nomor 8

73 28 0
                                    

"Mungkinkah si pengirim pesan dan orang yang membunuh jinny itu adalah orang yang berbeda?"

*
*
*

"Maksudnya?" Soodam mengernyitkan dahinya, mungkin bingung dengan kemungkinan yang Léa ucapkan.

"Laporan kalian sudah diterima, siang ini pihak kepolisian kami akan datang untuk mengecek keadaan" Salah satu pihak kepolisian desa datang menghampiri mereka, membuat perbincangan yang belum selesai itu terhenti untuk sementara.

"Baik, kami akan pulang" Soodam dan Léa secara kompak membungkukkan badannya, tersenyum sekilas sebelum keluar dari kantor kepolisian desa.

Untuk saat ini, mereka hanya bisa melapor ke kantor kepolisian desa. Karna jalan menuju kota masih dalam perbaikan, polisi dari kota pasti kesulitan datang kevilla mereka. Jadi tidak ada salahnya melapor ke kepolisian terdekat, ya walaupun kantor kepolisian nya terlihat tidak menjamin.

Wajar saja terlihat seperti itu, karna desa disini tidak begitu luas. Hanya kurang dari 40 keluarga yang tinggal di desa ini, angka yang cukup kecil jika dibandingkan dengan desa desa lainnya yang ada dimuka bumi ini.

Tapi meskipun terbilang kecil, desa disini memiliki fasilitas yang lumayan lengkap. Para penduduk desanya pun banyak membuka usaha sendiri, seperti minimarket, dan juga usaha kecil lainnya.

"Kita belum selesai bicara tadi" Soodam kembali membuka pembicaraan, dia masih ingin tau apa maksud Léa bicara seperti tadi.

Orang yang berbeda? Tidak, soodam tak ingin membayangkan nya.

Dia sudah cukup takut dan kesulitan dengan si pengirim pesan tidak jelas, jangan ada orang lain lagi yang membuatnya takut.

"Entahlah, kemungkinan itu bisa saja terjadi kan?" Namun sayangnya jawaban Léa tidak cukup memuaskan bagi soodam.

"Kalau pembunuh jinny datang dan membunuh kita nanti bagaimana? Apakah kita harus terus melakukan cara yang sama untuk menutupi semua hal aneh ini?" Soodam menyetir dengan gelisah, sejujurnya dia masih khawatir. Ada banyak hal yang dia pikirkan, semua hal itu membuat fokusnya terpecah belah.

"Pembunuh itu tidak mungkin membunuh kita" Senyum sinis soodam muncul ketika mendengar hal itu, Kata-kata yang sangat ingin ia yakini. Tapi sulit sekali untuk menyakini nya, karna tak ada yang bisa menjamin hal itu.

"Sekarang kau bicara seperti dita" Léa menoleh, memperhatikan soodam yang sedang menyetir. Wajahnya terlihat lelah, mungkin karna tidak bisa beristirahat dengan benar.

"Setelah kupikir pikir, tak ada salahnya menyakini hal itu" Helaan nafas terdengar, soodam tak mengerti dengan apa yang Léa pikirkan.

"Kita tak punya masalah dengan si pembunuh itu kan? Seharusnya hal itu cukup untuk dijadikan alasan kita harus yakin dengan ucapan dita" Soodam mengangguk, mengiyakan saja ucapan Léa yang terlalu tiba-tiba.

Padahal tadi Léa sendirilah yang jelas-jelas tidak setuju dengan keyakinan itu, Léa bilang sejak awal mereka semua lah yang jadi incaran si pengirim pesan itu.

Tapi, kenapa sekarang dia berubah pikiran?

"Léa" Soodam memanggil namanya dengan pelan, membuat léa menoleh dengan wajah bingung kearahnya.

The Secret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang