"Sumpah, pacar lo tuh gue atau komputer lo, Jovan?" ketus Jevais yang kini duduk di sebelah laki-laki itu seraya memukul lengan nya cukup keras yang mengundang keluhan sakit dari sang empunya.
"Maap, yang. Serius ini bentar lagi. Nanggung bener dah. Dua riuuuuus!"
Jevais mendecak malas, memilih untuk bangkit dan tiduran dengan posisi tengkurap di kasur milik Jovan. Laki-laki manis itu membuka ponsel nya dan menonton sebuah video di YouTube.
5 menit berlalu, Jovan masih sibuk dengan game di komputer nya. Hingga suara sorakan kecil karena kemenangan nya terdegar. Tak lama kemudian, Jevais merasa punggung nya ditubruk oleh Jovan yang terasa sangat berat.
"Ih, lo beraaaat! Bangun, nggak?!"
Jovan mengacuhkan amarah Jevais lalu menggeser tubuhnya untuk memeluk sang kekasih dari samping. Wajah nya menghadap ke arah Jevais—menatap laki-laki yang tengah menonton di ponsel nya tersebut.
"Sayang, jangan marah dong," Jovan mengelus pipi Jevais penuh kasih sayang sedangkan Jevais masih diam, enggan menjawab sang kekasih. "Gemes banget, sih." Jovan beralih menusuk-nusuk pipi Jevais.
"Sakit, bego! Jangan pegang-pegang. Sana, ah, males." Jevais mendorong Jovan.
"Hush, jelek banget omongan nya. Sini, aku peluk aja. Jauhin hp kamu, Na."
"Nggak mau!"
"Kok?"
"Bacot lo, Jovan. Sono tadi kan pacar lo komputer sama game, tuh. Sekalian peluk komputer lo aja. Nggak usah deket-deket gue!"
"Sayaaaaaang."
"Berisik!"
"Aku balik main aja, nih?"
"Mm-hm."
"Oke," Jovan lantas bangkit dan melepas pelukan nya pada Jevais. Tungkai nya berjalan kembali ke arah meja tempat dimana komputer nya berada. Lalu melanjutkan sesi bermain yang sempat terjeda tadi.
Diam-diam Jevais merasa semakin kesal. Bisa-bisanya Jovan memilih untuk lanjut bermain game daripada membujuk nya yang tengah dilanda kekesalan. Benar-benar tidak peka!
Jevais membolak-balikkan tubuh nya seraya berguling-guling di kasur Jovan dengan kaki yang menendang-nendang ke arah angin. Jovan tertawa kecil seraya bermain.
"Apa lo ketawa-tawa, Jopan?????!!!!"
"Kagak, Na. Ampun."
"Ish, anjing! Keseeeeeeeeeel," Jevais teriak. "Gue pulang aja lah. Malesin."
"Eh, jangan," Jovan bangkit dan mencegah Jevais yang tengah berjalan ke arah pintu. Laki-laki itu memegang tangan Jevais dan menuntun nya untuk berdiri di sebelah kursi putar yang biasa ia gunakan untuk bermain di komputer. Jovan duduk lalu menepuk-nepuk paha nya, "Sini."
Jevais memutar bola mata nya malas seraya mendengus karena masih marah. Namun, tetap mengikuti titah yang diucapkan Jovan. Ia lantas duduk di pangkuan sang kekasih. Mata nya menatap lurus ke arah wajah Jovan dengan malas sedangkan yang ditatap malah tersenyum hingga mata nya menghilang.
Jovan mencubit pipi Jevais, "Pacar siapa, sih, kerjaan nya ngambek muluuu???"
"Pacar orang." jawab Jevais singkat.
"Orang namanya Jovan?"
"Namanya setan kali."
Jovan tertawa terbahak mendengar jawaban asal Jevais, "Ceuk si Mamah, mun pundungan mulu, ngke rejeki nya dipatok ayam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia. ✔
FanfictionNOMIN ╱ JENO JAEMIN Jevais dan Jovan adalah dua mantan kekasih. Hubungan mereka harus kandas pada semasa SMA. Lalu, dengan tidak sengaja dipertemukan lagi dalam dunia kuliah. Little did they know, kedua nya masih menyimpan perasaan yang sama namun t...
