkan dirinya.

"Haha, kau imut sekali ya. Aku Floransia, panggil saja Kak Flora. Di samping Kak Hanna adalah Kak Jessy kau bisa memanggilnya seperti itu, selanjutnya di sebelahku ini Angel kau bisa memanggilnya Kak Angel, di sebelahnya lagi Cerry panggil saja Kak Cerry, dan yang terakhir adalah Luna panggil Kak Luna. Selamat datang di keluarga kecil kami."

"Benar, siapa namamu adik kecil?" tanya Jessy pada Clara

"Ah, aku Clara."

"Salam kenal Clara. Semoga kau cepat terbiasa dengan lingkungan sekitar. Dan lebih cepat kau akrab dengan kami lebih cepat aku bisa bermain dengan mu." ucap Cerry dengan cerianya.

"Benar, Daddy, Herald kembali membuat ulah." suara gadis itu terdengar dingin. Dia Luna, tatapannya sangat tajam jika di bandingkan dengan anak seumurannya.

"Dia tidak akan pernah tenang jika tidak membuat ulah. Apa yang dia lakukan?"

"Seperti biasa, dia mencoba untuk membunuh kami. Yah, kami tidak terkejut."

Angel mengucapkannya dengan sangat santai. Yah, dia terlihat santai dan malas. Itu lah yang dilihat Clara.

Clara terkejut mereka tidak takut akan kematian. Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?

"Hanna, jika aku ingat tiga tahun kedepan kau akan mengikuti ujian. Kau harus lulus Hanna, aku tidak menginginkan kegagalan."

Mendengar itu wajah Hanna memiliki perubahan halus, namun dengan senyuman lembut yang dimilikinya Hanna menjawab ia akan berusaha sebaik mungkin.

Setelah itu mereka pergi menuju sebuah ruangan. Di dalamnya terdapat beberapa pintu, di pintu itu memiliki papan nama. Hanya satu yang belum memiliki nama, sepertinya itu akan menjadi ruangan Clara.

"Itu ruanganmu. Di dalamnya terdapat kamar tidur, kamar mandi, ruang ganti. Di sini, terdapat ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan tempat cuci baju. Benar, kau tidak memiliki baju ganti bukan? Daddy, kau harus membelikannya baju." ucap Cerry dengan ceria. Namun, entah kenapa dia terlihat sedikit dingin ketika berbicara pada pria itu.

"Cerry, aku tidak tahu bahwa kebencianmu padaku sangat besar. Kau bahkan tersenyum padaku saat kau membenciku." pria itu tersenyum dengan dingin pada Cerry.

"Yah, jika kau tahu akan hal itu, mengapa kau tidak mengembalikanku pada orang tuaku sialan?"

"Aku sudah bilang, jalan satu-satunya kau kembali adalah kematian."

Tatapan Cerry yang tadinya cerah berubah penuh kebencian pada pria dingin itu.

"Yah, hentikan kalian berdua. Ini sudah kesekian kalinya. Aku yakin adik kecil kita lelah. Aku akan membereskan kamar mu dulu, Jessy akan mengambil peralatan mandi baru untukmu. Flora akan menyiapkan baju ganti untukmu, tunggu Jessy dan kau bisa membersihkan dirimu dulu setelah itu beristirahatlah."

Hanna memecah perkelahian dingin antara pria itu dan Cerry.

"Benar. Besok, kami akan menemanimu berkeliling penja… maksudku bangunan ini." ucap Angel.

Clara hanya melihat mereka dengan tatapan waspada. Tidak terlihat aneh, anak kecil mana yang tidak takut dengan lingkungan asing di sekitarnya.

A Bunch Of RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang