"Na," Jovan menggoyangkan lengan milik Jevais dengan pelan. Dilihatnya laki-laki itu tertidur lelap setelah perjalanan mereka yang tak bisa dibilang sebentar. Apalagi tadi Jevais sudah terlihat mengantuk, dan benar, ia tertidur di mobil. "Na, ayo bangun dulu."
Jevais perlahan membuka kelopak mata nya, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Jovan dalam gelap mobil hingga membuat ia hampir saja menjerit terkejut dan tiba-tiba memposisikan dirinya untuk duduk dan menabrak dahi Jovan.
Dug!
"Anjing!"
"Aw!"
Jovan menoleh ke arah Jevais yang mengaduh kesakitan walau dahi nya juga tak kalah jauh sakit, "Lu gapapa? Lagian sih bukannya melek dulu yang bener malah duduk jadi kejedot, kan, nih."
"Yaudah sih maap. Kan namanya juga kaget." Jevais ikut kesal seraya mengusap-usap dahi nya guna menghilangkan rasa nyeri yang menjalar di kepala nya.
"Kaget kenapa? Gara-gara liat muka gua yang ganteng pas lu buka mata?"
Jevais menabok pipi Jovan, "Ngimpi."
"Sakit anjir. Etdah, gua dosa apaan, sih, udah kejedot ditabok juga. Nih sekalian lu tonjok, Na." ketus Jovan.
"Kok marah, sih???"
"Ya, sakit! Masa gak marah?"
"Yaudah... Maaf, kan, yang kejedot ngga sengaja." cicit Jevais takut karena nada Jovan yang memang terdengar marah ditambah ekspresi wajah nya yang garang membuat ia berkali-kali lipat lebih menyeramkan.
"Tapi, yang pipi sengaja, kan."
"Maaf."
"Maaf mulu lu kata lebaran. Udah sono turun. Bersih-bersih terus mandi. Jangan tidur malem-malem ngga bagus. Nugas nya besok pagi aja." pesan Jovan.
Karena Jevais tengah takut jadi ia tak berani membantah perintah laki-laki itu dan hanya mengangguk-angguk paham.
"Yaudah, sana turuh. Gih."
Jevais menggeleng masih enggan turun, "Tapi, itu... Pipi lo... Sakit banget?" tanya Jevais pelan.
"Emang kalo sakit, mau lu cium pipi gua?" Jovan bertanya balik dengan asal.
Jevais mengangguk.
"Hah? Beneran?!"
"Kalo sakit banget... Yaudah, gapapa sini?"
"Awas php," Jovan mendekatkan pipi nya pada wajah Jevais. Menunggu laki-laki itu untuk mengecup pipi nya dan hal selanjutnya yang dilakukan Jevais memang benar-benar mengecup pipi Jovan. Membuat laki-laki dominan itu tersenyum bahagia.
Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Jovan menjauhkan wajah nya lalu menatap Jevais ditengah redup nya cahaya dan hanya lampu di jalan yang menerangi—dan tidak berpengaruh banyak.
Jovan menatap lekat Jevais, menyapu setiap inci wajah laki-laki itu dengan netra nya. Jevais menjadi salah tingkah ditatap seperti itu oleh Jovan.
"Na,"
"Mm?"
"Can I?"
Jevais sudah tahu kemana arah pembicaraan Jovan tertuju. Lalu ia mengangguk pelan dengan netra yang menatap kesana-kemari dengan gugup juga wajah Jovan yang kian semakin dekat dengan nya.
That night, Jevais thought Jovan is a unexpectable person; he can both draw a scars among Jevais' heart and heal it like it was never been hurted before.
ㅡ
"Gila, ya. Bentar lagi udah mau masuk semester baru aja. Bakal ada maba lagi dan kita cuma gini-gini aja. Kapan lulus anjeeeeeng, capek." keluh Harsa.
"Kerjaan lo ngeluh mulu tapi tugas minggu lalu aja paling baru sampe satu paragraf, tuh, yakin gue." balas Juna.
Jevais tertawa, "Bener, tuh."
"Eh, iya, Je. Kerjaan lo gimana itu? Bintang tamu nya udah siap semua? Proposal nya udah lo kirim, kan?" Juna menoleh ke arah Jevais untuk memastikan apakah ia sudah melaksanakan tugas dari Ketua Himpunan mereka.
Jevais mengangguk, "Kemaren udah, sih. Jovan yang kirim. Tapi, kayaknya belum ada balasan apa-apa deh dari pihak mereka. Jovan juga belum bilang apa-apa ke gue."
"Lah, dodol lo ngarepin si Jopan. Dia anaknya jarang buka-buka chat gitu. Kenapa lo aja yang ngga handle sama chat Manager nya?" kini Harsa ikut menimbrung dalam percakapan Jevais dan Juna.
"Pas buat proposal itu Jovan nya ngaret mulu. Yaudah, gue suruh aja ke kos-an gue sekalian ngerjain bareng. Eh, tau-tau nya gue ketiduran soalnya udah subuh. Akhirnya Jovan yang ngerjain sisa nya. Dia juga yang ngirim." jelas Jevais panjang lebar.
"Lo ngga diapa-apain kan sama dia?" tanya Harsa.
"Sembarangan lo! Kalo diapa-apain juga udah gue geplak itu anak. Kita juga cuma makan biasa, kok."
"Makan apa makan????" Harsa semakin gencar menggoda Jevais.
"Berisik lo!"
"Kata Bang Dirga kita harus mulai gercep soalnya pentas nya kan udah tinggal beberapa bulan lagi. Masalah panggung dan segala macem juga udah siap, tinggal dipasang-pasang aja. Nah, makanya lo, Je, sama si Jovan juga harus gercep soalnya poin utama nya disini kan bintang nya," ucap Juna. "Kalo sampe bintang nya nggak bisa dateng juga, kita udah ngga punya daya tarik apa-apa lagi di pentas ini."
"Lo angkut aja noh si Jopan, Nichol, sama siapa lagi itu temen nya satu?"
"Maraka."
"Nah, iya. Ntar jadi band dadakan mereka."
"Ngaco lo!" tukas Jevais, "Iya, nanti gue usahain secepetnya, ya. Tapi kalo bintang nya nggak bisa kita juga nggak bisa maksa. Ada plan B nya, kan?"
Juna menggaruk tengkuk nya, "Ngga ada, sih... Ini gue lagi coba negosiasi sama Bang Dirga nya buat ngadain rapat ngebahas soal ginian. Gue nya malah dimarahin katanya kalo sampe nggak bisa itu kerjaan kita yang nggak becus sampe nggak bisa ngegaet bintang tamu nya."
"Asli gue nungguin Bang Dirga lulus aja, dah. Biar dia nggak jadi Ketua Hima lagi. Pusing banget kayak ngebabu jatoh nya." komentar Harsa.
"Tapi, kata gue, mending tegas gitu, sih. Coba kalo Bang Jef yang naik jadi Ketua, yang ada tiap rapat kita bahas sambil telepati orang dia senyum terus iya-iya doang. Orang nya susah nolak juga." Jevais ikut memberikan komentar.
"Lagian tolol lo, Sa. Kalo Bang Dirga bukan Ketua Hima lagi, angkatan kita yang naik, bego. Lo mau naik, emang?" Juna menodong Harsa dengan pertanyaan menyeramkan yang membuat laki-laki itu bergidik.
"Ngga dulu, anying. Kepala gue copot yang ada. Sararieun, ah. Mending Maraka atau Jovan yang naik. Gue tetep mau jadi anggota gini aja. Ogah jadi Ketua, mah." Harsa menggeleng-geleng.
Jevais terkekeh, "Kalo dia berdua yang naik, Hima ancur, anjir. Kalo rapat si Jovan ngereceh terus Maraka cuma ketawa-ketawa kayak toa. Kebayang banget anjingggg."
"Bener juga!" Juna ikut setuju lalu tertawa.
"Tapi, punya pacar Ketua Hima enak kali, ya, Je." Harsa menyenggol lengan Jevais yang sontak membuat ia mendelik kesal.
"Ntar dia pacaran nya sama kertas, bukan sama gue. Sama aja, dong, kayak pacaran sendirian."
"JIAAAAAAKHHHHH." []
—notes:
Haloooo, maaf ya chapter ini agak gak jelas 😭 Aku lagi coba ngumpulin mood buat double update in a week.
Anyway, stay healthy and stay safe everyone! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia. ✔
FanficNOMIN ╱ JENO JAEMIN Jevais dan Jovan adalah dua mantan kekasih. Hubungan mereka harus kandas pada semasa SMA. Lalu, dengan tidak sengaja dipertemukan lagi dalam dunia kuliah. Little did they know, kedua nya masih menyimpan perasaan yang sama namun t...