V. Bus

25 4 0
                                    

Satya, dengan wajah datarnya mengangguk kecil menanggapi terima kasih yang Jane ucapkan. Lalu melepaskan tangannya yang masih memegang pinggang Jane.

Jane mendongak menatap wajah cowok tinggi itu. Penampilannya masih sama seperti kemarin di halte bus. Wajah pucat, dengan poni basah yang disingkap ke atas, membuat jidat mulusnya terpampang jelas. Jane sempat berpikir, mungkin saja Satya tidak punya pomade di rumah, sehingga hanya bisa membuat jambul rambut dengan dibasahi air saja.

Merasa diperhatikan, Satya memegang rambut atasnya dan memastikan tidak ada sesuatu yang aneh disana. 

"Saya kok tadi nggak liat kakak ya di bus?" Jane meremas roknya gusar, entah darimana setan keberanian itu datang memasuki badannya, bisa-bisanya dia sok akrab dengan Ketua OSIS!

"Emang gak naik." Jawab Satya datar, lalu langsung berbalik meninggalkan Jane.

Jane mengikuti Satya masuk ke dalam lingkungan sekolah mereka. Belum sampai di gerbang sekolah, terdengar suara seperti benda jatuh, dan orang-orang yang berteriak panik. Jane menengok ke belakang, dan seketika lututnya lemas. Jane jatuh terduduk, menyumpahi dirinya sendiri yang tidak bisa segera menutup mata.

『••✎••』

Juan tergopoh-gopoh kembali ke kelas dengan membawa sebotol air mineral.

"Nih, minum dulu." Ara membukakan tutup botol air mineral itu dan memberikannya kepada Jane.

"Duh, gue kepo banget. Tapi lo keknya masih panik, jadi yaudah lah ceritanya nanti aja." Ujar Ara sambil mengipasi Jane dengan buku tulis miliknya.

Ara tentu saja panik, Jane masuk ke kelas dengan wajah yang pucat dan dipapah oleh anak-anak OSIS. Ara kira sahabatnya itu kelelahan sehabis dihukum karena terlambat, tapi ternyata ada alasan lain. 

"Ih, lo ga liat sih tadi. Gila parah!" Ucap Jane dengan masih setengah terbata-bata.

Ara dan Juan memasang wajah penasarannya, begitu anak-anak lain yang mulai mengerubungi meja Jane.

"Lo tau kan tali yang buat ngencengin tas, kaya gini nih." Jane menunjuk tali tasnya sendiri, Ara mengangguk mengerti.

"Tali tas itu kejepit pintu bus, trus ke bawa deh  itu cewek waktu busnya jalan. Trus pada teriak-teriak itu orang-orang, pas gue noleh,.."

"Apa? Apa?" Juan tampak tidak sabar karena Jane berbicara dengan terengah-engah.

"Ceweknya pinter, dia ngelepas tasnya. Tapi gatau gimana deh dia malah jatoh, kakinya kelindes sama roda belakang bus. Dan itu di gue liat pake mata kepala gue sendiri."

Semua anak yang mendengarkan merinding mendengar cerita Jane. Mereka membayangkan menjadi Jane yang melihat dengan jelas saat roda bus melindas kaki cewek itu.

"Katanya anak kelas 11 ya?" 

Jane mengangkat bahunya tidak tahu. 

Jane masih mengingat jelas kejadian tadi, pandangannya berkunang-kunang saat melihat darah yang menciprat sampai ke trotoar jalan. Satya membantu Jane berdiri dan tanpa berkata apa-apa, cowok itu menarik tangan Jane memasuki gerbang, tidak menghiraukan TKP di belakangnya yang semakin ramai karena para guru dan murid yang mengerumun.

Akibat tragedi tadi pagi, tidak ada pelajaran di jam pertama. Semua murid bersorak gembira sekaligus miris, bersyukur karena tidak jadi ulangan harian, tapi dibalik itu ada seseorang yang kesakitan karena kecelakaan.

Jane pun sudah tampak biasa-biasa saja, menanggapi lawakan Juan yang sebenarnya garing. Ara diam-diam memperhatikan tangan kanan Jane yang masih tremor, namun sepertinya sahabatnya itu tidak menyadarinya.

"Jane lo udah gapapa kan?"

Jane menggeleng, lalu tersenyum lebar.

"Tangan lo masih geter-geter tuh."

Jane mengangkat tangannya untuk memastikan.

"Gatau deh. Udah ah jangan di ingetin lagi, tadi gue udah lupa jadi inget lagi tau!"

Ara tertawa dan meminta maaf kepada Jane. Mungkin hanya firasat Ara, Jane menyembunyikan sesuatu darinya. Ara juga sudah menunggu Jane membahas tentang kejadian mereka kemarin, tapi dia terlihat seperti sudah lupa. Atau pura-pura lupa?

Yang jelas Ara tidak mau membahasnya sampai Jane yang menyinggungnya terlebih dahulu.

『••✎••』

Jam istirahat tiba. Jane berjalan sendirian menuju kantin. Ara dan Juan tidak bisa ikut karena murid yang akan mendaftarkan diri menjadi anggota OSIS diperintahkan berkumpul di aula.

"Jane."

Dan terjadi lagi, Jane mendengar ada yang membisikkan namanya tepat di telinga kanannya. Jane dengan cepat menoleh, namun dia tidak menemukan orang yang memanggilnya. Suasana lorong yang ramai membuat Jane berpikir bahwa mungkin saja itu teman sekelasnya yang jahil, berbisik di telinganya lalu langsung lari pergi.

Meja kantin terlihat penuh. Jane berpikir untuk mengambil makan siangnya dan memakannya dikelas.

"Duh, rame ya." tiba-tiba sosok tinggi besar berdiri di samping Jane, mereka bertatapan dan sosok itu melambaikan tangannya pada Jane.

"Iya kak hehe. Mau makan di kelas aja."

Cowok itu, Reyhan, menggelengkan kepalanya. Lalu menunjuk satu meja dipojok kantin.

"Sama gue aja yuk, di sana." 

Jane menggeleng. Jujur, dia takut pada Reyhan. Entah karena gelarnya sebagai kakak kelas, atau karena raut wajah Reyhan yang memang sangat mengintimidasi bahkan ketika cowok itu tersenyum.

"Gue mau ngomong sesuatu." Lanjut Reyhan. Jane terdiam, bingung mau menolak bagaimana lagi.

"Ngomong apa kak?"

"Tentang Juan."

"Ke Juan langsung aja kak ngomongnya."

Reyhan menarik nafasnya malas, lalu menatap Jane dengan mimik wajah yang serius.

"Alesan mulu. Bentar doang kok!"

Jane terkejut, nada bicara Reyhan meninggi. Walaupun belum bisa dibilang 'membentak', tapi sukses membuat Jane langsung mengiyakan permintaannya dan mengikuti kemana kaki Reyhan pergi.

First impression Jane terhadap Reyhan adalah orang yang manis dan humoris. Namun siapa sangka, cowok itu bisa mengusir murid-murid pergi dari meja kantin hanya dengan tatapan mautnya. Bukan hanya satu, tapi dua meja sekaligus. Dan kini hanya mereka berdua yang duduk di sana.

"Kayaknya satu meja cukup deh kak?"

"Oh, nanti ada temen-temen gue dateng."

Jane terdiam. Tidak berani memulai pembicaraan lagi, melihat raut wajah Reyhan yang masih menyeramkan. Sialnya, dia tidak membawa ponsel, jadilah mereka terjebak dalam suasana yang canggung.

"Takut ya sama gue?"

『To Be Continued』






ENHYPEN : CATCHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang