00| Prolog

2.9K 299 85
                                    

Happy reading♡

________________

Apa yang Saira lakukan, ia harus meminta izin pada Mama dan Papanya. Alasannya apa? Karena Saira adalah anak perempuan satu-satunya, ia mempunyai dua saudara kandung laki-laki yang meninggal dengan cara tragis.

Akibat dari kejadian itu membuat Pak Erik dan Bu Melis menjadi lebih hati-hati untuk menjaga anaknya, yang kini hanya tinggal Saira Nathania.

"Ma, aku boleh kan ketemu temen malam ini?"

"Gak boleh, belajar sana."

"Papaa, aku mau ikut camp sama temen kampus. Boleh, ya?"

"Jangan, bahaya."

"Pa, aku mau ngekost, capek juga kalo kuliah harus pulang pergi, kayak dikejar waktu. Ngekost sama temen, biar aku juga belajar mandiri. Boleh, ya, ngekost?"

"Diluar sana itu bahaya, memang kamu bisa ngelakuin apa-apa sendiri? Udah di rumah aja, ada Papa yang bisa antar jemput kamu."

Saira muak dengan segala aturan dan larangan dari kedua orang tuanya. Saira tahu bahwa itu adalah hal yang terbaik untuknya, tetapi dalam versi pandangan orang tua. Pada kenyataannya, Saira merasa terkekang, tidak bebas, dan tidak bisa menentukan apa yang ia mau. Saira ingin seperti teman yang lain, diberi dukungan dan juga dihargai segala keputusannya.

Hingga pada malam itu, Saira mengutarakan isi hati kepada sahabatnya, dan tanpa sadar ada seorang laki-laki yang menguping pembicaraan mereka.

"Gue kabur dari rumah, capek juga terus dikekang sama nyokap bokap. Mereka gak ngerti rasanya jadi gue," curhat Saira pada Tantri, sahabatnya.

"Mereka sekarang pasti khawatir sama lo."

Setelah perbincangan itu, Saira berniat pulang sebelum pukul sembilan malam. Namun langkahnya terhenti karena mendengar suara seseorang yang sudah tak asing lagi.

"Saya mempunyai solusi agar bisa lepas dari kekangan kedua orang tua kamu," ujar sosok itu.

Jeris Mahatma Ningrat, dosen muda di fakultas tempat Saira menimba ilmu.

"Selamat malam, Pak Jeris." Saira membungkukkan badannya untuk menghormati sang dosen.

Jeris tersenyum simpul, "Bagaimana, kamu mau tahu?"

Dengan ragu Saira mengangguk.

"Menikah dengan saya," ujar Jeris. "Jika kamu menikah dengan saya, otomatis kamu akan lepas dari kekangan orang tua."

Tubuh Saira menegang, ia tak menyangka akan diajak menikah dengan dosennya sendiri. Dosen yang terkenal killer, otoriter, dan juga jarang sekali tersenyum.

Gadis itu tertawa sumbang, "Bapak bisa aja ngelawaknya."

"Saya serius, Saira," ujar Jeris menekan setiap kata yang diucapkannya.

"Kenapa? Bapak lamar saya?" Tanya Saira menatap tepat pada dosen tampan itu.

"Saya berniat membantumu, dan juga saya sedang dikejar waktu untuk cepat memiliki istri. Saya harap kamu dapat memikirkannya kembali."

Dua minggu adalah waktu yang dibutuhkan Saira untuk memikirkan lamaran dari Jeris. Saira sudah berpikir dengan segala konsekuensinya dan juga karena ia sudah terlalu muak dan capek dengan orang tuanya.

Pada akhirnya Saira memilih untuk menerima lamaran tersebut.

"Tapi Bapak janji bakalan nepati janji?" tanya Saira penuh harap.

"Kamu tak perlu khawatir," jawab Jeris lalu menutup dokumen-dokumen itu.

"Saya tanya sekali lagi, jika sudah sepakat, tak boleh ada yang dirubah kembali."

"Iya, Pak. Saya yakin, dan saya juga capek kalo terus-terusan dikekang sama Mama Papa."

Jeris mengangguk dengan senyum yang tak dapat diartikan. Seperti senyum sebuah kemenangan.

Tetapi, setelah pernikahan mereka, banyak sekali teka-teki yang muncul. Membuat Saira menyesal menikah dengan dosen itu.

-START-
25 Mei 2023

Jeris Mahatma Ningrat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeris Mahatma Ningrat

Jeris Mahatma Ningrat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saira Nathania

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lingkar JerisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang