#19: Gladi

4.9K 745 17
                                    

Hari-hari berikutnya diisi oleh kesibukan anggota-anggota Himpunan dalam menyiapkan segala kebutuhan panggung maupun kebutuhan lain. Tugas mereka dibagi-bagi. Semua anggota himpunan diangkat menjadi panitia dalam bidang yang berbeda-beda.

Beberapa hari yang lalu, anggota Himpunan sepakat untuk menggaet para adik tingkat mereka yang ingin menampilkan lagu, tari-tari tradisional atau modern. Yah, agar tidak terlalu sepi juga.

Begitu juga, latihan penampilan dari Jovan, Maraka, Harsa, dan Nicholas berjalan semakin serius. Tapi, dua hari belakangan Jevais tak lagi menemani keempatnya. Karena tugas nya juga yang mulai sibuk hingga terkadang pulang larut malam saat langit sudah gelap. Mengingat besok adalah hari dimana acara diadakan, jadi, mereka sudah harus bersiap dari pagi.

"Kunci nya jangan tinggi-tinggi dong, anjrit! Suara gua kaga nyampe." ketus Nicholas.

"Etdah nih udah gua tone down. Kalo keberatan ntar Harsa yang malah ngga bisa ngimbangin lu." balas Maraka.

25 menit berlalu, lalu, tiba-tiba kepala Jevais menyembul dari ambang pintu. Sedikit mengintip apa saja yang dilakukan oleh anak-anak itu.

"Hey, guys! Udah dapet nasi kotak, belom?" tanya Jevais.

"Belom, Is. Aing mau dua, dong." pinta Harsa.

"Yeeeee mana bisa," balas Jevais. Di tangan nya ada 4 kotak berisi nasi yang biasa diberikan untuk para panitia dan mahasiswa yang ikut tampil. Karena hari ini adalah gladi, jadi, mereka juga memesan nasi kotak untuk hari ini dan besok. "Nih, dimakan, yah. Nanti lo pada pingsan repot lagi kasus nya. Kalo mau minuman yang dingin turun aja ke sekre. Gue udah stok banyak buat besok sama hari ini."

"Widiiiiih emang kece dah lu, racap nye Jopan!" puji Nicholas yang tak dihiraukan Jevais.

"Kalo udah selesai tolong ke bawah bantu-bantu, yah. Kayaknya pihak penanggung jawab panggung nya agak telat jadi yang bantu-bantu tadi cuma Bang Yoh, Bang Jef, sama Bang Bagas." pesan Jevais pada keempatnya.

"Lah, si Juna kemana, Is?" tanya Harsa.

"Juna yang komandoin. Mana bisa itu si kecil bantu-bantu dekor panggung, ngeri juga gue liatnya kalo sampe jatoh. Badan isinya tulang semua."

Jovan tertawa, "Lah, kan, lu juga sebelas-duabelas sama dia."

Jevais ingin mengumpat pada Jovan karena secara tidak langsung mengatakan bahwa tubuhnya kecil krempeng seperti Juna, namun, ia urungkan.

"Udah dapet list acara nya, belom?" Jevais bertanya.

"Belom. Tadi kata Bang Dirga baru mau di-print out, jadi gua belom dapet. Tapi, tadi udah sempet minta, sih." jawab Maraka.

Jevais mengangguk-angguk, "Bentar, deh. Gue ambilin dulu biar kalian nggak keder nanti pas Hari-H nya. Anyway, nanti sekitar jam 2 an kita udah mulai rehearsal langsung di panggung, jadi, siap-siap dulu aja. Kayaknya sih abis makan siang ini." Jevais menginfokan.

"Okeeeee lah mantap, Jepais!" Nicholas mengacungkan jempol.

"Yaudah, kalo gitu gue mau lanjut bantu-bantu di bawah. Kalian semangat latihan nya!!!" Jevais mengepalkan tangan kanan dan kiri nya, bermaksud menyemangati komplotan empat laki-laki yang akan tampil nanti itu.

"Yoi, makasih. Lo juga semangat bantu-bantu nya, Is!"

Jevais lalu memutar balikkan tubuh nya. Namun, beberapa detik kemudian ia mendengar suara Jovan yang memanggil nya. Membuat ia menoleh ke arah laki-laki itu sebelum Jovan mengucapkan suatu kalimat.

"Jevais," panggil nya. "...hati-hati. Awas kena besi."

Jevais mengulum senyum tipis, mengiyakan.

Nostalgia. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang